Dark/Light Mode

Dibanding Pilpres 2019, Pilpres 2024 Lebih Adem

Kamis, 21 Desember 2023 08:31 WIB
Dari kiri: Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan, dalam Debat Capres, di KPU, Selasa malam (12/12). (Foto: Ng Putu Wahyu Rama/RM)
Dari kiri: Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan, dalam Debat Capres, di KPU, Selasa malam (12/12). (Foto: Ng Putu Wahyu Rama/RM)

RM.id  Rakyat Merdeka - Suhu politik selama masa kampanye Pilpres 2024 memang terasa panas. Aksi saling serang dan saling sindir antar kubu Capres terus berlangsung setiap hari. Namun, jika dibanding dengan Pilpres 2019, suasana saat ini dinilai lebih adem dan kondusif.

Suasana kampanye yang lebih adem itu, dirasakan Ketum Partai Gelora Anis Matta. Mantan presiden PKS ini menilai, suasana Pilpres 2024 lebih kondusif dibanding Pilpres 2019. Pada Pilpres sebelumnya, pembelahan dan ketegangan begitu terasa di masyarakat.

Anis menyebut, bibit-bibit ketegangan itu juga sebenarnya ada di Pilpres 2024. Namun, tak massif seperti pada 2019. "Sekarang ini jauh lebih kondusif, jauh lebih santai, walaupun tetap ada bibitnya," kata Anis, dalam program Gelora Talks, yang tayang di YouTube Gelora TV.

Menurut Anis, kondisi yang kondusif sekarang ini tak lepas dari perjalanan dua kali Pilpres sebelumnya. Semua pihak tampaknya sudah mempunyai pengalaman getir yang tak kunjung selesai pada Pilpres 2019.

Ketua Bawaslu Rahmat Bagja merasakan hal yang sama. Menurut dia, suasana persaingan memang terasa, apalagi di dunia maya. Namun, jika dibanding Pilpres 2019, suasana lini masa saat ini lebih adem.

Baca juga : Bersama Gibran, Prabowo Pede Menang di Pilpres 2024

"Bisa dilihat banyak yang tidak terlalu ngegas di media sosial. Banyak yang menahan diri juga tidak melakukan politisasi SARA (suku, agama, rasa, dan antargolongan), dan kawan-kawannya. Inilah buah dari evaluasi kita dari tahun 2019," kata Bagja.

Bawaslu juga telah melakukan berbagai upaya untuk meredam hoaks terkait Pemilu 2024. Salah satunya dengan menggandeng Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk melakukan literasi digital dan juga penegakan hukum terhadap media sosial yang bermasalah. "Kami juga meminta masyarakat untuk berhati-hati dalam bermedia sosial, baik dalam berkomentar maupun menyebarkan informasi," ucapnya.

Ketua KPU Hasyim Asy’ari sudah memprediksi Pilpres 2024 tidak akan seberat pada 2019. Ia optimis, gelaran Pemilu 2024 akan berjalan damai dan demokratis.

Menurut dia, ada beberapa hal yang membuat Pilpres 2024 akan lebih ringan dibanding 2019. Salah satunya adalah Pilkada tidak mendahului Pilpres. Menurut dia, hal ini menurunkan potensi konflik di Pemilu 2024.

Kondisi ini berbeda pada Pilpres 2019 yang panasnya terasa mulai dari 2016. Karena saat itu, akan ada Pilkada DKI Jakarta 2017. Setelah itu, Pilkada Serentak 2018 yang digelar di hampir seluruh Indonesia, yang persiapannya hampir bersamaan dengan Pemilu 2019.

Baca juga : Sahabat Ganjar Tebar Semangat Perdamaian Pilpres 2024 Di Banyumas

Pada Pemilu 2024, tensi politik tidak tinggi karena Pilkada baru dilakukan setelah Pilpres dan Pileg. "Sehingga hanya fokus pada Pemilu Presiden dan Pemilu Anggota Legislatif," ujarnya.

Selain itu, hasil Pemilu 2024, yang digelar 14 Februari, harus diumumkan paling lambat 35 hari setelah pencoblosan. Artinya, pada 20 Maret 2024 hasil Pemilu secara nasional akan diumumkan. Kondisi ini membuat parpol akan sibuk dengan urusannya masing-masing sambil menghitung kekuatan jumlah kursi di DPR dan DPRD.

Parpol akan bersikap sesuai dengan jumlah anggota legislatif yang dimiliknya. Karena ini akan menjadi modal mereka untuk menghadapi Pilkada mendatang. Dengan kondisi ini, bisa saja partai yang berkoalisi pada Pilpres 2024 akan berbeda koalisi pada Pilkada, atau mereka yang berlawanan pada Pilpres bisa menjadi kawan pada Pilkada. "Tak ada lawan dan kawan yang abadi dalam politik," kata Hasyim.

Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia Ujang Komarudin menyampaikan hal serupa. Kata Ujang, panasnya suhu politik Pilpres 2019 sudah berhembus sejak 2016. Dimulai dengan heboh Pilgub DKI 2017. Ketika itu, sepanjang tahun, hoaks dan ujaran kebencian bertebaran di media sosial.

Menurut Ujang, situasi yang kondusif saat ini tak lepas dari jumlah Capres yang ikut berkompetisi saat ini. Tiga pasang calon membuat demokrasi lebih sehat. Bandingkan dengan dua kali pilpres sebelumnya, dua paslon yang berkompetisi membuat rakyat terpecah belah dalam dua kubu.

Baca juga : Dibanding 2018, Peringkat Indonesia Naik 5-6 pada PISA 2022

"Saat itu, benturan sangat keras di tengah masyarakat. Masyarakat sangat mudah terprovokasi hingga menimbulkan polarisasi yang begitu tajam," kata Ujang.

Artikel ini tayang di Harian Rakyat Merdeka, edisi Kamis (21/12), dengan judul "Dibanding Pilpres 2019, Pilpres 2024 Lebih Adem".

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.