Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

G20 Mengalir Sampai Ke Bawah

Kamis, 17 November 2022 06:29 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

RM.id  Rakyat Merdeka - Setelah acara G20 berjalan sukses, dan para peserta kembali ke negaranya masing-masing, bagaimana kelanjutannya?

Harapan kita, semoga semua kesepakatan dan komitmen bisa diimplementasikan dengan baik. Mengalir lancar ke seluruh rakyat. Janji serta komitmen, bisa diwujudkan. Tidak sekadar bahan diskusi atau “pemanis” di ruang rapat.

Di bidang kesehatan misalnya, G20 berhasil mengumpulkan “Dana Pandemi”. Dana patungan ini untuk membantu negara berpenghasilan rendah dan menengah dalam mencegah serta menangani pandemi.

Dana yang terkumpul cukup besar. Awalnya hanya 1,4 miliar USD kemudian komitmennya bertambah menjadi 1,5 miliar USD. Ini layak diapresiasi. Selanjutnya, mewujudkan “janji” dan komitmen pendanaan ini merupakan tantangan yang harus diperjuangkan.

Baca juga : G20 Untuk Rakyat

Untuk mempercepat pencapaian target, selain berharap pada “dana multirateral”, masing-masing negara perlu mencari peluang lain. Misalnya, memperkuat kerjasama bilateral antar dua negara di banyak sektor.

Kerjasama bilateral perlu diperkuat, karena G20 merupakan kumpulan negara yang beragam. Populasi, ideologi, ekonomi dan geopolitiknya berbeda-beda. Problem serta tantangannya, juga tidak sama.

Menteri Luar Negeri Argentina, Santiago Cafiero, yang menggantikan Presiden Argentina Alberto Fernandez yang mendadak sakit walau sudah berada di Denpasar, menggambarkan dengan baik perbedaan itu.

“Di belahan bumi utara, para pedagang kematian memperdagangkan senjata mematikan, tetapi di belahan bumi selatan, makanan menjadi barang mahal. Di belahan selatan, pembunuhan bukan karena peluru atau misil, tapi oleh kemiskinan dan kelaparan,” kata Cafiero dalam KTT G20.

Baca juga : Alarm Hukum Nyaring Sekali

Kendati masing-masing negara menghadapi tantangan berbeda, namun ada satu yang bisa menyatukan, yakni Bahasa Kemanusiaan.

Dua kata dari Bahasa Kemanusiaan, “hentikan perang!” menjadi sangat penting. Perang Rusia-Ukraina misalnya, menjadi salah satu sumber bagi guncangnya ekonomi dunia yang mendera rakyat di banyak negara.

Contoh: perang tersebut menyebabkan si Fulan di pelosok Argentina atau di sudut kota Jakarta harus mengeluarkan uang lebih banyak untuk membeli sepotong roti atau sebungkus mie instan. Karena, perang tersebut telah menghambat rantai pasokan gandum, bahan baku roti dan mie. Akibatnya, harga roti dan mie melonjak. Rakyat terbebani.

Karena itu, pemulihan ekonomi harus didasari oleh penghentian perang (Rusia-Ukraina). Inilah salah satu fokus yang seharusnya benar-benar diperjuangkan para peserta G20, sekarang maupun nanti

Baca juga : Bangun Monumen Lewat Cuitan

Pada akhirnya, semua kembali kepada kebijakan masing-masing negara. Komunike bersama para pemimpin G20, tidak ada artinya kalau tidak bisa diterjemahkan dan diturunkan kepada rakyat di seluruh pelosok negeri.

Si Fulan di pelosok Argentina, China, Amerika atau di sudut-sudut kota Jakarta serta di seluruh dunia, harus bisa ikut menikmati keberhasilan acara serta gemerlapnya G20. Inilah keberhasilan sejati bagi seluruh anggota G20. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.