BREAKING NEWS
 

Potensi Pasar KFX/IFX Tinggi, Turki Diramal Jadi Negara Yang Paling Banyak Beli

Reporter & Editor :
FIRSTY HESTYARINI
Jumat, 11 November 2022 18:22 WIB
Ilustrasi KF-21, pesawat tempur kolaborasi RI-Korsel (Foto: Asian Military Review)

RM.id  Rakyat Merdeka - Keberhasilan penerbangan perdana KF-21 Boramae, merupakan bentuk nyata keberhasilan Indonesia dan Korea Selatan (Korsel), dalam kerja sama pengembangan pesawat tempur.

Dalam paparan bertajuk Kerja Sama Indonesia-Korea perihal Join Development KFX/IFX, yang disampaikan di acara workshop Indonesia Next Generation Journalist Network on Korea Batch 2, yang digelar Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) beberapa waktu lalu, Marsdya TNI (Purn) Eris Herryanto dari Forum Komunikasi Industri Pertahanan (Forkominhan) menjelaskan, salah satu tujuan kerja sama ini adalah mengurangi ketergantungan pada negara pembuat pesawat.

“Serta membuka peluang ekspor, untuk meningkatkan perekonomian nasional,” kata Eris, yang juga mantan Sekjen Kementerian Pertahanan periode 2010-2013. 

Pada kesempatan yang sama, Direktur Umum Senior Program KFX di DAPA Korsel, Brigjen  (Purn) Jung Kwang-sun meyakini, program kolaborasi ini dapat menciptakan daya saing global yang tinggi bagi Indonesia, dalam industri penerbangan. Di samping melebarkan peluang ekspor. 

Jung menjelaskan, setelah penerbangan perdana pada tahun ini, KF-21 akan memasuki tahapan akhir Engineering & Manufacturing Development (EMD) pada tahun 2026. Setelahnya, tahapan produksi akan dimulai. 

Meski masih cukup jauh dari tahapan produksi, RI-Korsel telah melakukan sejumlah kajian pasar terhadap prospek KFX/IFX sejak 2012. 

Janes’ IHS memperkirakan, jumlah kebutuhan pesawat tempur yang dapat diserap oleh KF-X/IF-X di kelompok high priority market mencapai 160 unit (perkiraan rendah) dan 596 unit (perkiraan tinggi).

Baca juga : Prabowo Diminta Jadi Negarawan, Sanggup?

Negara-negara yang masuk dalam kelompok ini adalah India, Mesir, Turki, Israel, Arab Saudi, Singapura, Finlandia, dan Swedia. 

Di antara negara-negara tersebut, potensi pasar terbesar ada di Turki, dengan 60 unit perkiraan rendah dan 100 perkiraan tinggi. 

Sementara di kelompok medium priority, total peluang pesawat KF-X/IF-X mencapai 160 unit (perkiraan rendah) dan 368 unit (perkiraan tinggi).

Kelompok ini mencakup Thailand, Taiwan, Uni Emirat Arab, Jepang, Brazil, Chile, dan Ukraina.

“Negara-negara ini memiliki interest yang cukup besar, untuk membeli produk pesawat tempur RI-Korea ini,” ujar Eris.

Pada tahun yang sama, Strategic Defence Intelligence (SDI) menganalisis potensi pasar KFX/IFX, dengan membagi dua skenario: expected scenario yang menjual 149 unit, dan best scenario 572 unit.

Adsense

Total, ada 14 negara yang dianalisis SDI. Yakni Turki, Filipina, Brazil, Afrika Selatan, Chile, Meksiko, Argentina, Thailand, Malaysia, Kolombia, Uni Emirat Arab, Qatar, Singapura, dan Mesir.

Baca juga : Melon Indonesia Sulap Si Unyil Jadi Nada Sambung Pribadi Telkomsel

Dalam kajian potensi pasar ini, Turki kembali tercatat sebagai negara yang paling berpotensi membeli KFX/IFX. Dengan 50 unit expected scenario dan 175 unit best scenario.

Kemudian, pada tahun 2013, TEAL Group menganalisis rencana penjualan tersebut ke dalam tiga skenario: baseline (599), pessimistic (444), optimistic (869).

Kajian ini dibuat dengan asumsi harga pesawat KFX/IFX lebih murah 45 juta dolar Amerika Serikat (AS), dibanding F-35 dengan fitur yang sama.

“Atas kajian potensi pasar itu, kita perlu memiliki strategi pemasaran untuk memastikan rencana penjualan KFX/IFX. Baik terhadap captive market atau untuk pasar ekspor,” tutur Eris.

Dalam strategi pemasaran terhadap captive market, ada tiga hal yang menjadi poin penting. Berikut rinciannya:

1. Mengamankan secara politik agar program pengembangan KFX/IFX dapat berjalan dengan lancar walaupun terjadi pergantian pimpinan nasional

2. Menerapkan Undang-undang No.16 tahun 2012 tentang Industri Pertahanan antara lain pada Bagian Ketujuh: Pengadaan, Pemeliharaan, dan Perbaikan Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan, Pasal 43, 44 dan 45.

Baca juga : Agama dan Negara Saling Mendekorasi

3. Mengamankan anggaran bagi user untuk pengadaan armada pesawat tempur, suku cadang, armamen dan operasional.

Sedangkan strategi pemasaran dalam pasar ekspor, yang dilakukan melalui kerja sama dengan Korsel adalah sebagai berikut:

1. Menawarkan direct offset misalnya dalam bentuk: industrial participation atau transfer of technology.

2. Menawarkan indirect offset

3. Melibatkan political leaders sebagai communication channels. Political leader yang dimaksud meliputi antar Kepala Negara, antar Menteri, antar Angkatan Bersenjata, Duta Besar dengan Menteri dan Angkatan Bersenjata, serta pebisnis ke konsumen. ***

 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense