BREAKING NEWS
 

Krisis Pangan Dan Energi Di Depan Mata

Urusan Politik Lupakan Sejenak

Reporter : NUR ROCHMANNUDIN
Editor : SISWANTO
Rabu, 22 Juni 2022 07:58 WIB
Presiden Jokowi saat mengingatkan mengenai ancaman krisis pangan dan krisis energi dalam Sidang Kabinet Paripurna, Senin (20/6). (Foto: Setpres)

 Sebelumnya 
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira setuju dengan apa yang disampaikan Jokowi. Menurutnya, krisis pangan dan engergi yang sedang terjadi ini harus disikapi secara serius oleh seluruh pemilik kepentingan.

Menurutnya, tak elok di tengah ancaman yang begitu serius, elite politik malah disibukkan dengan urusan terkait Pemilu 2024. Padahal, jika politisi ingin mengambil hati rakyat, fokus saja mencari solusi krisis pangan dan energi.

Baca juga : Bupati Muna Mangkir Dari Panggilan Penyidik KPK

"Karena belum ada terobosan hingga saat ini untuk menstabilkan harga. Gimana caranya stabilitas harga terjamin, daya beli masyarakat naik," kata Bhima, saat dihubungi, tadi malam.

Bhima mengingatkan, krisis pangan dan energi punya efek domino yang sangat signifikan. Pertama, menyebabkan kemiskinan meningkat tajam. Kedua, menguras APBN. Hitungan Bhima, untuk subsidi energi dan dana kompensasi saja bisa tembus Rp 500 triliun-Rp 600 triliun.

Baca juga : NasDem Hadirkan Politik Santun, Tanpa Gesekan

Ketiga, inflasi berlebihan. Ketika harga pangan naik, tapi tidak diiringi kenaikan pendapatan masyarakat, daya beli secara umum akan tertekan. Keempat, dapat melemahkan rupiah secara mendalam yang berujung pada kolapsnya perusahaan.

Apa solusinya? Bhima meminta untuk membenahi tata niaga di seluruh komoditas. Memangkas rantai distribusi dan melibatkan Bulog dalam pengawasan. Serta mengawasi persaingan usaha. Dengan begitu tidak ada praktik monopoli yang merugikan masyarakat.

Baca juga : Kafe Milik Pengacara Ini Jadi Tempat Nongkrong Politisi-Pejabat

"Karena di dalam momentum krusial kenaikan harga pangan secara global, banyak spekulan bermain. Inilah yang merugikan masyarakat," pesan Bhima.

Harapan serupa disampaikan Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah. "Sudahi narsisme dan kegenitan politik. Dengan tunduk dan mendukung kerja Presiden, sebenarnya itu lebih efektif meningkatkan daya politis, karena Jokowi punya pengaruh politik yang masih cukup kuat," katanya.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense