Dark/Light Mode

Dinasti Politik Rawan Lahirkan Praktik Korupsi

Senin, 2 November 2020 06:37 WIB
Dinasti Politik Rawan Lahirkan Praktik Korupsi

RM.id  Rakyat Merdeka - Jumlah kandidat terafiliasi dengan dinasti politik tertentu mengalami pengingkatan pada Pilkada Serentak 2020. Meski sah secara konstitusional, tapi dikhawatirkan memunculkan praktik korupsi.

Negara Institute menyebut, di pilkada tahun ini ada 124 kandidat yang punya kedekatan dengan elite tertentu. Dari sisi jumlah, kandidat dari dinasti politik kali ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan Pilkada 2018 yang hanya 9 kandidat.

Pengamat politik dari Universitas Paramadina Arif Susanto mengatakan, setiap kerabat pejabat memang mempunyai hak mencalonkan diri di Pilkada 2020.

Baca juga : Mahalnya Politik Pangan

Arif tak sepakat jika hak politik mereka dicabut. Tapi, Arif menegaskan, publik juga harus lebih memahami bahaya dari dinasti politik. Yakni terjadinya pemusatan kekuasaan dalam jaringan patronase.

Imbas yang paling buruk, yakni melahirkan korupsi. “Yang perlu kita lihat adalah pemusatan kekuasaan di tangan jaringan patronase elite yang kemudian terkait fenomena korupsi,” ujarnya, kemarin.

Arif memberikan contoh politik kekerabatan berujung korupsi. Misalnya, kasus suap proyek infrastruktur di Kutai Kartanegara pada Juli lalu.

Baca juga : Awas, Rest Area Jadi Lokasi Rawan Penyebaran Virus

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menangkap Bupati Kutai Timur Ismunandar dan Ketua DPRD Kutai Timur Encek Unguria yang merupakan suami istri. Uang suap miliaran rupiah diduga akan digunakan untuk pemenangan Ismunandar di Pilkada 2020.

Pengamat politik dari Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Stefanus Sampe mengatakan, pengaruh nama kerabat, baik dari hubungan keluarga maupun hubungan pernikahan, terhadap elektabilitas paslon di pilkada sangat tergantung pada tingkat ketokohan dan track record anggota keluarga atau kerabat itu sendiri di mata masyarakat.

Artinya, apabila anggota keluarga atau kerabat seperti ayah, ibu, suami, istri atau paman ketokohannya jelek di mata masyarakat, maka daya dongkrak eletabilitas paslon akan rendah.

Baca juga : Jika Menang Di Pilkada Medan, Bobby Janjikan Beasiswa Ke Mesir

Beda halnya bila ketokohan dan track record si kerabat itu baik dalam persepsi masyarakat.

“Yang paling menentukan adalah ketokohan dari kandidat. Tapi pasangan atau anggota keluarga mereka juga dapat membantu memperbesar perolehan suara. Bahkan sangat menentukan kemenangan kandidat tersebut,” ujarnya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.