Dark/Light Mode
RM.id Rakyat Merdeka - Eropa perlu membuka “masker” rasisnya. Krisis pengungsi Ukraina menjadi momentum untuk introspeksi.
Lihatlah kalimat yang dilontarkan. “Ini bukan di Timur Tengah atau Afghanistan”. “Para pengungsi Ukraina itu sama seperti kita. Mereka bermata biru dan berambut pirang”. Begitu istilah-istilah yang muncul di Barat.
Baca juga : Menghukum Oligarki
Ada juga yang bawa-bawa soal mobil, seperti disampaikan reporter dari saluran berita 24 jam yang berbasis di Prancis, BFM TV.
“Kita berbicara tentang orang Eropa yang kabur dengan mobil seperti milik kita untuk menyelamatkan hidup mereka,” kata Philippe Corbe, reporter itu.
Baca juga : Bahaya Dendam Politik
Maka, Eropa membuka pintu seluas luasnya. Ini berbeda dengan reaksi ketika terjadi krisis pengungsi luar biasa di tahun 2015 akibat konflik Suriah.
Saat itu, Perdana Menteri Hongaria Victor Orban bahkan menggambarkan pengungsi non-Eropa sebagai “racun,” sehingga harus ditolak.
Akhirnya, banyak pengungsi yang meregang nyawa. Terutama di Laut Mediterania. Anak-anak, orang tua, meninggal kedinginan ketika perahu mereka tenggelam di kegelapan malam. Ratusan mayat terdampar. Terkapar. Mereka dihadang. Diusir. Dihalau. Tragedi kemanusiaan yang sangat menyedihkan.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.