Dark/Light Mode

Akmal Zuhdi, Siswa SMAI Panglima Besar Soedirman 1 Bekasi

Teknologi Biodrying: Harapan Indonesia Menuju Net Zero Emissions

Rabu, 28 Desember 2022 00:52 WIB
Sampah sisa makanan (Foto: Suryani, 2022)
Sampah sisa makanan (Foto: Suryani, 2022)

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak keempat dengan jumlah penduduk sekitar 274 juta. Tingginya jumlah penduduk tersebut membuat produksi sampah nasional mencapai 175.000 ton per hari. Sampai sekarang ini, persoalan sampah di Indonesia seperti belum menemukan titik terang untuk penanganannya, hal ini menyebabkan terancamnya target nol emisi.

Sebanyak 67,2 juta ton sampah masih menumpuk setiap tahunnya. Sebesar 9 persennya masuk ke sungai, danau, dan laut, berdasarkan data dari Indonesia National Plastic Action Partnership pada tahun 2020. Ironisnya, penumpukan sampah-sampah tersebut akan naik dua kali lipat pada tahun 2050. Di sisi lain, ini menjadi potensi besar sebagai sumber daya seperti sumber energi dan bahan yang dapat di daur ulang. 

Grafik Komposisi Sampah di Indonesia Tahun 2021 (Dihni, 2022)

Komposisi sampah nasional didominasi oleh sampah organik (sampah makanan, kayu ranting daun) dengan persentase sekitar 28,3 persen dari total produksi sampah nasional pada tahun 2021 (Dihni, 2022). Pengelolaan limbah selain sampah sisa makanan dapat didaur ulang, seperti plastik, kertas, logam, dan kaca yang dilakukan dengan cara penyortiran mekanik atau manual. Tetapi sampah sisa makanan tidak dapat disortir atau didaur ulang menjadi barang baru, hal ini dikarenakan sampah sisa makanan mengandung kadar air yang sangat tinggi sebesar 74,5 persen yang dapat menimbulkan pencemaran pada lingkungan (Purwono, et al., 2016).

Dengan menggunakan teknologi biodrying, sampah sisa makanan dapat didaur ulang menjadi bahan bakar industri. Singkatnya, biodrying merupakan teknologi untuk menurunkan kadar air pada material organik dengan bantuan mikroorganisme yang meningkatkan suhu pada proses penguraian secara alami. Dengan proses ini, kadar air dapat diturunkan dari 60 persen hingga kurang dari 20 persen dalam jangka waktu kurang dari sebulan, berbeda dengan teknologi komposting konvensional yang membutuhkan waktu sekitar dua sampai tiga bulan (Ramadan, n.d.).

Baca juga : Dewan Energi Nasional Dukung Indonesia Menuju Net Zero Emission Pada 2060

Tahap pertama dari proses biodying adalah memisahkan sampah yang tercampur dari material inert seperti kaca, kayu, karet, plastik, dan B3. Kemudian, sampah dialirkan ke ruang pencacahan dan diperangkap dalam ruang tertutup dan ditiupkan oksigen secara terus menerus dengan debit tertentu untuk mendukung proses aerobik selama 14-21 hari. Suhu dalam ruangan biodrying dapat menyentuh 70°C yang merupakan efek eksotermal dari proses pengolahan sampah secara aerobik (C.A. Velis, 2009).

Hasil dari proses ini adalah bahan bakar yang biasa disebut refuse derived fuel (RDF). RDF merupakan material yang sering digunakan sebagai bahan bakar boiler di industri. Potensi energi dari RDF dengan bahan baku sampah kota adalah 15 MJ/kg atau hampir sama dengan batu bara yaitu sebesar 26,47 MJ/kg (Ramadan, n.d.). Di Indonesia, teknologi biodrying telah diuji cobakan oleh produsen Semen Tiga Roda, PT Indocement Tunggal Prakasa (ITP) Tbk, Citeureup, Kabupaten Bogor, di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu Nambo (Kusmayadi, 2015). 

Hingga saat ini, Indonesia masih belum banyak yang memanfaatkan dan menerapkan teknologi biodrying secara optimal. Kesulitan dalam menyortir sampah menjadi salah satu faktor yang menghambat penerapan teknologi biodrying di Indonesia. Masalah itu merupakan hal yang wajar di Indonesia, mengingat kebiasaan masyarakat yang membuang sampah tidak pada tempatnya dan kurangnya tempat sampah dengan label khusus (organik, anorganik, dan B3) di tempat umum.

Mengatasi masalah tersebut, sebaiknya pihak yang berwenang mengembangkan dan memperbanyak tempat sampah dengan teknologi pengambilan gambar yang akan membantu proses pengelompokan sampah secara otomatis. Sebelum itu, perlu memasukkan gambar-gambar dari berbagai macam sampah dalam sistem komputer agar dapat mengenali jenis-jenis sampah berdasarkan pola gambarnya. Ketika sampah berhasil terdeteksi, tempat sampah akan merespons untuk membuka salah satu jenis tutup sampah. Penggunaan tempat sampah ini akan memudahkan dan mempersingkat waktu dalam memilah sampah yang akan digunakan dalam teknologi biodrying.

Teknologi biodrying terbukti ampuh dalam mengatasi permasalahan sampah di Indonesia. Penggunaan teknologi biodrying akan lebih efektif dan efisien bagi industri karena tidak perlu menggunakan bahan bakar fosil yang biayanya mahal namun menggunakan energi yang bahan bakunya mudah didapat. Di sisi lain, penerapan teknologi biodrying juga akan mengurangi ketergantungan industri di Indonesia pada bahan bakar fosil seperti batu bara dan turut membantu program target nol emisi. 

Baca juga : Mobil Listrik Bisa Jadi Sarana Indonesia Capai NDC 2030 Dan Net Zero Emission 2060

Dukungan dan kerja sama antara pemerintah, pengelola industri, dan masyarakat diperlukan untuk menyukseskan penerapan teknologi biodrying sebagai solusi dari permasalahan sampah di Indonesia, sehingga kita dapat menjadi bangsa yang terbebas dari sampah dan bahan bakar fosil. 

Referensi

C.A. Velis, P. L. G. D. R. S. S. P., 2009. Biodrying for mechanical–biological treatment of wastes: A review of process science and engineering. Bioresource Technology, 100(11), pp. 2747-2761.

Dihni, V. A., 2022. Komposisi Sampah di Indonesia Mayoritas Sisa Makanan. [Online] 
Available at: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/02/08/komposisi-sampah-di-indonesia-mayoritas-sisa-makanan
 [Accessed 17 November 2022].

Kompas, 2021. Masalah Sampah Indonesia Ancam Target Nol Emisi, Kok Bisa?. [Online] 
Available at: https://www.kompas.com/sains/read/2021/10/29/130000623/masalah-sampah-indonesia-ancam-target-nol-emisi-kok-bisa-?page=all
 [Accessed 16 November 2022].

Baca juga : Menkominfo Harap Media Perkenalkan Indonesia Ke Dunia Internasional

Kusmayadi, I., 2015. Teknologi biodrying dianggap solusi masalah sampah Jakarta. [Online] 
Available at: https://www.merdeka.com/peristiwa/teknologi-biodrying-dianggap-solusi-masalah-sampah-jakarta.html
 [Accessed 16 December 2022].

Pranita, E., 2021. Masalah Sampah Indonesia Ancam Target Nol Emisi, Kok Bisa?. [Online] 
 Available at: https://www.kompas.com/sains/read/2021/10/29/130000623/masalah-sampah-indonesia-ancam-target-nol-emisi-kok-bisa-?page=all

Purwono, Hadiwidodo, M. & Rezagama, A., 2016. PENERAPAN TEKNOLOGI BIODRYINGDALAM PENGOLAHAN SAMPAH HIGH WATER CONTENTMENUJU ZERO LEACHATE. Jurnal Presitipasi: Media Komunikasi dan Pengembangan Teknik Lingkungan, Volume 13, p. 6.

Ramadan, B. S., n.d. Mengubah Sampah Perkotaan Menjadi Energi dengan Teknologi Biodrying. [Online] 
Available at: https://warstek.com/biodrying/

[Accessed 16 December 2022].

Powered by Froala Editor

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.