Dark/Light Mode

Perlunya Perbaikan dalam Pendidikan Pengelolaan Sampah di Indonesia

Selasa, 27 Desember 2022 13:11 WIB
Pemilahan sampah. (Foto: leverageedu.com)
Pemilahan sampah. (Foto: leverageedu.com)

Cambridge Online Dictionary (2022) mendefinisikan sampah (kata benda) sebagai “materi atau bahan yang tidak diinginkan dari jenis apa pun, terutama material yang tesisa setelah substansi atau bagian-bagian yang berguna telah atau diambil.” Sampah tidak dapat dihindari. Manusia sudah selalu menghasilkan sampah sejak mereka berjalan di atas bumi. Dulu, kebanyakan sampah yang dihasilkan adalah sampah makanan, natural, dan tidak termodifikasi. Sampah makanan tersebut dapat dikompos dan aman untuk dibuang langsung ke bumi. Sekarang, ketika semuanya diproses, bahkan beberapa sampah makanan harus melalui beberapa perlakuan untuk dibuang tanpa merusak lingkungan. Ditambah dengan plastik sekali pakai, permasalahan sampah semakin menumpuk. Esai ini mendiskusikan permasalahan pendidikan pengelolaan sampah di Indonesia dan solusinya.

Permasalahan sampah Indonesia yang utama adalah sampah makanan dan polusi plastik sekali pakai. “Food loss dan food waste Indonesia itu terbesar ke-3 di dunia setelah Arab Saudi dan Amerika Serikat. Menurut Laporan Bappenas 2021, food loss dan food waste Indonesia selama 2000-2019 mencapai 150-184 kg per kapita per tahun, yang harusnya bisa memberi makan 30-40 persen populasi kita” (Kristanti, 2022).

Sejumlah besar gas metana dihasilkan oleh sampah makanan ketika dibuang ke tempat pembuangan sampah. Saat membusuk, sampah makanan juga menghasilkan gas invasif ini yang 25 kali lebih berbahaya daripada CO2 dalam memerangkap panas di atmosfer (Duncan, 2018).

Pada saat yang sama, peningkatan jumlah sampah plastik di Indonesia setiap tahunnya mencapai tingkat yang tidak berkelanjutan. Hanya sekitar 10 persen dari 6,8 juta ton sampah yang dihasilkan Indonesia yang berakhir di pusat daur ulang. Hanya 2 persen dari sampah plastik yang dikumpulkan ini yang dapat didaur ulang secara efektif, 14 persen sampah plastik dibakar, 4 persen lainnya berakhir di tempat pembuangan sampah. Sekitar 625.000 ton sampah plastik berakhir di lautan setiap tahun. Sebagian besar rumah tangga di Indonesia tidak memilah sampah karena kurangnya pengetahuan tentang pengelolaan sampah. Saat sampah tercampur, daur ulang membutuhkan lebih banyak usaha. Oleh karena itu, pemilahan adalah kunci daur ulang (Plastic Waste Fact in Indonesia, 2021).

Baca juga : Mengenang Ridwan Saidi

Sistem pendidikan sebagai sumber pengetahuan masyarakat dapat berbuat lebih baik sebagai upaya untuk mengatasi masalah sampah. Meskipun pendidikan Indonesia sudah memiliki kurikulum pendidikan lingkungan, namun masih dapat diperbaiki, terutama pada bagian pengelolaan sampah. Pertama, guru biasanya berfokus pada daur ulang, mereka mengajarkan daur ulang dengan memberikan proyek seni kepada siswa mereka atau membuat produk dari sampah plastik atau kertas bekas. Kertas atau plastik yang digunakan seringkali masih dalam kondisi baik, yang bisa digunakan kembali sebagaimana adanya untuk tujuan yang sama (Reuse) atau digunakan kembali sebagaimana adanya untuk tujuan yang berbeda (Repurpose). Siswa juga perlu membeli bahan lain untuk membuat proyek tersebut seperti lem, cat, kertas dan perlengkapan lainnya. Proyek daur ulang ini memakan sumber daya, terkadang bahkan tidak sebanding dengan hasilnya. Dibuat oleh amatir, seni dan produk yang dihasilkan biasanya berkualitas buruk dan tidak tahan lama. Mereka kebanyakan berakhir di tempat sampah pula. Karena itu, mengajarkan siswa mengelola sampah dengan mendaur ulang menjadi seni atau produk tidaklah efisien.

Kedua, di sebagian besar tempat kita hanya diajarkan untuk memisahkan sampah dalam dua kategori yaitu organik dan anorganik, cara pemilahan yang tidak spesifik ini membuat pusat fasilitas daur ulang membutuhkan waktu lebih lama untuk mengelola sampah tersebut. Sampah dapat dipilah menjadi hingga 6 kategori (organik, kertas dan kardus, plastik, logam, kaca, limbah elektronik). Masalah lainnya adalah kenyataan bahwa sistem pendidikan kita tertinggal dari yang lain, beberapa dari kita hanya tahu tentang konsep lama pengelolaan sampah, yaitu 3R (Reduce, Reuse, Recycle) meskipun dunia sedang maju dalam pengelolaan sampah seiring dengan penyebaran kesadaran masyarakat akan hal ini, dan sekarang kita memiliki 6R (Rot, Refuse, Reduce, Reuse, Repurpose, Recycle). Selain itu, siswa tidak diajarkan bagaimana melakukan pengomposan skala kecil di rumah yang dapat membantu secara signifikan dalam mengurangi sampah makanan sekaligus meningkatkan kesuburan tanah.

Sistem pendidikan Indonesia harus mengubah fokusnya dalam mengajarkan pengelolaan sampah. Pengelolaan sampah lebih dari sekedar mendaur ulang bahan plastik dan/atau kertas menjadi produk seni. Daur ulang umumnya harus menjadi pilihan terakhir dalam pengelolaan sampah karena mendaur ulang membutuhkan banyak sumber daya yang terkadang tidak sebanding dengan hasilnya. Sebelum mengajarkan siswa mendaur ulang, sebaiknya mengajari mereka cara memilah sampah secara lebih spesifik karena pemilahan adalah kunci untuk mendaur ulang, sekolah dapat memperkenalkan siswa pada penggunaan 6 tempat sampah terpisah, dan kita dapat membiarkan daur ulang dilakukan secara profesional dan efisien oleh pusat daur ulang.

Sekolah harus mengembangkan pengajarannya dan menerapkan cara baru mengelola sampah dari yang sebelumnya 3R ke yang baru yaitu 6R. Siswa harus memahami bahwa daur ulang adalah pilihan terakhir. Sebelum mendaur ulang, kita dapat mencoba untuk menolak penggunaan plastik atau kertas sekali pakai, mengurangi penggunaannya dengan menggunakan barang-barang yang dapat digunakan kembali, menggunakan kembali plastik dan kertas yang masih dalam kondisi baik, atau menggunakannya kembali dengan merubah peruntukannya secara efisien. Terakhir, siswa harus diberi pengetahuan tentang pengomposan skala kecil, guru dapat memberikan proyek praktis pengomposan skala kecil untuk membusukkan sampah makanan di rumah menggunakan tanah, sampah dapur, dan sampah organik lainnya. Sehingga, upaya pengelolaan sampah kita dapat lebih tepat sasaran, yaitu food waste dan plastik sekali pakai.

Baca juga : Perbanyak Lapangan Kerja, Menparekraf Sandiaga Uno Dorong Pengusahan Ciptakan Inovasi

Kesimpulannya, sampah adalah materi atau bahan yang tidak diinginkan dari jenis apa pun, terutama yang tersisa setelah zat atau bagian yang berguna telah digunakan atau diambil. Masalah sampah utama Indonesia adalah limbah makanan dan polusi plastik sekali pakai. Sistem pendidikan sebagai sumber pengetahuan mayoritas masyarakat dapat berbuat lebih baik sebagai upaya untuk mengatasi masalah pemborosan ini dengan mengajarkan cara yang lebih efektif untuk mengelola sampah selain membuat produk atau proyek seni, mengalihkan fokus dari daur ulang ke pemilahan sampah untuk membantu fasilitas daur ulang untuk memajukan sampah lebih cepat dan lebih mudah, maju dari mengajar 3R lama ke 6R yang diperbarui, dan memberi siswa proyek pengomposan skala rumah yang lebih praktis.

Menyikapi masalah dan solusi yang disebutkan, esai ini menyarankan pemerintah Indonesia, khususnya Kementerian Pendidikan, untuk melakukan pelatihan bagi para pendidik kita untuk mengajarkan pengelolaan sampah yang efektif. Selain itu, menyarankan agar Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk membuat peraturan yang lebih baik untuk penanganan dan pembuangan limbah makanan, penggunaan plastik sekali pakai, memperbarui aturan pemilahan sampah, menyediakan infrastruktur dan fasilitas yang diperlukan untuk melakukan pemilahan sampah, dan mengadakan lebih banyak seminar dan program pengomposan skala rumahan untuk masyarakat umum.

Daftar Pustaka

Duncan, B.(2018, April 30). Food Waste: Why it’s bad. Greener Kirkcaldy. https://www.greenerkirkcaldy.org.uk/food-waste-why-its-bad/

Baca juga : Ucapkan Selamat Natal, Puan: Mari Melangkah Maju Untuk Indonesia

Kristanti, B. (2022, October 12). Food Waste Indonesia Ke-3 Terbesar Dunia, Pangan Berkelanjutan jadi Urgen. Media Indonesia. https://mediaindonesia.com/weekend/529246/food-waste-indonesia-ke-3-terbesar-dunia-pangan-berkelanjutan-jadi-urgen

Plastics Waste Facts in Indonesia. (2021). Retrieved from https://zerowastecenter.org/plastics-waste-facts-in-indonesia/17678/

Waste. (2022). In Cambridge dictionary. Retrieved from https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/waste

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.