Sebelumnya
Profil Prof. Dr. Nurcholish Madjid, M.A
Prof. Dr. Nurcholish Madjid, M.A. (17 Maret 1939 – 29 Agustus 2005) atau populer dipanggil Cak Nur, adalah seorang pemikir Islam, cendekiawan, dan budayawan Indonesia.
Doktor alumni The University of Chicago, Illinois, Amerika Serikat, 1984 ini, dianggap sebagai salah satu tokoh pembaruan pemikiran dan gerakan Islam di Indonesia. Cak Nur dikenal dengan konsep pluralismenya yang mengakomodasi keberagaman/ke-bhinneka-an keyakinan di Indonesia.
Baca juga : Jaksa Agung Keras Ke Luar Tegas Ke Dalam
Menurutnya, keyakinan adalah hak primordial setiap manusia dan keyakinan meyakini keberadaan Tuhan adalah keyakinan mendasar. Cak Nur mendukung konsep kebebasan dalam beragama, namun bebas dalam konsep Cak Nur tersebut dimaksudkan sebagai kebebasan dalam menjalankan agama tertentu yang disertai dengan tanggung jawab penuh atas apa yang dipilih.
Guru Besar pada Fakultas Pasca Sarjana IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta 1985–2005 ini meyakini, manusia sebagai individu paripurna, ketika menghadap Tuhan di kehidupan yang akan datang akan bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan, dan kebebasan dalam memilih adalah konsep yang logis.
Sebagai tokoh pembaruan dan cendekiawan Muslim Indonesia, seperti halnya K.H Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Cak Nur sering mengutarakan gagasan-gagasan yang dianggap kontroversial, terutama gagasan mengenai pembaruan Islam di Indonesia. Pemikirannya dianggap mendorong pluralisme dan keterbukaan mengenai ajaran Islam di Indonesia, terutama setelah berkiprah dalam Yayasan Paramadina dalam mengembangkan ajaran Islam.
Baca juga : Suparno Djasmin Raih Penghargaan Lifetime Achievement dari APPI
Cak Nur juga dianggap berjasa, ketika bangsa Indonesia mengalami krisis kepemimpinan pada 1998. Dia sering diminta nasihat oleh Presiden Soeharto, terutama dalam mengatasi gejolak pasca kerusuhan Mei 1998 di Jakarta, setelah Indonesia dilanda krisis hebat, imbas krisis 1997.
Sarankan Presiden Soeharto Mundur
Atas saran Cak Nur, Presiden Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya, untuk menghindari gejolak politik yang lebih parah. Ia juga menjadi salah satu pendiri Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan, sebuah lembaga swadaya masyarakat yang berusaha mewujudkan tata pemerintahan yang baik di Indonesia secara berkelanjutan.
Baca juga : Bamsoet Terima Automotive Lifetime Achievement International Stuntman
Rektor Universitas Paramadina, Jakarta, 1998–2005 ini meninggal dunia pada 29 Agustus 2005, akibat penyakit sirosis hati. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, meskipun merupakan warga sipil, karena dianggap telah banyak berjasa kepada negara, sebagai penerima Bintang Mahaputera. (*)
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.