Dark/Light Mode

Saran Untuk Banteng: Banyak Nyerang, Banyak Ruginya

Jumat, 1 Desember 2023 08:08 WIB
Kantor DPP PDIP. (Foto: Antara)
Kantor DPP PDIP. (Foto: Antara)

RM.id  Rakyat Merdeka - Makin ke sini, serangan-serangan yang dilakukan PDIP semakin masif. Seperti Banteng ketaton, PDIP menyerang ke segala arah. Namun strategi tersebut dinilai bisa menjadi boomerang. Rakyat malah makin menjauh. Banyak nyerang, banyak ruginya.

Serangan PDIP ke Presiden Jokowi mulai terasa setelah Gibran Rakabuming Raka dideklarasikan menjadi cawapres pendamping Prabowo Subianto, akhir Oktober lalu. Belakangan, Jokowi yang awalnya turut memilih Ganjar Pranowo sebagai capres PDIP, memberikan restu atas pencalonan putra sulungnya itu.

Politisi PSI Ade Armando mengingatkan, berbagai serangan PDIP ke Jokowi itu, akan berdampak negatif ke pasangan Ganjar-Mahfud yang diusung PDIP. Ia lalu merujuk hasil survei yang menyebut tingkat kepuasan rakyat ke Jokowi saat ini masih tinggi yaitu di kisaran 75 persen.

Dari hasil survei itu bisa diketahui, akan ada banyak orang marah saat PDIP serang Jokowi. “Menyerang Jokowi sama artinya bunuh diri,” kata Ade.

Baca juga : Banyak Dialog, Banyak Berkahnya

Ia lalu mengungkap hasil survei teranyar yang menyebut elektabilitas pasangan Ganjar-Mahfud melorot ke posisi buncit. Sebaliknya, Paslon 01, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar perlahan naik.

Menanggapi omongan Ade tersebut, politisi PDIP Deddy Sitorus tak mau mengomentar panjang lebar. Kata Deddy, Ade sebaiknya tidak ikut campur urusan rumah tangga orang lain.

“Urusan dia apa ya membahas internal partai orang lain," kata Deddy, Kamis (30/11/2023).

Anggota DPR ini menilai, Ade merasa bebas banyak omong karena merasa dilindungi dan ditopang kekuasaan. Seperti Golkar pada zaman Orde Baru. “Dia hidup karena ditopang penguasa, bukan karena gagasan,” ucapnya.

Baca juga : Banteng Jabar Bakal Utamakan Incumbent

Sementara itu, Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi menilai strategi yang dilakukan PDIP memang bisa menjadi boomerang. Kata dia, serangan-serangan tersebut secara tidak disadari membuat pendukung Jokowi yang memilih Ganjar mengalihkan dukungan ke Prabowo. Padahal, kata dia, basis pendukung Ganjar sebagian besar adalah loyalis Pak Jokowi.

“Strategi serangan PDIP ini mempermulus dan mempercepat proses migrasi pendukung Jokowi ke kubu pendukung Prabowo Subianto,” kata Burhanuddin, dalam keterangan tertulis, Kamis, (30/11/2023).

Burhan yang baru dikukuhkam menjadi Guru Besar Ilmu Politik UIN Jakarta itu menilai, jika strategi ini diteruskan, bukan tidak mungkin pasangan Ganjar-Mahfud akan finish di posisi buncit.

Analisa tersebut terlihat dari hasil survei yang dikeluarkan oleh Polling Institute baru-baru ini. Hasil survei itu  mencatat adanya penurunan suara Ganjar-Mahfud dari 36 persen ke 24 persen. Burhan menyebut pasangan Anies-Muhaimin memiliki potensi terbesar untuk dapat menyaingi dan bahkan menyalip elektabilitas Ganjar-Mahfud untuk menemani Prabowo-Gibran pada Pilpres putaran kedua.

Baca juga : Pesan MAKI Untuk Firli Bahuri Yang Jadi Tersangka: Tenang, Ini Bukan Kiamat

Burhan menambahkan, suara pendukung Ganjar-Mahfud dan Prabowo-Gibran bagaikan bejana berhubungan yang saling terkait.  Dari hasil survei diketahui ketika suara pasangan Prabowo-Gibran meningkat, suara Ganjar-Mahfud menurun.

Meski demikian, Burhan menilai masih ada waktu sekitar dua setengah bulan untuk melakukan kampanye sebelum proses pemungutan suara. Selain itu, ia menekankan hasil survei yang dilakukan dalam beberapa waktu terakhir, tidak dapat menjadi acuan pasti terkait apa yang akan terjadi pada 2024. Menurut dia, Prabowo-Gibran juga belum aman, karena suaranya belum mencapai 50 persen.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.