Dark/Light Mode

Diserang di Twitter

Anies Melawannya di Youtube Pesulap

Jumat, 15 November 2019 08:01 WIB
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kanan). (Foto: Patrw Rizki Syahputra/Rakyat Merdeka)
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kanan). (Foto: Patrw Rizki Syahputra/Rakyat Merdeka)

RM.id  Rakyat Merdeka - Akhir-akhir ini, Anies Baswedan kerap diserang di Twitter. Mulai dari anggaran pengadaan lem aibon, Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) tanpa atap, penebangan pohon, hingga gelaran mobil balap Formula-E. Serangan secara bertubi-tubi itu, datang dari kelompok yang dulu pengagum Ahok. Namanya Ahokers. Bagi Ahokers, sepertinya apa pun yang dilakukan Anies itu selalu buruk. Apakah Anies diam? Tidak. Anies memilih melawan semua serangan itu. Namun, Anies tidak gelar konferensi pers. Dia justru memilih menggunakan panggung YouTube pesulap Deddy Corbuzier.

Dalam video yang diunggah pada Rabu (13/11), Anies blak-blakan menjawab semua serangan itu. Video diawali ketika Deddy mengajak Anies ngomong bahasa Jawa. “Kabeh nyerang yo (semua nyerang ya),” tutur Deddy. “Matur nuwun dipikiri,” jawab Anies dalam bahasa Jawa. “Saya terima kasih, begitu banyak yang mikirin,” sambungnya.

Anies kemudian menjelaskan alasannya tak hadir dalan Indonesian Lawyer Club (ILC). Katanya, karena di acara itu mau ngomongin diri nya, Anies tak datang. “Biar mengkritiknya bebas, leluasa, silakan saja, orangnya nggak ada,” selorohnya disambut tawa Deddy. Deddy pun bercanda, serangan tidak akan ada lagi jika ibu kota sudah pindah. “Nggak seru. Kalau sekarang seru,” timpal Anies dalam video berdurasi sekitar setengah jam itu.

Kemudian, pertanyaan beralih ke soal transparasi pengadaan lem aibon senilai Rp 82 miliar. “Ini malu-maluin kita semua,” jawab Anies. Bagaimana tidak, kalau mengacu pada susunan anggaran itu, seorang anak dijatah 10 kg lem aibon. “Eh, anak ini mau diapain pakai aica aibon?” ucap Anies sambil terkekeh.

Baca juga : Cuit Dukung Bolivia, Akun Twitter Kemlu Venezuela Ditutup

Anies bilang permasalahan ada pada pola penyusunan anggaran yang bisa memasukkan apa saja. Tak hanya lem, tapi juga ballpoint dan lain-lain. Bahkan pada anggaran 2016 lalu, ia menemukan anggaran penghapus papan tulis hingga Rp 53 miliar. “Pada saat Ahok (memimpin) masalah ini sudah ada, karena dulu cara melihat anggarannya dilihat satu persatu,” tegas Anies.

Menurut dia, perencanaan dan pengang garan jadi satu. Seharusnya, perencanaan disetujui dulu, baru penganggaran. Dia mengibaratkan penyusunan anggaran di DKI dengan rencana mengadakan enam kali konser musik dalam setahun dengan ongkos Rp 6 miliar. Di DKI, ini harus diterjemahkan menjadi komponen. Misal, panggung, alat musik dan sewa kursi. Namun, karena belum disetujui, maka dimasukkan dulu sewa kursi dengan nilai Rp 6 miliar. Supaya jumlah uang itu “aman”. “Kan nggak boleh,” imbuhnya.

Permasalahan tersebut sudah ditemukannya sejak menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Namun, ia tidak mau menggembar gemborkan masalah tersebut. Anies memilih untuk diam dan membenahi masalah pemasukan data anggaran itu.

Ketika melihat masalah itu, Anies mengatakan, ia memanggil anak buahnya untuk menjelaskan masalah tersebut. Anies mencoba memberi solusi dengan melakukan pembaharuan aplikasi, sehingga aplikasi dapat menolak pemasukan data item dengan angka yang tidak masuk akal.

Baca juga : Vespa Primavera S Edisi Terbatas Mengaspal, Harganya Rp 47 Juta

Pembuatan aplikasi tersebut, kata Anies, sudah dikembangkan sejak 2018 lalu. “Kalau saya mau jadikan komoditas politik, bisa saja ini saya gembar gembor menentukan masalah dari pemimpin sebelumnya. Saya memilih diam, dan saya upgrade aplikasinya,” tutur Anies.

Deddy menanyakan tanggapan Anies, ketika banyak orang yang menyalahkannya. Anies merasa tidak bersalah. Soalnya, dia sudah melakukan upaya untuk melakukan pembenahan dalam pemasukan data untuk anggaran itu. Ia baru akan merasa bersalah jika tidak melakukan apapun untuk perbaikan ke depannya. “Tidak ada hal salah yang saya kerjakan dalam urusan ini, Insya Allah yang saya kerjakan benar,” tegas Anies.

Anies pun tidak masalah jika dia tetap diserang. Eks Mendikbud itu sudah terbiasa dengan caci-maki dari warga Jakarta yang ditujukan kepada dirinya. Ia juga membiarkan cacian tersebut karena yang terpenting baginya adalah ia tidak bermasalah dan enggak melakukan kesalahan.

Dimaki-maki warga Jakarta? Emang iya tiap tahun begini (permasalahan anggaran). Aku kadang-kadang lebih baik dikira bermasalah tapi enggak, dibanding dianggap enggak bermasalah tapi aslinya bermasalah,” tuturnya. “Capek enggak sih? Enggak juga sih, aku tuh rileks. kenapa rileks? Aku merasa tidak ada hal yang salah yang saya lakukan. Insya Allah saya kerjakan yang benar, begitu ada masalah kami beresin,” imbuh Anies.

Baca juga : Netizen Berduka di Twitter, Media Asing Beritakan Wafatnya Alfin Lestaluhu

Dia pun menyatakan tidak masalah jika ditulis yang tidak benar di sosial media. Anies lebih khawatir soal yang ditulis oleh sejarawan di masa depan. [OKT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.