Dark/Light Mode

Disampaikan Ade Irfan Pulungan Di Podcast Ngegas RM

PPP Tawarkan Tempat Berteduh Ke Gibran

Rabu, 8 Mei 2024 08:00 WIB
Ketua Mahkamah Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Ade Irfan Pulungan saat menjadi bintang tamu di Podcast Ngegas emRakyat Merdeka/em, Selasa (7/5/2024). (Foto: Fitri/RM)
Ketua Mahkamah Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Ade Irfan Pulungan saat menjadi bintang tamu di Podcast Ngegas emRakyat Merdeka/em, Selasa (7/5/2024). (Foto: Fitri/RM)

RM.id  Rakyat Merdeka - Setelah gagal menembus parlemen, PPP mulai dilanda konflik internal. Sejumlah kader sudah menyuarakan digelar Munaslub. Sejumlah nama mulai diincar untuk menahkodai Partai berlambang Kabah itu. Salah satu yang sedang dibidik adalah Wakil Presiden terpilih Gibran Rakabuming.

Demikian salah satu poin penting yang diungkapkan Ketua Mahkamah Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Ade Irfan Pulungan saat menjadi bintang tamu di Podcast Ngegas Rakyat Merdeka yang dipandu Siswanto, Selasa (7/5/2024).

Awalnya, Ade berbicara soal kegagalan PPP lolos ke parlemen. Menurutnya, politik itu sebuah cara untuk menjadikan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Tentu dengan aksi dan strategi di lapangan.

Baca juga : Pemerintah Tancap Gas Selesaikan Proyek IKN

Sebab itu, yang harus dilakukan adalah komunikasi, sosialisasi ke akar rumput, khususnya ke basis-basis suara partai. “Jangan diam. Orang bisa lupa, atau bisa ditinggal oleh pemilihnya,” kata Irfan.

Ia menganalogikan partai layaknya produk. Harus ditanamkan kepada rakyat bahwa produk ini yang ada di hati. Terlebih, PPP merupakan partai politik yang berbasis Islam, sehingga memiliki gaya dan karakteristik tersendiri.

Sebagai partai yang lebih dari setegah abad, PPP memiliki pemilih yang sudah berumur. Pemilih yang dahulu memiliki slogan “pokoknya coblos yang gambar Kabah”. Namun, pemilih seperti ini lambat laun habis dimakan zaman.

Baca juga : Bursa Ketua Umum Golkar Makin Ramai, Makin Asik

“Kelemahan kami tidak melalukan kaderisasi, regenerasi, komunikasi ke akar rumput. Saya akui, kami kurang komunikasi ke kelompok milenial, atau GenZ,” ungkap Irfan.

Ia juga mengakui lambat merespons hasil survei yang menyebut elektabilitas PPP berkisar 2-3 persen. Seharusnya, hasil tersebut dijadikan peringatan untuk segera melakukan kerja-kerja politik yang terarah.

Pasalnya, PPP merupakan partai yang segmented, tidak seperti partai-partai nasionalis yang memiliki ragam pemilih. Sebab itu, Irfan ingin memaksimalkan bonus demografi, menjaring kalangan pemilih muda.

Baca juga : Jalur Independen DKI Dibuka, Silakan Daftar...

Masuknya Sandiaga Uno sebagai Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) ternyata tidak berpengaruh besar terhadap pemilih pemuda. “Ya memang hari ini tidak ada efeknya,” aku Irfan.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.