Dark/Light Mode

Tak Tergantung ‘Coat Tail Effect’

PKS Percaya Diri Raih Suara Dengan Kerja Keras

Selasa, 13 November 2018 09:37 WIB
Wakil Ketua Dewan Syuro PKS Hidayat Nur Wahid (Foto: Twitter @hnurwahid)
Wakil Ketua Dewan Syuro PKS Hidayat Nur Wahid (Foto: Twitter @hnurwahid)

RM.id  Rakyat Merdeka - Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tak pernah mengharapkan ‘coattail effect’ untuk meningkatkan elektabilitas di Pemilu 2019. Elektabilitas PKS ditentukan dari kerja keras mesin partai. Coattail effect adalah tingkat keterpilihan partai dari capres atau cawapres yang diusung dalam pemilu.

Wakil Ketua Dewan Syuro PKS Hidayat Nur Wahid menegaskan, elektabilitas PKS tidak ditentukan dari seberapa besar atau kecil ‘coattail effect.’ Kenaikan elektabilitas PKS tergantung dari kerja keras mesin partai.  “PKS sudah punya tradisi sendiri. Kami tidak pernah membasiskan perolehan suara kepada 'coattail effect’ atau efek capres atau cawapres. Ini karena kita tak pernah punya capres dan cawapres dari kader sendiri," ujar Hidayat, di Jakarta, kemarin.

Hidayat mencontohkan, perolehan suara PKS terus meningkat dari pemilu ke pemilu seperti 2004 ke 2009 lalu. Padahal, saat itu, PKS tidak memiliki capres dan cawapres dari kadernya. Diungkapkan, suara PKS selama  ini terus meningkat karena mengandalkan kerja keras mesin partai dan  kader yang berada di legislatif untuk memenangkan suara rakyat dalam setiap pesta demokrasi lima tahunan.

"Bagi kami, apakah ada capres atau cawapres dari kader, kami tidak jadi rujukan utama untuk menghadirkan sukses PKS dalam mendapatkan dukungan atau suara dari rakyat. Kami sudah membuktikan, tidak punya capres sendiri tapi suara PKS selalu meningkat dari pemilu ke pemilu," ujarnya.

Baca juga : Jokowi Gelisah

Dia mengatakan, kinerja para kader PKS hingga tingkat bawah sudah dilakukan sejak pemilu-pemilu sebelumnya. Ini jadi rujukan utama bagaimana partai mendapatkan perolehan suara tinggi. Meskipun waktu pemilihannya bersamaan dengan Pileg 2019, dia yakin, PKS tetap mendapatkan dukungan dari masyarakat. Meski demikian, PKS akan tetap memperjuangkan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno untuk menang di Pilpres 2019.

"Bagi kami, keduanya bisa berjalan beriringan. Kami mendukung capres-cawapres Prabowo-Sandi, dan kami mengkampanyekannya," kata Hidayat.

Sebelumnya, Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam acara pembekalan caleg Demokrat mengatakan, kontestasi Pemilu 2019 memiliki tantangan yang jauh lebih berat dibandingkan tahun sebelumnya.

"Saya harus mengatakan, Partai Demokrat punya peluang untuk sukses, meskipun tantangan kita hadapi di Pemilu 2019 jauh lebih berat. Saya ulangi, jauh lebih berat," ujar SBY, di Jakarta, Sabtu (10/11).
Menurut SBY, salah satu tantangan adalah pelaksanaan pileg dan pilpres serentak, karena survei membuktikan partai yang memiliki calon presiden sangat diuntungkan, seperti PDIP dengan sosok Joko Widodo dan Gerindra dengan Prabowo Subianto.

Baca juga : Prabowo Banyak Pikiran?

SBY mengatakan, realitasnya suara kedua partai politik itu meningkat tajam, sebaliknya partai yang tidak punya capres-cawapres, suaranya menurun atau anjlok alias tidak mendapat coattail effect.  Sementara, Jubir Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Andre Rosiade mempersilakan jika caleg Demokrat lebih memilih mengkampanyekan keberhasilan pemerintahan SBY ketimbang mengkampanyekan visi misi Prabowo-Sandi.

"Ya itu silakan saja. Kami nggak ingin mencampuri teman-teman lain, ya strateginya seperti apa. Silakan," kata Andre, kemarin. Partai Gerindra, kata Andre, tentunya menginstruksikan kepada semua caleg untuk mengampanyekan Prabowo-Sandiaga. Menurut Andre, strategi Demokrat itu bisa saja mendongkrak perolehan suara Prabowo-Sandiaga. Dengan mengampanyekan keberhasilan SBY, kata dia, rakyat enggan memilih Jokowi karena dinilai gagal. 

"Ya memperkuat dengan memberikan capaian Pak SBY, maka  kinerja Pak SBY jauh lebih (baik) dari Pak Jokowi. Wajar juga kalau nanti masyarakat tidak lagi memilih Pak Jokowi, tapi Pak Prabowo. Jadi nggak ada masalah kok," jelasnya.

Diketahui, Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono  meminta para caleg untuk memprioritaskan serta memperjuangkan aspirasi rakyat.  AHY mengimbau calegnya agar tidak banyak mengumbar janji.   "Kita berpesan kepada para caleg agar benar-benar mendengarkan suara rakyat, bisa menjelaskan dan memberikan solusi yang ditawarkan Partai Demokrat," tegas AHY usai acara pembekalan caleg DPR di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (11/11). 

Baca juga : Diaspora Indonesia Di New York Nyatakan Dukungan Untuk Jokowi-Maruf

Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas mengaku tahu ada kader partai mendukung pasangan nomor urut 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Padahal, Demokrat secara resmi mengusung paslon Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. "Kita sudah sangat mengetahui, survei internal Demokrat menyatakan memang mayoritas memilih Pak Prabowo, tetapi ada juga yang sesuai kultural wilayah setempat itu memilih Pak Jokowi," aku Ibas. Ibas menambahkan, Demokrat adalah partai demokratis. Pilihan dukungan untuk pilpres menurutnya adalah urusan masing-masing kader sebagai individu. 

Untuk itu, kata dia, tidak akan ada hukuman yang dijatuhkan pada kader yang memiliki pilihan berbeda soal capres-cawapres.  "Sekarang kita tidak bisa memberikan punishment, kita hanya bisa menyerukan, tetapi kalau memberikan punishment tidak bisa," ungkapnya.  Ibas pun mengatakan, Demokrat bukan partai genderuwo. Sebuah istilah dilontarkan Presiden Jokowi untuk politisi yang kerap menakut-nakuti masyarakat. Ibas menjelaskan, partainya justru ingin mempraktekkan politik demokratis. [SSL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.