BREAKING NEWS
 

Ngomong Soal Demokrat

Moeldoko Ketutup Bom

Reporter : KHOIRUL UMAM
Editor : UJANG SUNDA
Senin, 29 Maret 2021 07:39 WIB
Ketua Umum Partai Demokrat versi KLB Deli Serdang Moeldoko (Foto: Tangkapan layar Instagram @dr_moeldoko)

RM.id  Rakyat Merdeka - Setelah membisu hampir sebulan pasca-Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat di Deli Serdang, kemarin, Moeldoko akhirnya bicara. Namun, kemunculan Moeldoko ini tak banyak dilirik, karena banyak orang rame-rame lebih memilih menyoroti peristiwa ledakan bom di gerbang Gereja Katedral, Makassar.

Moeldoko menyampaikan pernyataannya itu lewat video berformat tanya jawab, yang diunggah ke Instagram pribadinya @dr_moeldoko, kemarin. Dalam video berdurasi 2 menit 33 detik itu, Moeldoko duduk sebuah tempat untuk ngopi. Di sisi kanannya ada secangkir kopi plus satu toples penuh makanan tradisional.

Lokasinya cocok untuk nyantai. Dinding yang menjadi latar Moeldoko bicara terbuat dari bambu yang disusun rapi dan dicat natural. Ada sebuah peta Indonesia dan lambang Garuda dalam bingkai menempel menghiasi dinding itu. Di sisi kiri belakang Moeldoko ada rak kecil berisi tabung-tabung seperti tempat penyimpanan kopi. 

Meskipun tempatnya nyantai, Moeldoko yang mengenakan kaos polo dengan tulisan Indonesia di dada kanan dan lambang Garuda di dada kiri, tampil serius. Tatapannya tajam. Nada bicaranya tegas.

"Saya orang yang didaulat untuk memimpin Demokrat. Kekisruhan sudah terjadi, arah demokrasi sudah bergeser di dalam tubuh Demokrat," ucapnya, di awal video.

Baca juga : Demokrat Versi Moeldoko Ngebet Minta Disahkan

Dia lalu bicara soal ideologi politik. Kata Kepala Staf Kepresidenan ini, setiap tahun, situasi politik nasional punya kekhususan masing-masing. Untuk 2024, mengarah kepada pertarungan ideologis. Pertarungannya terstruktur dan mudah dikenali. Ini, jadi ancaman bagi cita-cita menuju Indonesia Emas 2045. "Ada kecenderungan tarikan ideologis itu terlihat di tubuh Demokrat," ucap mantan Panglima TNI itu. 

Karenanya, dia merasa Demokrat butuh penyegaran. Atas hal itu, dia bersedia didaulat menjadi ketua umum dalam KLB yang digelar Jhoni Allen Cs, 5 April lalu. "Jadi, ini bukan sekadar menyelamatkan Demokrat, tapi juga menyelamatkan bangsa dan negara," klaimnya.

Menurut Moeldoko, sebelum menerima jabatan itu, dia telah mengajukan tiga pernyataan kepada para peserta KLB. Pertama, apakah KLB sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART)? Kedua, seberapa serius kader Demokrat memintanya memimpin partai? Terakhir, soal apakah para kader bersedia bekerja keras demi Merah Putih di atas kepentingan pribadi dan golongan? 

Adsense

"Dan semua pertanyaan itu, dijawab oleh peserta KLB dengan gemuruh, maka baru saya buat keputusan," akunya.

Moeldoko memastikan tidak memberitahu Presiden Jokowi saat didorong dan terpilih sebagai ketum Demokrat versi KLB Deli Serdang. Alasannya, tidak mau membebani Jokowi. "Terhadap persoalan yang saya yakini benar dan itu atas otoritas pribadi yang saya miliki, maka saya tidak mau membebani Presiden," ucapnya. 

Baca juga : Gelar Konpers Di Hambalang, Demokrat Kubu Moeldoko Minta Maaf Ke Jokowi

Bahkan, kata Moeldoko, dirinya juga tidak memberi tahu istri dan keluarga atas keputusan itu. "Saya sudah biasa mengambil risiko seperti ini, apalagi demi kepentingan bangsa dan negara," imbuhnya. 

Munculnya Moeldoko ini kembali bikin kubu Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) emosi. Deputi Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) DPP Partai Demokrat, Kamhar Lakumani menyebut, pernyataan Moeldoko menyesatkan. Baginya, Moeldoko dalang di balik keberlangsungan KLB. "Dia itu aktor aktif, aktor kunci. Jadi, jangan seolah menjadi aktor pasif," omelnya.

Menurutnya, kudeta yang dilakukan Moeldoko itu terorganisir. Caranya dengan menggaet mantan kader Partai Demokrat. Cara ini bukan pertama kali dilakukan Moeldoko untuk memenuhi syahwat politiknya. 

"Sebelumnya, dia pernah mencoba di Golkar, PPP, Hanura, dan PAN. Namun semuanya tidak berhasil karena partai-partai tersebut adalah bagian dari koalisi pemerintah," bebernya. 

Terkait klaim Moeldoko mau menyelamatkan Demokrat, Kamhar menyebut sebagai pembodohan publik. Dia pun meledek Moeldoko untuk mengaca. Menurutnya, Moeldoko tidak punya modal politik atau rekam jejak yang istimewa. 

Baca juga : Kubu AHY Dan Moeldoko Yakin Menkumham Objektif

Bagaimana pendapat analis politik? Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin menilai, pernyataan Moeldoko tidak nendang. Sudah begitu, pernyataannya juga keluar dalam suasana di tengah terjadi peristiwa besar, yaitu bom di gerbang Gereja Katedral, Makassar. Alhasil, pernyataan Moeldoko jadi kurang dilirik publik. 

Menurut Ujang, Moeldoko juga kurang sensitif dengan yang terjadi saat ini. "Saat rakyat Indonesia sedang berduka karena peristiwa bom Makassar, Moeldoko malah membangun argumen pembenaran. Makanya, ketutup berita bom," ucapnya, saat dikontak Rakyat Merdeka, tadi malam. [UMM]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense