BREAKING NEWS
 

“Papalidan” Anak Remaja di Kota dalam Perspektif “Kota Manusia”

Reporter & Editor :
MUHAMMAD RUSMADI
Sabtu, 6 Maret 2021 14:10 WIB
Dr. Tantan Hermansah, pengampu MK Sosiologi Perkotaan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Anggota Komisi Infokom MUI Pusat.

 Sebelumnya 
Jika didalami, saat ini kedua lingkungan tempat anak-anak kita belajar untuk membangun karakternya memiliki potensi masalah yang cukup besar. Di lingkungan keluarga, tidak semuanya memiliki sarana yang cukup untuk merawat dan mengembangkan karakter yang selama ini dilakukan dalam sistem pendidikan berbasis sekolah (tatap muka). Selain bahwa secara ruang, banyak rumah-rumah kita tidak cukup untuk menampung energi gerak manusia yang tinggal di dalamnya, yang selama ini energi ini tersalurkan di luar rumah. Sementara di luar rumah, pun tidak terlalu berbeda.

Maka dari itu, anak-anak, khususnya mereka yang mengalami permasalahan sosial-ruang seperti dijelaskan di atas, akhirnya berkumpul dengan teman-teman sebayanya dan mencari “pelampiasan” kegiatan, antara lain papalidan ini. Secara lebih dalam aktivitas papalidan yang dilakukan oleh anak-anak remaja ini bisa dijelaskan sebagai berikut:

Pertama, mereka melakukan aktivitas papalidan karena di rumah merasa jenuh. Waktu mereka yang bisa jadi lebih banyak “menganggur” sehabis sekolah daring dan tidak memiliki agenda lain. Berbeda dengan sebelumnya, anak-anak usia sekolah ini, kurang punya keleluasaan untuk melakukan aktivitas “papalidan”.

Baca juga : Pake Aplikasi Kecilin Bisa Hemat Kuota 20 Persen

Setelah sekolah luring, mereka masih bisa melakukan olahraga di luar rumah, ikut les, atau sekadar kumpul dengan teman-teman sekelasnya. Praktis begitu sampai di rumah, mereka cukup ingin mendapatkan kembali suasana keluarga.

Kedua, mereka melakukan papalidan karena menginginkan suasana dan perasaan mendapatkan kebebasan. Dengan tidak mengetahui ke mana arah truk atau pick up yang mereka tumpangi itu, mereka menemukan keindahan dalam ketidakpastiannya itu. Mereka seolah-olah mengekspresikan apa yang ada di rumah dan di lingkungannya adalah pengekangan. Sehingga papalidan akan memberikan mereka kenikmatan.

Ketiga, dalam konteks yang lebih besar, fenomena papalidan merupakan symptom bahwa ada masalah dalam tata laksana pengelolaan institusi keluarga dan tempat-tempat anak-anak itu bersekolah. Bisa jadi, beban yang tinggi, sistem yang kurang ramah anak, serta target yang diinginkan oleh institusi (keluarga dan sekolah) sendiri pada anak-anak tidak klop. Akibatnya, secara diam-diam anak-anak ini melakukan “pemberontakan”.

Baca juga : KPK Jebloskan Anak Buah Bupati Sidoarjo Nonaktif Ke Rutan Perempuan Surabaya

Lalu bagaimana kita merespon fenomena ini? Untuk menjawabnya, kita bisa menggunakan salah satu pendekatan yang sedang dikembangkan oleh penulis, yakni “Kota Manusia”. Dalam perspektif Kota Manusia atau “human city” fenomena anak-anak remaja yang menumpang kendaraan terbuka dengan tujuan yang tidak jelas, merupakan sebuah anomali sosial budaya yang justru mengancam sendi-sendi kemanusiaan itu sendiri.

Sebagai kota yang dipondasikan pada keindahan nilai-nilai akal budi manusia, maka remaja-remaja itu sejatinya tetap ada pada lingkungan yang resikonya rendah dan tidak mengancam pribadi (tubuh dan pikiran) mereka. Kegiatan ini bukan merupakan sebuah sub-kultur perkotaan karena risiko yang mengancam jiwa dan raga fisik anak jauh lebih besar ketimbang manfaat yang dirasakan oleh anak-anak tersebut.

Kota Manusia adalah ruang yang akan membebaskan sebagian dari sumberdaya yang dimilikinya untuk dinikmati oleh anak-anak seusia ini. Dalam kota Manusia, kebebasan anak-anak akan dijamin, karena mereka adalah pewaris dari segala yang ada pada Kota Manusia itu sendiri. [*]

Baca juga : Halo Kota Bekasi, Kapan Perketat Aktivitas Warga

[Penulis adalah Doktor Sosiologi Universitas Indonesia (UI), Pengampu MK Sosiologi Perkotaan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Anggota Komisi Infokom MUI Pusat]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense