Dark/Light Mode

JPO Rusak dan Kampung Kumuh Masih Menjamur

Wajah Baru Jakarta Cuma di Halaman Depan

Minggu, 23 Juni 2019 11:03 WIB
Kondisi atap jembatan penyeberangan orang (JPO) yang berada di Jl Merdeka Barat, Jakarta. (Foto: Tedy O Kroen/Rakyat Merdeka).
Kondisi atap jembatan penyeberangan orang (JPO) yang berada di Jl Merdeka Barat, Jakarta. (Foto: Tedy O Kroen/Rakyat Merdeka).

RM.id  Rakyat Merdeka - Memasuki usia ke-492, Jakarta memiliki wajah baru. Banyak perubahan yang telah terjadi. Sayangnya, ibarat rumah, perubahan itu cuma di halaman depan saja. Di bagian dalam, masih jauh dari kata tertata. Hal itu disampaikan pengamat Perkotaan Universitas Trisakti Nirwono Joga. Menurut dia, wajah baru Jakarta masih sekadar pencitraan.

Pembangunan Ibukota, terutama di masa Anies Baswedan baru di halaman depan. Misalnya, Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) dengan desain artistik di Gelora Bung Karno (GBK) dan Bundaran Senayan yang resmi dibuka Februari lalu yang selalu dibanggakan Anies. Itu semua, kata Nirwono, sekadar mempercantik JPO.

Sementara kondisi JPO yang lain masih banyak yang perlu diperbaiki. Terutama yang kondisinya berbahaya, seperti tiang mau roboh, lantai berlubang hingga pagar berkawat. “Soal JPO saja masih banyak yang rusak. Belum ramah disabilitas, lansia, anak-anak dan ibu hamil,” ungkap Nirwono saat berbincang dengan Rakyat Merdeka.

Menurut Nirwono, permukiman kumuh masih menjamur di sudut-sudut Jakarta. Ini menjadi salah satu persoalan yang belum bisa diselesaikan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta. Berdasarkan laporan Kementerian PUPR, 267 kelurahan di DKI, 118 kelurahan di antaranya atau 45 persen adalah permukiman kumuh.

Baca juga : Mendagri: Wajah Baru Jakarta Harus Jadi Momentum ke Arah Yang Lebih Baik

Kata dia, program pemerintah DKI harus sesuai dengan aturan tata ruang sesuai dengan pasal 1 ayat 1, BAB I Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011, perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh.

Sementara, program Anies Baswedan yaitu hunian DP 0 persen solusi rumah warga (Samawa) tidak jelas kelanjutannya. Nirwono pun memberikan masukan untuk memperbaiki Jakarta. Di antaranya, penataan bangunan sesuai peruntukannya.

Sementara soal perumahan, Pemprov DKI seharusnya memiliki rencana induk pemenuhan perumahan warga. Selain itu, detail informasi lain perlu diperjelas seperti jumlah unit yang dibangun, lokasi, hingga harga. Hunian warga, dapat diperbaiki agar memenuhi syarat layak huni.

Untuk permukiman yang masuk dalam kategori kumuh sedang, dapat dilakukan peremajaan kawasan. Misalnya perbaikan jalan saluran air dan limbah sampah. Namun, jika tidak sesuai dengan peruntukan tata ruang, wajib dilakukan relokasi, dengan alasan permukiman tersebut rawan bencana, seperti banjir, kebakaran, hingga gempa. Relokasi juga harus dilakukan dengan aturan.

Baca juga : Pramono Anung: Pancasila Jangan Cuma Jadi Hapalan

Pemprov harus secara tegas memutuskan status permukiman. Kemudian, menentukan tempat relokasi, kapan dan bagaimana proses pemindahannya. Jika tidak, wajah baru Jakarta hanya sekadar pencitraan. “Itu baru soal perumahan. Belum soal pedagang kaki lima (PKL), parkir liar, trotoar dan penataan kota lainnya yang masih belum tertata.

Jangan sampai Jakarta di bagian depan di Sudirman rasa Singapura. Sementara di belakang rasa Bangladesh,” tandas Nirwono memberi pengandaian. Sebelumnya, Anies Baswedan mengungkapkan wajah baru yang dimaksud adalah banyaknya perubahan yang terjadi di Jakarta yang semakin mencerminkan Ibukota Indonesia.

Anies mengungkapkan ini saat acara Pencanangan HUT ke-492 DKI Jakarta yang digelar di Taman O Cibubur, Jakarta Timur pada Sabtu (27/4) lalu. Wajah baru Jakarta, bukan sekadar fisik melainkan juga gagasan di baliknya. Melihat logo HUT ke-492 DKI Jakarta, dari segi fisik terpampang salah satu ikon baru Kota DKI Jakarta, yakni JPO Senayan.

Dengan memperbarui JPO lama menjadi JPO dengan desain baru mampu mewakili wajah baru Jakarta yang modern dan dinamis. Ada juga ilustrasi Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta, metode transportasi terbaru yang mampu menampung lebih banyak penumpang dan ramah lingkungan. Wajah baru Jakarta juga muncul lewat kehadiran Terowongan Kendal di sebelah Stasiun Sudirman yang direnovasi menjadi ikon Kota Jakarta yang sebelumnya terlihat kumuh.

Baca juga : Sri Lanka Masih Mencekam, Warga Gelar Misa Di Rumah

Pemprov juga berkomitmen menata trotoar yang ramah pejalan kaki di beberapa titik di wilayah Jakarta. Trotoar ramah pejalan kaki pun akan menjadi salah satu wajah baru DKI Jakarta. Setelah Sudirman Thamrin, giliran trotoar di kawasan Kemang yang rencananya akan dibangun lebih lebar. Selain kawasan Kemang, trotoar di Jalan Cikini Raya dan Jalan Kramat Raya juga akan punya wajah baru lewat revitalisasi yang dilakukan Pemprov DKI.

Revitalisasi direncanakan rampung Desember 2019. Sedangkan 22 Juni ini, Pemprov DKI Jakarta akan menggelar Jakarta Night Festival untuk memeriahkan acara HUT ke-492 DKI Jakarta. Kepala Biro Tata Pemerintahan Sekda Provinsi DKI Jakarta, Premi Lasari, mengatakan acara tersebut akan digelar di kawasan Bundaran Hotel Indonesia (HI) mulai pukul 17.00 hingga 19.45 WIB.

Acara HUT ke-492 DKI Jakarta akan dimeriahkan oleh panggung hiburan megah, pameran, serta bazar yang menjual produk khas Jakarta. Dalam rangkaian acara HUT ke-492 Kota Jakarta, tahun ini, Pemprov DKI Jakarta mengusung konsep ekonomi kreatif dan seni. Dengan harapan, berbagai acara yang dilaksanakan dapat memajukan perekonomian di Ibukota dan mendatangkan turis domestik maupun mancanegara. [FAQ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.