Dark/Light Mode

Puasa Produksi Sampah

Senin, 18 Maret 2024 04:51 WIB
BUDI RAHMAN HAKIM
BUDI RAHMAN HAKIM

RM.id  Rakyat Merdeka - Sudah lebih dari setahun, supermarket dan minimarket di Jakarta dan sekitarnya tidak menyediakan kantong plastik alias kantong kresek untuk belanjaan konsumen. Konsumen disarankan membawa kantong belanjaan sendiri atau membeli kantong guna ulang. Atau, konsumen bisa juga memilih meminta belanjaannya dibungkus dengan kardus bekas.

Langkah ini dilakukan untuk mengurangi sampah plastik yang semakin menumpuk dan mencemari lingkugan. Ini merupakan langkah yang baik dan perlu didukung semua pihak. Awalnya, hal ini memang merepotkan pembeli. Namun, seiring berjalannya waktu, masyarakat mulai biasa puasa kantong kresek.

Baca juga : Puasa Beda Sudah Biasa

Selama ini, tumpakan sampah plastik telah menyebabkan masalah lingkungan yang parah, termasuk di dalamnya sampai kantong kresek. Hasil studi yang dilakukan Travis P Wagner (2017) memperkirakan, masyarakat dunia membuang 5 triliun sampah kantong kresek setiap tahunnya. Di Indonesia, penggunaan kantong kresek juga menjadi masalah besar. Data Making Oceans Plastic Free (2017) menyatakan, rata-rata ada 182,7 miliar kantong kresek digunakan setiap tahunnya.

Puasa penggunaan kantong kresek ini tentu sangat membantu. Dengan langkah masif dan konsisten, langkah ini diharapkan bisa mengurangi beban sampah plastik yang sudah sangat menumpuk dan mencemari lingkungan.

Baca juga : Suara Rakyat, Untuk Siapa?

Namun, gerakan puasa ini diharapkan bisa lebih luas lagi. Sebab, jika hanya di supermarket dan minimarket, dampaknya masih sangat kecil. Gerakan puasa ini harus diperluas ke pasar-pasar dan warung-warung. Sebab, penggunaan kantong kresek di sana masih sangat besar. Gerakan puasa mencemari lingkungan ini juga harus dimasifkan sampai ke daerah-daerah. Jangan hanya di Jakarta dan kota-kota besar saja. Sampai saat ini, di daerah-daerah, minimarket masih menyediakan kantong kresek.

Kalau ini sukses, kita bisa melangkah pada gerakan lain dalam mengurangi sampah plastik. Selama ini, mayoritas kemasan produk, baik makanan, minuman, maupun yang lainnya, masih menggunakan plastik. Jumlahnya bahkan lebih besar dibanding dengan penggunaan kresek.

Baca juga : Massa Pendukung AMIN Penuhi JIS

Ke depan, kemasan-kemasan ini bisa diganti dengan bahan yang ramah lingkungan, yang gampang terurai, yang tidak menyebabkan penumpukan sampah. Memang, hal ini tidak mudah. Sebab, sampai saat ini, belum ada bahan yang sebaik plastik untuk dijadikan kemasan. Kalaupun ada, harganya belum ekonomis.

Namun, kita tidak boleh menyerah. Untuk lingkungan yang sehat, gerakan pengurangan penggunaan plastik harus terus digencarkan. Sudah saatnya kita puasa mencemari lingkungan, demi menjaga kehidupan masa dengan yang lebih baik.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.