BREAKING NEWS
 

Kebohongan Demokrasi

Senin, 30 November 2020 02:05 WIB
DR Ki Rohmad Hadiwijoyo
Dalang Wayang Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Donald Trump sampai saat ini belum mau mengakui kekalahan atas Joe Biden sebagai Presiden terpilih. Partai Republik partai pengusung Trump ikut mengompori untuk tidak menyerah begitu saja. Perilaku partai Republik telah mencederai Amerika sebagai pioner demokrasi. The Washington Post, harian berpengaruh di area DC, menobatkan Donald Trump sebagai presiden yang sukses melakukan kebohongan publik selama menjabat. Setidaknya Trump melakukan kebohongan publik sebanyak 22.000 kali. Kebohongan Trump merupakan rekor terbesar di abad ini. Universitas terkemuka Harvard dan Cornell dalam studinya mengatakan, Trump selain pandai berbohong juga penyebar informasi tidak benar atau “Transmitter of disinformation”.

“Pejabat bohong bisa membunuh demokrasi, Mo. Pantesan buku How Democracies Die sedang ngetren,” celetuk Petruk sok tahu. Romo Semar tidak tertarik untuk mengomentari pertanyaan anaknya, Petruk. Semar sedang prihatin seorang pejabat lengser gara-gara terkena “sungut” lobster. Bukan itu saja yang menjadi keprihatinan Romo Semar. Pertentangan para pemimpin pusat dan daerah makin meruncing. Seperti tidak ada hal lain yang lebih penting. Seharusnya pejabat pusat dan daerah saling gotong royong bahu membahu melandaikan korban Covid.

Baca juga : Revolusi Hijau Dan Akhlak

Romo Semar merenung flashback ke zaman Ramayana. Perilaku Prabu Romo Wijaya di penghujung jabatannya bukan saja membuat kisruh rakyat Ayodya. Kedua anaknya Rama ikut menjadi korban.

Adsense

Kocap Kacarito, setelah tega membuang istrinya Dewi Sinta yang sedang hamil tua ke tengah hutan, Prabu Rama Wijaya membuat blunder lagi yaitu ingin memperluas jajahan dengan menaklukkan kerajaan-kerajaan tetangga. Perilaku bohong Rama menjadi menu harian rakyat Ayodya. Rama menyerang kerajaan sahabat katanya untuk mensejahterakan rakyatnya. Padahal apa yang dilakukan Prabu Rama merupakan balas dendam pascaperang brubuh Alengka.

Baca juga : Ganasnya Virus Sengkuni

Dewi Sinta melahirkan anak kembar laki-laki di tengah hutan. Atas pertolongan pujangga kondang Resi Walmiki, kedua anak tersebut menjadi anak yang pandai menguasai bait sastra dan hukum kerajaan. Kedua anak Sinta tersebut diberi nama Lowo dan Puso. setelah menginjak usia dewasa, kedua anak tersebut diutus Resi Walmiki menghadap Prabu Rama Wijaya untuk membawakan karya sastranya.

Prabu Rama tidak menaruh curiga kepada kedua anak muda Lowo dan Puso. Rama kagum dengan kepiawaian keduanya saat membacakan karya sastra di depan parepatan agung kerajaan. Tetapi saat Lowo dan Puso membaca bait yang menceritakan keburukan Prabu Rama Wijaya, seketika itu Rama marah dan melabrak Puso dan Lowo. Terjadilah perang tanding antara Rama dan kedua anak tersebut. Dalam keadaan genting, muncul Dewi Sinta untuk melerai. Betapa kagetnya Prabu Rama Wijaya melihat istrinya Dewi Sinta masih hidup. Dan akhirnya Prabu Rama tahu kalau kedua anak muda yang dilabrak adalah darah dagingnya sendiri.

Baca juga : I Don`t See Red And Blue States

“Kebohongan Rama berbuntut panjang, Mo. Bukan saja kehilangan keluarga yang dicintai, tapi muksonya tragis tenggelam di sungai Serayu,” sela Petruk. “Betul Tole. Itu konsekuensi karma bagi pejabat yang suka bohong. Selain tidak tenang hidupnya perilakunya merugikan orang banyak. Perilaku bohong menunjukkan kita tidak mampu mengontrol hawa nafsu dan mau menang sendiri.” Oye

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense