Dark/Light Mode

Jokowi Sebut Politisi Genderuwo, Itu Prabowo Pak?

Sabtu, 10 November 2018 09:38 WIB
Presiden Joko Widodo, mengingatkan para politisi agar jangan gemar menakut-nakuti rakyat. (Foto: IG @jokowi_marufaminofficial)
Presiden Joko Widodo, mengingatkan para politisi agar jangan gemar menakut-nakuti rakyat. (Foto: IG @jokowi_marufaminofficial)

RM.id  Rakyat Merdeka - Setelah “politisi sontoloyo”, Presiden Jokowi melemparkan istilah “politisi genderuwo”. Jagad politik heboh lagi. Dunia maya panas lagi. Warganet iseng nanya, Pak Jokowi, apakah politisi genderuwo itu Pak Prabowo? Di kubu Jokowi membenarkan, salah satu politisi genderuwo itu adalah Prabowo. Kubu Prabowo pun menyerang balik.

Politisi sontoloyo diucapkan Jokowi, menyindir politisi yang asal jeplak. Yang ngomong seenak udelnya. Sedangkan politisi genderuwo, ditujukan kepada politisi yang sukanya nakut-nakuti rakyat. Istilah itu dikeluarkan Jokowi saat berpidato di acara pembagian sertifikat tanah untuk masyarakat Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Kata Jokowi, pesta demokrasi semestinya disambut gembira oleh masyarakat. Dengan begitu, masyarakat bisa memberikan suaranya secara jernih dan rasional. Nah, kegembiraan itu hanya dapat dicapai dengan cara-cara yang santun.

Namun, lanjut Jokowi, yang berkembang sekarang adalah para politisi yang pandai mempengaruhi masyarakat. Dengan membuat ketakutan dan kekhawatiran. Sehingga bikin situasi ketidakpastian. Masyarakat digiring menjadi ragu-ragu. Jokowi menyebut politikus seperti itu adalah politik genderuwo.

“Cara-cara seperti ini adalah cara-cara politik yang tidak beretika. Masa masyarakatnya sendiri dibuat ketakutan? Itu namanya politik genderuwo, menakut-nakuti,” tegas Jokowi. Presiden berharap, cara-cara berpolitik seperti itu segera ditanggalkan. Sudah selayaknya masyarakat kita memperoleh contoh politik yang baik, dan menghadirkan kegembiraan.

Sekadar tahu saja, Genderuwo adalah makhluk sejenis siluman. Dalam mitos Jawa, genderuwo sejenis bangsa jin atau makhluk halus yang berwujud manusia mirip kera yang bertubuh besar dan kekar dengan warna kulit hitam kemerahan. Tubuhnya ditutupi rambut lebat yang tumbuh di sekujur tubuh. 

Baca juga : Jokowi Diminta Klarifikasi Pertemuan JK dan PM Israel

Para pegiat media sosial ikut penasaran. Siapa politikus genderuwo yang dimaksud Jokowi. Pertanyaan-pertanyaan tersebut hilir mudik di linimasa Twitter. Akun @calmenrique menduga, apa yang disampaikan Jokowi adalah strategi untuk menanamkan kata genderuwo di alam bawah sadar publik. Kalau kata genderuwo diulang terus menerus, akan nyerempet ke Gerindra dan Prabowo. “Mungkin berikutnya kurowo,” ujarnya. 

Senada disampaikan @ahsansohib. Dia penasaran sambil me-mention akun Gerindra dan Prabowo. Apakah yang dimaksud Jokowi itu Prabowo? Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf Abdul Kadir Karding mengatakan, mungkin saja yang dimaksud Jokowi adalah politikus yang menakut-nakuti masyarakat dan menebarkan pesimisme.

“Mungkin yang dimaksud, salah satunya, mungkin Pak Prabowo. Tetapi menurut saya, seluruh politisi bahkan seluruh orang itulah yang dimaksud oleh Pak Jokowi,” kata Karding. Ketua DPP PKB itu menjelaskan, Prabowo diduga memainkan politik genderuwo karena kerap melontarkan pernyataan pesimisme, agitasi, dan propaganda kepada masyarakat.

Ketakutan dan kegelisahan itu, kata Karding, dibangun dengan cara menghantui masyarakat lewat isu palsu, hoaks, hingga fitnah. “Menjadikan rakyat pada titik stres, galau, dan menurunkan optimisme atau menjadikan rakyat semakin pesimis,” ujarnya.

Sementara Jubir TKN Jokowi-Ma’ruf Inas Nasrullah Zubir mengungkapkan, akhir-akhir ini, di dunia perpolitikan ada sosok genderuwo yang bermunculan. Mereka menghasut, membohongi, dan menakut-nakuti rakyat. “Tapi bedanya, genderuwo yang ini pengen banget ganti presiden, malahan ada (genderuwo) yang pengen banget jadi presiden,” ujarnya.

Baca juga : OSO Yakin Jokowi Menang 79 Persen

Siapa genderuwo yang ingin jadi presiden? Inas enggan menjawab. “Yang pengen banget jadi presiden kan pernah marah-marah di Ponorogo, bahkan melecehkan warga Boyolali,” katanya, memberi bocoran.

Ketua DPP Golkar Ace Hasan Syadzily tak berani menyebut siapa politikus yang dimaksud. Hanya kata dia, politik genderuwo adalah istilah simbolik yang ditujukan kepada pihak-pihak yang selalu melontarkan pandangan-pandangan pesimistis tentang bangsa ini. “Melontarkan pandangan politik ketidakpastian, pesimisme, dan kebohongan,” kata Ace, kemarin. Kebohongan itu misalnya soal krisis ekonomi dan lain-lain.

Menanggapi hal ini, Anggota Badan Komunikasi Gerindra Andre Rosiade mengatakan, tak mungkin tuduhan genderuwo dialamatkan kepada Prabowo. “Nggak mungkin. Pak Prabowo itu didukung ulama, habib, kiai. Makanya ada Ijtima Ulama I dan Ijtima Ulama II yang mendukung Pak Prabowo,” ujar Andre.

Menurut Andre, genderuwo adalah makhluk pengganggu manusia. Genderuwo, lanjut dia, takut terhadap habib. “Nah, rakyat bisa tahu kan siapa yang selama ini takut sama habib? Nah itu yang genderuwo. Bahkan cari-cari kesalahan Habib Rizieq, mengkriminalisasi ulama segala,” ujarnya.

Sementara, Cawapres Sandiaga Uno tak ingin berkomentar banyak soal genderuwo. Menurut dia, mungkin saja yang dimaksud Jokowi itu berkaitan dengan ekonomi rente, mafia ekonomi. “Mafia pangan atau mafia lainnya sebagai genderuwonya ekonomi,” kata Sandi. Cawapres nomor urut 02 itu menyebut genderuwo ekonomi itu sangat membahayakan. Karena itu, dia meminta semua pihak waspada. “Jadi genderuwo ekonomi ini memang harus dienyahkan baik sebagai operator ekonomi yang bertindak sebagai genderuwo dan politisi yang memback- upnya,” terang Sandi.

Baca juga : Maaf Prabowo Tak Tutup Kasus Tampang Boyolali

Terpisah, Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mengatakan bahwa yang memiliki kapasitas sebagai genderuwo adalah pemerintah, bukan rakyat. “Rakyat itu tidak punya kapasitas menjadi genderuwo atau sontoloyo. Yang punya kapasitas sontoloyo dan genderuwo itu pemerintah. Makanya, harus kembali ke sendiri. Jadi, ini menepuk air terpercik ke muka sendiri. Sebenarnya begitu loh,” kata Fahri di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, kemarin.

Terkait hal ini, Pengamat Politik Universitas Paramadina Hendri Satrio mengatakan, apa yang disampaikan Jokowi itu tidak lazim. Seharusnya, sebagai petahana, Jokowi mempromosikan diri atau minimal defense, bertahan. “Bukan ikut attack atau menyerang,” kata Hendri, kemarin.

Ada dua faktor yang menurut Hendri menjadi alasan Jokowi kerap menyerang. Pertama, Jokowi terpengaruh buzzer, pembisiknya sehingga terpancing keluar. Kedua, kubu Jokowi panik sehingga memaksakan diri keluar, karena percaya bahwa pertahanan terbaik adalah menyerang. “Memang aslinya gaya komunikasi politik Jokowi agresif, sehingga memang inginnya muncul di permukaan,” ucapnya. [BCG]


 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.