Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Pengamat Yakin Istana Tak Terlibat Kisruh Demokrat

Kamis, 11 Maret 2021 22:21 WIB
KLB Partai Demokrat Di Sibolga. (Foto: Net)
KLB Partai Demokrat Di Sibolga. (Foto: Net)

RM.id  Rakyat Merdeka - Sejumlah pengamat politik yakin, tidak ada keterlibatan Istana dalam kisruh Partai Demokrat. Salah satunya, Pengamat politik Abi Rekso Panggalih.

Abi menilai, Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berusaha membangun narasi adanya keterlibatan pemerintah dalam dinamika internal Demokrat dengan mencantumkan jabatan Kepala Staf Presiden Moeldoko, saat menggelar konferensi pers.

Padahal, dia menilai, internal partai berlambang bintang mercy itu sendiri memang sudah tidak mumpuni karena sejumlah kadernya punya citra buruk.

“Jadi kalau Pak SBY mengkait-kaitkan dinamika internal Partai Demokrat dengan Pak Jokowi ibarat orang mabuk dalam bus kota. Meluapkan ketidakstabilan mental, dan mencari kambing hitam. Padahal citra buruk dan delegitimasi internal sudah terjadi berlarut. Dan sekarang adalah puncaknya, KLB," ujarnya, Kamis (11/3).

Baca juga : Bamsoet Ajak Ikatan Pelajar Muhammadiyah Tingkatkan Kualitas Demokrasi

Pakar politik dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ubedilah Badrun juga meyakini hal serupa. Dia membaca pernyataan pemerintah yang akan menggunakan UU Partai Politik dan AD/ART Partai Demokrat hasil Kongres ke-5 tahun 2020 untuk menilai hasil KLB ilegal, sebagai isyarat kuat bahwa pemerintah tidak tertarik untuk melakukan manuver politik yang berisiko tinggi.

Pernyataan pemerintah tersebut disampaikan secara konsisten oleh Menko Polhukam Mahfud MD dan Menkumham Yasonna Laoly dalam kesempatan terpisah. "Terlalu berisiko pada saat krisis seperti ini. Potensi gejolak politiknya terlalu besar," tuturnya. 

Sementara pegiat media sosial, Ninoy Karundeng meminta internal Demokrat tidak memberikan pernyataan yang membentuk opini publik bahwa Istana terlibat. Dia menyebut, konflik ini murni persoalan internal yang dipicu oleh kepemimpinan partai model dinasti.

Tudingan kepada Istana, dianggap Ninoy, merupakan cara untuk menutupi kondisi Demokrat yang dirancang seperti partai keluarga. Perubahan komunikasi publik dan media sosial terjadi usai KLB Deli Serdang terjadi.

Baca juga : Terima Pengkritik Di Istana, Jubir: Jantung Demokrasi Adalah Kritik

Strategi komunikasi lanjutan ini, disebutnya menjurus pada menebar fitnah, ketakutan, ancaman terhadap pemerintahan Jokowi secara keseluruhan. Di satu sisi, SBY sendiri membuat pernyataan yang justru menyatakan sebaliknya; Presiden Jokowi, BIN, Kapolri, Kemenkumham, Menko Polhukam, tidak terlibat dalam konflik Demokrat.

Tapi, di sisi lain, Benny Harman mengarahkan opini publik dengan menyerang keterlibatan Polri dan Istana. Lewat Twitter, Benny menyebut adanya intimidasi kepada pengurus Demokrat di daerah untuk mengakui hasil KLB, yang diduga dilakukan intelijen kepolisian.

"Yang dilakukan oleh Benny K Harman adalah bagian dari strategi komunikasi medsos untuk menciptakan opini seolah Polri ikut terlibat dalam konflik internal Demokrat," ujar Ninoy.

Dia menduga, strategi ini dilakukan untuk mempengaruhi Menkumham Yasonna Laoly agar menolak Demokrat hasil KLB.

Baca juga : Pengenalan Pra- Berhitung Pada Anak Mempengaruhi Kemampuan Motoriknya

"Dengan cara itu SBY berharap Yasonna tertekan secara psikologis, lewat opini publik yang terbangun. Maka Yasonna akan membuktikan diri netral dengan cara menolak Demokrat Moeldoko. Grand strategi yang mudah dipahami," tandasnya.

Sementara Pengamat politik AS Hikam yakin, Presiden Jokowi memiliki sense of crisis atau kepekaan terhadap krisis. Jokowi diyakini tidak akan membiarkan kisruh Demokrat berlarut-larut. "Saya yakin Pak Jokowi orang yang sangat peka terhadap krisis-krisis di negara ini," ujarnya di Mata Najwa. [JAR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.