Dark/Light Mode

Momentum Memilih Pemimpin

Pemilu Bukan Perang Badar

Sabtu, 10 Juni 2023 06:45 WIB
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya. (Foto: Instagram)
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya. (Foto: Instagram)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya menegaskan bahwa Pemilu 2024 merupakan agenda politik untuk memilih pemimpin.

“Jadi, (pemilu) ini cuma prosedur, bukan jihad fi sabilillah, bukan perang badar, bukan soal hidup (atau) mati. Ini cuma soal prosedur untuk menentukan pejabat Pemerintah, dalam hal ini presiden dan juga legislatif,” kata Gus Yahya di Istana Kepresidenan, Jakarta, kemarin.

Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) PBNU Ulil Abshar Abdalla sepakat dengan Gus Yahya yang mendudukkan posisi NU sebagai ormas Islam. Bukan partai politik.

Baca juga : Pelanggaran Pemilu Bakal Ditangani Adil

“NU menjadi pendulang suara, sudah pasti karena NU ini ormas besar. Yang jelas, NU bukan partai politik,” tegas Gus Ulil-sapaan Ulil Abshar Abdalla.

Dia menegaskan, NU lebih dari sekadar mesin pendulang suara. Sekalipun menja­di pendulang suara dalam pemilu maupun pilpres, NU tetap memiliki kepentingan dalam hal kepemimpinan nasional.

“NU sebagai ormas punya aspirasi agar arah kebijakan negara ke depan membawa maslahat. Tetapi itu diperjuangkan oleh NU dengan posisinya yang bukan sebagai partai politik,” tegas Gus Ulil.

Baca juga : Perry Warjiyo Lantik 3 Pemimpin Baru Kantor Pusat BI

Menurutnya, penilaian para pihak mengenai NU sebagai pendulang suara merupakan hal wajar bagi sebuah negara demokrasi. Namun, dia mengingatkan NU tetap punya kepentingan yang lebih besar daripada hanya persoalan elektoral.

“Tentu saja NU punya kepentingan secara politik agar arah negara ini ke depan, secara politik, sosial, keagamaan, ekonomi secara kebudayaan menuju ke arah yang membawa maslahat bagi warga NU. Terutama bagi rakyat Indonesia se­cara umum,” ucap Gus Ulil.

Karena itu, NU sebagai lembaga dan para pimpinannya akan menyuarakan aspirasi mengenai sosok yang tepat untuk membawa visi kemaslahatan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Baca juga : Komunikasi Pemimpin: Konteks Tinggi Atau Konteks Rendah

“Melihat NU jangan diperlakukan se­bagai partai politik. NU tentu saja punya kepentingan agar arah negara ini ke depan membawa maslahat secara keseluruhan sesuai dengan visi kita mengenai ukhu­wah Islamiyah, wathaniyah dan basyari­yah,” jelas Gus Ulil.

Dia juga menegaskan, suara warga NU bu­kan milik satu kelompok dan tidak terpusat di satu daerah saja. “Suara warga NU tersebar di mana-mana. Tidak hanya di dalam satu partai politik,” ujar Gus Ulil. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.