Dark/Light Mode

Kenangan Gorbachev

Kamis, 1 September 2022 06:36 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

RM.id  Rakyat Merdeka - Mikhail Gorbachev menghilangkan negaranya, tapi dia menemukan dunia yang baru. Meninggal di Moskow, di usia 91, Selasa (3/8), dunia mengenang Gorbachev dengan penuh warna.

Bagi sebagian orang, Gorbachev dianggap sebagai pemecah “kekaisaran” Uni Sovyet menjadi beberapa negara. Negara-negara yang kebanyakan berakhiran “Tan” itu dikenal sebagai “negara pecahan Uni Sovyet”.

Sebagian lainnya menganggap Gorbachev sebagai pembongkar kediktatoran pemerintahan komunisme Uni Sovyet. Dia dianggap pahlawan. Pembebas. Perancang jalan keterbukaan dan pembaruan.

Baca juga : Bukan Telur Di Ujung Tanduk

Darimana keinginan atau cita-cita mengubah Uni Sovyet itu berasal? Salah satunya, sangat mungkin dari pengalaman pribadi.

Paman dan bibi Gorbachev meninggal dalam kondisi lapar yang mengenaskan di era Stalin, 1932-1933. Diceritakan, seorang interogator mematahkan lengan pamannya, memukulinya dengan brutal, lalu membungkusnya dengan mantel kulit domba basah, kemudian meletakkannya di atas kompor panas.

Dalam buku “Gorbachev: His Live and Times”, Gorbachev juga mengisahkan pengalamannya sebagai anak laki-laki selama Perang Dunia II: “…mayat-mayat membusuk, sebagian di antaranya dicabik dan dimakan binatang buas. Ada juga tengkorak di dalam helm berkarat, tulang memutih… tidak terkubur, menatap kami dari sorot mata hitam yang menganga…”.

Baca juga : "Last Minute Politics"

Gorbachev tumbuh dalam ingatan tersebut. Karena itu, perdamaian menjadi cita-citanya. Gorbachev mengakhiri perang dingin dengan Amerika Serikat. Senjata-senjata nuklir dilucuti. Tembok Berlin dirubuhkan.

Uni Sovyet yang saat itu menjadi salah satu negara adidaya yang sangat ditakuti, juga runtuh. Keruntuhan itu tidak terbayangkan. Nyaris mustahil. Tapi nyata.

Dalam kenangan seperti itulah Presiden Rusia sekarang, Vladimir Putin, tumbuh dan merancang diri menjadi orang kuat Rusia.

Baca juga : "Reshuffle Kerakyatan"

Saat negaranya hancur, Putin berada di Dresden, Jerman Timur. Di negara komunis itu dia sudah empat tahun menjadi agen KGB. Putin menjadi saksi sejarah runtuhnya Tembok Berlin.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.