Dark/Light Mode

Di Masa Pandemi

Perang Baliho: Rem!, Perang Bansos: Gas!

Rabu, 4 Agustus 2021 07:50 WIB
Baliho petinggi partai politik (parpol). (Foto: detik.com/Istimewa)
Baliho petinggi partai politik (parpol). (Foto: detik.com/Istimewa)

 Sebelumnya 
Jawaban kader PDIP juga tidak jauh beda. Katanya, itu spontanitas dari hasil kolektif fraksi di DPR. Ada juga yang berasal dari DPD, DPC, dan para relawan. Lagipula, tujuan pemasangan baliho itu untuk mengedukasi masyarakat.

“Tagline-nya macam-macam. Ada imbauan perkuatan gotong royong menghadapi pandemi, penguatan semangat kebangsaan, dan dorongan optimisme menghadapi masa depan,” kata anggota Komisi V DPR, Hendrawan.

Bagaimana dengan Demokrat? Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra menyebut, baliho AHY sudah lama dipasang. Tepatnya saat partai menghadapi Gerakan Pengambilalihan Kepemimpinan Partai Demokrat. Pemasangan baliho ini untuk menegaskan mengenai konsistensi pilihan Demokrat sebagai partai nasionalis religius.

Baca juga : Awas Pungli Bansos Tunai

Diungkapkan Herzaky, tidak sedikit kader yang bangga terhadap AHY. Permohonan izin untuk memasang wajah putra sulung SBY itu juga terus datang ke DPP. “Ini sebagai bentuk kebanggaan mereka memiliki sosok ketum seperti Mas AHY. Yang tak henti-hentinya mengingatkan untuk terus membantu rakyat terdampak pandemi,” katanya.

Lalu apa penilaian pengamat? Direktur Eksekutif Indonesia Political Review, Ujang Komarudin sangat menyesalkan kejadian ini. Karena niat utamanya demi mengerek popularitas dan elektabilitas. Karena sudah menjadi rahasia umum, wajah yang terpampang di baliho berhasrat maju di Pilpres 2024.

Mestinya, perang baliho seperti itu direm dulu. Justru yang digas bantuan ke masyarakat. “Rakyat lagi sulit. Banyak yang nggak bisa makan. Dan rakyat nggak butuh baliho. Lebih baik dananya untuk membantu masyarakat. Rakyat mesti diprioritaskan dibandingkan pemasangan baliho,” kritik Ujang.

Baca juga : Ingrid Kansil Minta Pemerintah Perbaiki Data Bansos

Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah menyebut, sah-sah saja memasang baliho. Namun yang jadi masalah, ketika ada jabatan publiknya. Karena dianggap tidak memiliki kepekaan atau bahasa kerennya: sense of crisis. Mengingat anggaran pemasangan itu bisa dialihkan ke jutaan masyarakat yang terdampak pandemi.

Analis politik dari Exposit Strategic, Arif Susanto juga menilai, baliho elit parpol tak memberikan kecerdasan politik bagi masyarakat. Justru merupakan bentuk narsisme politik. Ada tiga indikasinya. Pertama, mereka ingin perhatian masyarakat terpusat padanya.

Kedua, mereka yang ditampilkan dalam baliho merupakan tokoh yang memiliki kewenangan dalam pengambilan kebijakan penanganan pandemi. Ketiga, minim empati. “Bencana disalahgunakan sebagai alat untuk menegaskan peran dan dominasi politik,” sesal Arif.

Baca juga : Pelni Sulap Kapal Jadi Tempat Isolasi

Direktur Eksekutif Lingkar Madani, Ray Rangkuti menganggap, elit parpol mengambil jalan pintas untuk mendongkrak popularitas. Padahal, masih banyak cara untuk mengambil simpati masyarakat. Misalnya dengan menunjukkan ide dan gagasan maupun kinerjanya untuk masyarakat. [MEN]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.