Dark/Light Mode

Koalisi & Menggunting Dalam Lipatan

Senin, 6 Maret 2023 05:18 WIB
BUDI RAHMAN HAKIM
BUDI RAHMAN HAKIM

RM.id  Rakyat Merdeka - Koalisi-koalisi parpol menuju Pilpres 2024 sudah semakin mengerucut. Saat ini, sudah ada tiga koalisi yang terbentuk dengan delapan parpol di dalamnya. Meski demikian, kondisinya masih sangat dinamis. Parpol-parpol yang sudah berkoalisi masih tetap membuka komunikasi dengan parpol koalisi lain, bahkan penjajakan.

Pembentukan koalisi untuk menghadapi Pilpres 2024 memang lebih dini dibanding pilpres-pilpres sebelumnya. Di 2004, 2009, dan 2014, rata-rata koalisi baru mengkristal menjelang detik-detik terakhir. Hanya 2019 yang agak anomali, karena meneruskan koalisi pada 2014.

Baca juga : Madrid Selamatkan Lukaku

Untuk Pemilu 2024, parpol-parpol tampaknya memasang kuda-kuda lebih awal. Mereka sudah mulai membuat koalisi sejak satu tahun sebelum pencoblosan. Jika koalisi ini terus bertahan hingga 14 Februari 2024, ini akan menjadi sejarah baru bagi dunia politik di Tanah Air pasca-reformasi.

Jika koalisi ini bertahan, kita akan punya empat pasang capres-cawapres di Pilpres 2024. Yaitu, dari Koalisi Indonesia Bersatu (Golkar, PAN, dan PPP), Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (Gerindra dan PKB), Koalisi Perubahan (NasDem, Demokrat, dan PKS), dan gerbong PDIP yang mungkin akan bersama-sama partai nonparlemen.

Baca juga : Kelabui Polisi, Gembong Narkoba Oplas Wajah

Namun, mempertahankan koalisi ini bukan perkara mudah. Apalagi, koalisi yang dibentuk selama ini bukan berdasarkan ideologi atau persamaan platform yang bersifat kukuh. Koalisi hanya dibentuk berdasarkan kesamaan kepentingan sementara. Seperti sama dalam mengusung capres tertentu.

Karena itu, tidak heran, meski delapan parpol sudah melakukan deklarasi dengan tiga koalisinya, hubungan mereka belum benar-benar terikat kuat. Masing-masing parpol masih suka lirik sana lirik sini. Mereka membalutnya dengan istilah komunikasi dan silaturahmi.

Baca juga : Takut Covid, Mengunci Diri Selama Tiga Tahun

Pertemuan-pertemuan antara parpol beda koalisi memang tidak dilarang. Pertemuan itu sah-sah saja. Apalagi jika tujuannya untuk membangun konsolidasi demi pembangunan bangsa. Namun, pertemuan-pertemuan yang terjadi saat ini terlihat lebih bersifat politis. Tekad parpol-parpol dalam koalisi yang sudah terbentuk tampak belum benar-benar bulat. Mereka masih mencari-cari celah untuk membentuk konfigurasi baru. Tujuannya, tentu agar ambisi mereka di 2024 bisa tercapai.

Dari kondisi ini, bisa saja di kemudian hari ada parpol tertentu “menggunting dalam lipatan”. Mereka mengkhianati koalisinya, untuk bergabung atau membentuk koalisi baru. Alasannya, bisa karena tidak ada kecocokan capres-cawapres yang diusung, atau yang lainnya. Jika ini terjadi, guncangan akan terjadi. Politiknya bisa semakin panas.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.