Dark/Light Mode

Mau Dilaporkan Ke Polisi Soal Match Fixing

Akmal Marhali Keberatan

Minggu, 23 Desember 2018 21:33 WIB
Koordinator Save Our Soccer (SOS), Akmal Marhali. (Foto : IG @akmalmarhali).
Koordinator Save Our Soccer (SOS), Akmal Marhali. (Foto : IG @akmalmarhali).

RM.id  Rakyat Merdeka - Koordinator Save Our Soccer (SOS), Akmal Marhali menyebut kelompok perwakilan Aremania yang berencana melaporkan dirinya ke Polres Malang Kota gagal paham. Sebelumnya, Akmal dikabarkan bakal dilaporkan oleh empat orang yang mengaku sebagai kelompok Aremania, julukan suporter Arema terkait pernyataan mantan jurnalis tersebut pada sebuah acara diskusi terkait sepak bola Indonesa di Surabaya, beberapa waktu lalu.

Akmal disebut menuding bahwa naiknya peringkat Arema dari dasar klasemen pada wal musim ke peringkat enam klasemen akhir karena adanya campur tangan orang dalam. Menanggapi hal itu, Akmal menegaskan bahwa pelaporan itu tak kuat dari sisilegal standing. "Yang menggugat saya itu empat orang dan mengaku dari Aremania. Aremania yang mana?. Aremania kan ada dua yang di Liga 1 dan liga 3. Lalu, apakah mereka itu mendapatkan mandat dari seluruh Aremania," kata Akmal.

Baca juga : Match Fixing, Sudah Jadi Kanker

Terkait desakan permintaan maaf dirinya, Akmal juga mengaku keberatan. Ia menilai oknum tersebut tak paham apa yang ia maksudkan sebelumnya. Bahkan, Akmal mengungkapkan, kasus ini sejatinya dapat berbalik kepada pihak yang akan melaporkannya karena sedikit alat bukti. "Apa yang harus disampaikan maaf. Nggak tau masalahnya. Saya secara pribadi silahkan saja dilaporkan. Toh sampai saat ini juga belum ada laporannya. SOS siap digugat secara moral. SOS melihat ini lemah dan bisa berbalik kepada pelapor," tegas Akmal.

Kasus bermula ketika Akmal ditanyai oleh salah satu wartawan yang hadir di acara diskusi di Surabaya. Dia dimintai tanggapan soal seberapa riskan klub-klub Jawa Timur yang berlaga di Liga 1 terlibat pengaturan skor atau match fixing. Secara gamblang Akmal mengatakan tak hanya klub yang berasal dari Jawa Timur yang rentan match fixing, melainkan seluruh kontestan di kasta teratas sepak bola Indonesia itu. "Match fixing ada yang terlibat dengan bandar judi. Ada juga yang terkoneksi dengan orang dalam. Termasuk dengan orang yang ada di PSSI dalam hal rangkap jabatan," ucap Akmal.

Baca juga : Pria Rusia Dilarang Masuk, Ukraina Darurat Perang

Akmal lalu menyarankan agar orang orang di PSSI yang merangkap jabatan sebagai pengurus dan pemilik klub dapat memilih salah satu. Hal itu kata Akmal supaya tidak ada konflik interest ketika terjadi pertandingan yang krusial. "Seperti misalnya PSIS Semarang, Arema. Awal musim di bawah tapi bisa naik ke atas. Akhirnya kan orang menyimpulkan ini bukan karena hebatnya PSIS dan Arema bangkit dari keterpurukan karena dia punya orang dalam, kan begitu. Untuk hal-hal semacam ini harus dibersihkan. Langkah paling efektif sebelum liga dimulai harus ada pakta integritas," tegas Akmal. [WUR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.