Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Kenapa Migor Masih Mahal?

Senin, 27 Juni 2022 06:20 WIB
BUDI RAHMAN HAKIM
BUDI RAHMAN HAKIM

RM.id  Rakyat Merdeka - Masalah masih mahalnya harga minyak goreng alias migor sungguh sangat ironis. Sebagai negara produsen minyak sawit terbesar di dunia, kita malah mengalami masalah ini secara berlarut-larut. Sudah lebih dari enam bulan, masalah ini belum juga selesai.

Berbagai jurus yang sudah dilakukan Pemerintah, namun belum ampuh mengatasi masalah ini dengan tuntas. Bahkan, Presiden Jokowi sudah melakukan reshuffle kabinet. Tapi kenapa, migor masih saja mahal.

Baca juga : Anies Laris Manis

Kondisi ini menunjukkan, industri sawit tidak bisa menjadi tuan di negeri sendiri. Ibarat pepatah, untuk masalah migor ini, kita seperti ayam mati di lumbung padi.

Masalah migor yang berkepanjangan ini sungguh telah menampar wajah bangsa ini sebagai negara yang memiliki lahan perkebunan sawit terluas di dunia. Sebagai pemilik raw material terbesar untuk minyak goreng. Apalagi, hal ini juga sempat disorot dunia. Tidak heran, banyak orang bertanya-tanya, apa sesungguhnya yang sedang terjadi.

Baca juga : Elite Yang Tak Peka

Dengan kondisi ini, perlu segera ada perbaikan. Terutama dalam hal manajemen minyak sawit dari hulu sampai hilir. Semua harus diperbaiki. Kita harus benar-benar serius membereskannya, agar masalah mahalnya migor ini segera selesai dan tidak terulang lagi.

Kalau bicara masalah hilir, kita harus bicara packaging. Kalau sudah ada packaging, tentu akan lebih mahal dari raw material. Namun, kondisi ini bukan alasan. Sebab, kita memiliki lahan sawit terluas di dunia.

Baca juga : Menyikapi Kenaikan Kasus Baru

Dengan kepemilikan lahan terluas, kita tidak boleh disetir orang lain. Oleh bangsa lain. Apalagi dimonopoli dan dipermainkan mafia. Bila perlu, kita yang seharusnya memonopoli.

Saat ini, beberapa “mafia” sudah ditangkap Kejaksaan Agung. Ekspor minyak goreng juga sempat dihentikan. Menteri juga sudah diganti. Tapi kenapa harga migor belum turun juga. Pemerintah harus segera menyelesaikan masalah ini. Agar penderitaan emak-emak segera selesai. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.