Dark/Light Mode

Calon Menteri Yang Diburu Jokowi: Umur 20-30 Tahun Parasnya Cantik

Minggu, 12 Mei 2019 05:32 WIB
Joko Widodo (Foto Rakyat Merdeka)
Joko Widodo (Foto Rakyat Merdeka)

RM.id  Rakyat Merdeka - Jokowi ingin kabinet di periode keduanya terlihat lebih segar. Untuk mewujudkan hal itu, Jokowi tengah berburu calon menteri berusia antara 20 sampai 30 tahun. Kalau ada, perempuan, matang dan punya paras cantik.

Info itu diungkapkan Wakil Sekretaris Tim Kampanye Pemenangan Jo­kowi-Ma’ruf, Ahmad Rofiq dalam dis­kusi bertajuk “Pemuda, Mana Sua­ramu!?” yang digelar di Menteng, Jakarta, kemarin. Menurut pria yang juga menjabat Sekjen Perindo ini, pembahasan ka­­binet sudah dimulai sejak akhir April lalu, saat Jokowi menggelar pertemuan dengan para sekjen partai koalisi. Yang dibahas masih hal-hal ringan. Belum sampai menyebut nama atau inisial. Pasalnya, Jokowi juga masih fokus menyelesaikan sisa pemerintahannya sampai Oktober nanti.

Nah, lanjut Rofiq, dalam pertemuan itu, Jokowi antara lain mengungkapkan niatnya mengajak anak muda sebagai menteri. Salah satu kriteria yang disebutkan adalah usianya antara 20-30 tahun. “Anak muda. Perempuan, cantik, matang,” kata Rofiq.

Rofiq menambahkan, apa yang disampaikan Jokowi itu baru kriteria, belum menyebut nama. Karena itu, partainya pun kini ikut mencari sosok yang pas seperti yang diinginkan Jokowi. Rofiq menilai, kriteria ini membuktikan Jokowi punya kepedulian terhadap anak muda. Selama ini, ia mengakui generasi muda kurang mendapat apresiasi di tingkat politik nasional. Penyebabnya, karena tingginya politik transaksional. Ujungnya, generasi muda idealis kurang mendapat porsi.

Baca juga : Jokowi Belum Puas Kinerja Kabinet

“Harus ada perubahan signifikan dari sistem politik kita sekarang. Sehingga anak muda juga memiliki tempat dan masa depan yang lebih baik,” katanya.

Di tengah munculnya kabar itu, ada usulan agar Jokowi membentuk kabinet zaken. Zaken adalah istilah untuk kabinet yang diisi para profesional dari non-partai. Prinsip utama pembentukan kabinet ini adalah pada sistem meritokrasi. Atau menempatkan orang yang tepat di tempat yang tepat.

Usulan pembentukan kabinet zaken pertama kali diungkap Anggota De- wan Pengarah Buya Syafii Maarif saat berkunjung ke Istana Kamis lalu. Eks Ketum PP Muhammadiyah ini menilai, kabinet Jokowi saat ini banyak bolongnya. Terutama karena ada sejumlah menteri yang berasal dari parpol tersangkut kasus hukum. Buya berharap, dalam pembentukan kabinet kedua nanti, Jokowi lebih mandiri dan berdaulat dalam memilih menteri.

Teknisnya, Jokowi menentukan sendiri siapa menterinya. Parpol boleh mengusulkan. Hanya jangan satu nama. Harus beberapa nama. Jokowi nanti yang akan memilih.

Baca juga : Hasil Pemilu Di Korut: Jokowi Dapat 21, Prabowo Cuma 3

Kabinet zaken sebenarnya bukan barang baru. Kabinet serupa pernah muncul di penghujung masa demokrasi parlementer. Yaitu di masa Perdana Menteri Djuanda Kartawidjaya. Kabinet ini diberi nama Kabinet Djuanda. Sayang umurnya tak panjang. Hanya berkisar 2 tahun. Usulan Buya Syafii mendapat banyak respons dan menuai pro kontra. Sejumlah pihak, optimis Jokowi bisa membentuk kabinet tersebut. Yang lain meragukannya.

Sampai kemarin, usulan Buya itu masih dikomentari para elite parpol. Cawapres Ma’ruf Amin menegaskan, urusan kabinet dan menteri akan dibahas pada waktunya nanti. Menurut dia, struktur kabinet nanti akan tetap mewakili kalangan profesional dan parpol. Kata dia, kalaupun ada menteri dari parpol, tetap harus seorang profesional. Tidak boleh tidak profesional.

“Saya kira bentuknya seperti apa akan dibicarakan nanti,” kata Ma’ruf, usai menghadiri buka bersama PP Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) di Condet, Jakarta, kemarin.

Jubir Presiden, Johan Budi SP mengatakan, urusan memilih menteri adalah hak perogratif presiden. Namun tentu saja, Jokowi akan mendengar seluruh masukan. Termasuk dari Buya Syafii. Kata Johan, Presiden juga akan berdiskusi dengan banyak pihak.

Baca juga : Quick Count Menangkan Jokowi, Saham Perusahaan Sandiaga Rontok

“Selain dengan wapres, tentu juga dengan ketum partai pendukung,” kata Johan, tadi malam. Dia bilang, pada 2014, Jokowi sudah mengusahakan mengisi kabinet dengan orang profesional. Menempatkan 19 profesional dari 34 kursi menteri. Meski kemudian di tengah jalan terjadi reshuflle untuk menampung aspirasi parpol. Di 2014, Jokowi diusung PDIP, PKB, Nasdem, Hanura dan PKPI. Kemudian di pertengahan jalan merapat Golkar, PPP dan PAN.

Di 2019, partai yang mendukung Jokowi lebih banyak lagi. Termasuk PBB, Perindo dan PSI. Bisakah Jokowi membentuk kabinet zaken? Pengamat politik dari UI, Aditya Perdana mengatakan, sulit sekali. Hal ini menengok apa yang terjadi pada Presiden SBY di periode keduanya. SBY yang menang dengan angka 60 persen saja tak bisa membentuk kabinet profesional. Dari 37 menteri, hanya 13 yang berasal dari profesional. Beberapa di antaranya adalah Marty Natalegawa (Menlu) dan Sri Mulyani (Menkeu). Sisanya berasal dari partai koalisi yaitu Demokrat, PKS, PAN, PPP dan PKB. Politikus dari Golkar bahkan diakomodir yaitu Fadel Muhammad sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan. Padahal partai kuning ini mendukung Jusuf Kalla-Wiranto.

Adit bilang, membentuk kabinet zaken agak sulit karena hitung-hitungan politis. Karena tak akan ada partai yang rela menyerahkan posisi menteri ke profesional. Mereka merasa berhak atas posisi menteri karena telah berkeringat membantu Jokowi memenangkan Pilpres.

“Partai koalisi dalam pilpres akan mengungkit peran mereka bagi kemenangan Jokowi,” kata Adit, kemarin.[BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.