Dark/Light Mode

RM.id Rakyat Merdeka - Politisi harus eksis. Bukan dalam rangka narsis, tapi untuk selalu hadir dalam mengadvokasi kepentingan rakyat. Setidaknya rakyat yang diwakili dan telah memilihnya di daerah pemilihan. Eksis di hadapan publik dengan selalu lantang bersuara.
Di masa silam, politisi di parlemen hanya figuran, hiasan bunga demokrasi. Kamuflase. Oleh karenanya, tugas dan peran politik mereka super pasif. Diilustrasikan dalam tiga D: duduk, dengar, dan diam. Itu saja: selama hampir 32 tahun.
Berita Terkait : Repackaging Pancasila
Sekarang dan sejak era reformasi, jangankan politisi, publik saja bebas bersuara. Namun, tentu saja wajar bila sekarang berharap lebih kepada politisi. Selain bersuara, juga mengambil action sebagai watchdog kekuasaan. Mereka terus menggonggongi kekuasaan yang ditengarai menyimpang.
Namun, tentu kita berharap, sikap lantang mereka tidak cuma sensasi belaka yang tidak ada ketulusan. Apalagi, naudzubillah, bila sikap kritis mereka ternyata cuma pesanan dari bandar. Dari sekelompok kepentingan yang ingin kegiatan usahanya yang tak halal tetep jalan bahkan terus menggurita.
Berita Terkait : Perlu Cara Cerdas Bumikan Pancasila
Pengusaha nakal yang suka jadi bandar itu selalu ada dalam sejarah. Di semua sektor. Di semua mata anggaran belanja negara. Itu ada cukongnya, yang sudah beberapa dekade menikmati kue-kue duit rakyat.
Kepada para politisi muda, Anda juga harus mawas diri. Jangan karena benci terus mencari sensasi lalu kurang mawas diri. Jangan nyinyir. Harus matang dalam menyajikan fakta. Jangan hanya bikin geger apalagi kegaduhan yang kontraproduktif bagi iklim kebangsaan.
Berita Terkait : Semua Berujung Di Tangan Luhut
Rakyat lebih mengharapkan politisi parlemen terus menjaga integritas. Ini semata untuk me-recovery citra yang sudah lama babak belur karena banyaknya oknum yang tercokok KPK. Jaga dan mawas diri dengan selalu berpihak pada kejujuran dan kebenaran. Rakyat di belakangmu. ■