Dark/Light Mode
RM.id Rakyat Merdeka - Upaya Bank Indonesia (BI) menstabilkan nilai tukar rupiah, dengan menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate mesti diimbangi dengan langkah konkret mengerahkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk program stimulus dan perlindungan sosial.
Kenaikan BI Rate di satu sisi sangat penting untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, tapi di sisi lain bisa memunculkan tekanan ekonomi terhadap sektor riil dan daya beli masyarakat.
Sekarang ini, Indonesia sedang menghadapi kerasnya guncangan ekonomi global akibat perang Rusia-Ukraina dan memanasnya konflik Iran-Israel. Kita akan berhasil melewati masa sulit ini, apabila orang-orang yang menangani sektor moneter, fiskal dan sektor riil kompak.
Pasca panetapan Capres dan Cawapres oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) 24 April 2024 lalu, para politisi yang terlibat dalam Pilpres sudah saatnya menurunkan tensi, untuk kemudian bersatu kembali.
Baca juga : Ekonomi Global Diterjang Badai
Pihak legislatif dan para petinggi negeri ini yang menangani sektor moneter, fiskal dan sektor riil mesti bersatu mencari cara yang jitu dalam menghadapi terpuruknya ekonomi global.
Resesi yang dialami Jepang dan Inggris, memburuknya ekonomi Prancis dan Swedia membuat was-was negara-negara di Asia Tenggara. Tahun lalu, produksi pangan, khususnya beras, turun signifikan akibat kemarau panjang dan El Nino. Akibatnya harga beras di pasar tradisional naik.
Supaya orang miskin tetap punya beras, pemerintah perlu memberikan bantuan langsung tunai (BLT) dan bansos beras. Dengan BLT, ekonomi rakyat kelas bawah akan terus berputar.
Oleh karena itu, ke depan ini, BLT dan bansos beras perlu diberikan lagi. Sebab, kalau tidak ada BLT, orang miskin tak akan mampu membeli beras.
Baca juga : Mudik Aman Gembira
Sedangkan untuk usaha kecil dan mikro, kita berharap, pemerintah memberikan stimulus agar mereka bisa cepat bangkit kembali.
Stimulus dalam bentuk pinjaman lunak sangat diharapkan oleh para pengusaha kecil. Untuk itu, kita berharap, bantuan modal bisa diberikan lebih cepat.
Kalau ekonomi rakyat bisa bergairah lagi dan tumbuh di atas 5 persen, ekonomi nasional akan lebih tahan banting. Sebaliknya, kalau ekonomi rakyat lesu, negeri ini tak akan mampu menghadapi krisis ekonomi global.
Jadi sekali lagi, para politisi dan petinggi negara yang menangani sektor moneter, fiskal dan sektor riil harus kompak menghadapi tekanan resesi ekonomi global.
Baca juga : Penuhi Janji Kampanye
Artikel ini tayang di Harian Rakyat Merdeka Cetak, Halaman 1&8, edisi Sabtu, 27 April 2024 dengan judul "Kerja Keras Jaga Ekonomi Rakyat"
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.