Sebelumnya
Kita sudah merasakan panasnya Pilkada DKI 2017 dan Pilpres 2019. Polarisasi berlangsung sangat tajam. Sampai ke ruang-ruang privat keluarga. Residunya masih ada sampai sekarang.
Karena pemilu ibarat sekolah bagi bangsa, maka harus naik kelas. Levelnya harus terus meningkat. Bukan menonjolkan saling serang di antara para pemimpin. Atau saling menjelekkan pemimpin terdahulu. Gagasan-gagasan besar, terobosan-terobosan aplikatiflah yang perlu dikedepankan.
Pemilu 2024, siapa pun pemenangnya, perlu melahirkan pola baku bagaimana para pemimpin bisa saling menghargai. Bukan saling menjelekkan atau menihilkan.
Baca juga : Teka-Teki Pasca Covid
Para pemimpinlah yang seharusnya memberi teladan yang baik. Karena, di beberapa sektor, bangsa ini mengalami krisis keteladanan.
Bidang hukum misalnya, banyak sekali terjadi “pagar makan tanaman”. Aparat hukum itu sendiri yang justru menghancurkan lembaganya. Bagaimana rakyat mau percaya.
Masyarakat kita yang berpola “patron-client” serta sangat politis, akan mengikuti pola para pemimpinnya. Termasuk para elite politik. Bukankah kalau “guru kencing berdiri, maka murid akan kencing berlari?“.
Baca juga : Bagaimana Setelah Bjorka?
Karena itu, berilah contoh atau teladan positif: Dalam hubungan antar-elite politik, dalam berbagai kontestasi politik, maupun dalam proses transisi kekuasaan.
Jangan sampai bangsa ini terus mengalami krisis keteladanan. Kalau itu terjadi, kita hanya akan terbuai oleh gedung-gedung megah dan tinggi menjulang, dalam jiwa bangsa yang hampa dan kering.
Jangan sampai bangsa ini tersesat di jalan yang lurus. ■
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.