Dark/Light Mode

Basmi Limbah dengan Limbah: Inovasi Pembalut Disposable dan Biodegradable Berbahan Dasar Limbah Kulit Jeruk

Jumat, 30 Desember 2022 21:36 WIB
Limbah kulit jeruk (Foto: Istimewa)
Limbah kulit jeruk (Foto: Istimewa)

Pembalut menjadi barang yang tidak asing bagi wanita. Mengingat kegunaan pembalut yang sangat dibutuhkan oleh kaum hawa. Setiap bulan, wanita sehat mengalami menstruasi dan pada saat menstruasi, wanita menggunakan pembalut sebagai tempat penampungan darah menstruasi yang keluar. Namun, sadarkah kita bahwa pembalut yang selama ini digunakan juga dapat mengincar kita sebagai korbannya. Karena ternyata sebagian besar pembalut yang dipasarkan menggunakan bahan penyerap berupa daur ulang limbah kertas maupun sisa kayu (pulp) yang telah diputihkan dengan zat pemutih yang mengandung klorin. Senyawa klorin dalam pemutih tersebut dapat menghasilkan dioxin. Dioxin yang digunakan dapat menyebabkan penyakit pada mulut Rahim atau yang biasa dikenal dengan kanker serviks [1].

Selain berbahaya bagi kesehatan penggunaan pembalut komersial juga menjadi penyumbang sampah sulit terdegradasi, yang waktu degradasinya dapat mencapai 500 tahun. Berdasarkan data dari Indonesian Domestic Solid Waste Statistics, limbah padat domestik telah mencapai 38,5 juta ton setiap tahunnya yang mana jumlah limbah ini mencakup berbagai jenis sampah, seperti sampah plastik, kertas, karet, kayu, kaca, belum lagi ditambah dengan limbah pembalut sekali pakai oleh seorang wanita mencapai dapat 12.000 hingga 16.000 pada masa hidupnya. Di sisi lain, penggunaan Super Absorbant Polymer (SAP) sintetis yang marak digunakan pada pembalut saat ini yakni silica gel. Penggunaan SAP sintetis ini juga tidak menguntungkan lingkungan karena SAP yang digunakan bersifat non-degradable dan sangat sulit untuk diuraikan. Dan apabila SAP dibuang di perairan maka air juga akan terserap oleh SAP dan berpotensi menyebabkan Toxic Shock Syndrome [2].

Oleh karena itu, perlu diciptakan suatu produk pembalut inovatif yang baik bagi kesehatan reproduksi wanita maupun lingkungan sekitar. Cova Pad hadir sebagai solusi untuk permasalahan tersebut. Cova Pad diambil dari kata coconut, orange, dan patchouli. Pembalut ini menggunakan SAP dari bahan alami yakni serbuk kulit jeruk dan batang serta daun nilam serta lapisan plastik yang disubstitusi dengan bioplastik yang terbuat dari singkong. Bahan bahan tersebut merupakan ‘bahan buangan’ dari hasil produksi industri baik dari pabrik maupun rumahan.  

Gambar 1 Lapisan Cova Pad. (Sumber: Istimewa)

Rancangan produk Cova Pad ditunjukkan pada gambar. Lapisan yang dimodifikasi yaitu lapisan absorban, lapisan absorban utama, dan bioplastik. Lapisan absorban Cova Pad menggunakan kapas murni dan sabut kelapa yang memiliki antibakteri sehingga dapat menghindari resiko kanker serviks yang dapat ditimbulkan oleh daur ulang limbah kertas seperti produk lain. Sedangkan lapisan absorban utama yakni SAP yang terbuat dari serbuk kulit jeruk beserta batang dan daun nilam. Adapun lapisan bioplastik terbuat dari kulit singkong yang telah diolah. Cova Pad dirancang dalam ukuran 25 cm x 7 cm x 0,5 cm sehingga diharapkan akan cocok digunakan untuk aktivitas sehari-hari [3]. 

Baca juga : Hasil Liga Italia: Inter Gagal Naik, Lazio Bertahan Di 3 Besar

Gambar 2 (a) Pengumpulan Limbah Nilam; (b) Limbah Kulit Jeruk Sebelum Diproses; (c) Limbah Nilam Sebelum Diproses; (d) Polimerisasi SAP; (e) Pembuatan Bioplastik; (f) Pembuatan Cova Pad.

Pembuatan Cova Pad memiliki beberapa tahapan, antara lain pengumpulan limbah nilam, pembuatan SAP, pembuatan bioplastik, serta pembuatan Cova Pad. Pembuatan SAP dari limbah batang dan daun nilam dilakukan dengan proses polimerisasi menggunakan radiasi sinar UV. Limbah yang didapatkan dari tempat penyulingan dijemur terlebih dahulu, kemudian dijadikan serbuk untuk selanjutnya dipolimerisasi. Adapun dalam pembuatan SAP dilakukan variasi bahan serta waktu polimerisasinya untuk menentukan bahan dan waktu polimerisasi yang paling baik.

Selanjutnya pembuatan bioplastik limbah singkong dilakukan dengan melarutkan bubuk dari limbah singkong dengan 18 ml NaOH 0,1 M, 18 ml HCl 0,1 M, dan 12 ml gliserol 1 persen. Pencetakan dilakukan di matras silikon untuk memudahkan pengelupasan. Adapun pembuatan Cova Pad dilakukan dengan menyusun lapisan kapas, sabut kelapa, SAP nilam, dan bioplastik sesuai dengan urutan susunannya, kemudian dipotong sesuai pola dan dijahit.

Dalam pengaplikasiannya Cova Pad telah melewati beberapa pengujian mulai dari uji daya serap, uji degradasi, uji ph, uji antibakteri, hingga uji antifungal. Uji daya serap merepresentasikan batas kemampuan pembalut dalam menyerap air sampai batas maksimal. Pada uji daya serap yang Cova Pad memiliki hasil lebih tinggi yakni sebesar 971 persen dibandingkan dengan pembalut komersil dengan SAP (918 persen) maupun tanpa SAP (102 persen). 

     

Baca juga : Chandra Asri Gandeng LX International Kembangkan Proyek Bahan Baku Terbarukan 

Gambar 3 Hasil Degradasi Pembalut Cova Pad (kiri); Pembalut SAP Sintetis (tengah); Pembalut Non SAP Sintetis (kanan)

Adapun uji degradasi Cova Pad dengan pembalut komersil ditunjukkan oleh gambar di atas. Uji daya degradasi dengan menguburkan sampel ke dalam tanah menunjukkan bahwa pada hari ketujuh, Cova Pad lebih banyak terdegradasi dibandingkan pembalut komersil. Hal ini merepresentasikan bahwa Cova Pad memiliki kemampuan degradasi yang lebih baik dari pembalut komersil [4].

Uji pH dilakukan untuk mengetahui tingkat keasaman masing-masing komponen penyusun Cova Pad. Dari hasil yang didapat, menunjukkan bahwa SAP Nilam, Kapas, dan Bioplastik memiliki pH netral. Sementara untuk sabut kelapa memiliki pH asam, namun hal ini masih aman dikarenakan lapisan yang bersentuhan langsung dengan kulit adalah lapisan kapas yang memiliki pH netral sehingga tidak akan menimbulkan iritasi pada kulit.

Berdasarkan hasil uji antimikroba terhadap bakteri Staphylococus aureus pada Cova Pad, ditemukan aktivitas antibakteri yang berasal dari serbuk kulit jeruk. Adapun hasil uji antifungi terhadap jamur Candida albicans menunjukkan bahwa Cova Pad menunjukkan aktivitas pertumbuhan jamur yang lebih rendah dari pembalut konvensional. Aktivitas jamur ini masih aman karena dalam pemakaian pembalut yang baik adalah diganti setiap empat sampai enam jam sekali dan dapat membantu pada proses degradasi Cova Pad [5]. 

Perwujudan dan pengembangan Cova Pad tentu saja tidak dapat dilakukan dengan mudah. Diperlukan pengembangan riset dan pengujian lebih lanjut untuk mendapatkan sertifikasi kelayakan etik serta lolos uji untuk nantinya produk ini dapat digunakan langsung oleh masyarakat. Maka dari itu, inovasi ini diharapkan dapat diwujudkan  dalam kehidupan sehari-hari guna melawan penumpukan limbah dengan gerakan zero waste.

Referensi

Baca juga : Waspada, Informasi Rekrutmen Karyawan Pegadaian Berbayar Hoax!

[1]  Daryani, S., 2010. Efektifitas Pemakaian Pembalut Wanita Herbal terhadap Penurunan Agen Infeksius Bakteri pada Wanita Pekerja Seks Komersial di Lokalisasi Kelurahan Sukosari Kecamatan Bawen Semarang, s.l.: Universitas Diponegoro.

[2]  Liana, A. W., Devina, M., Anggara, H. & As'ad, M., 2014. BAVA-PAD : Pembalut Biodegradable Berbahan Dasar Umbi Gadung dan Kulit Pisang sebagai Alternatif Pembalut Wanita yang Sehat dan Ramah Lingkungan, Bogor: Institut Pertanian Bogor.

[3]  Nyoni, A., Sibanda, P., Nkiwani, L. & Gonde, P., 2014. Performance characteristics of local and imported sanitary pads. Zimbabwe Journal of Science and Technology.

[4] Pang, M., Pun, M. & Ishak, Z., 2013. Degradation studies during water absorption, aerobic biodegradation, and soil burial of biobased thermoplastic starch from agricultural waste/polypropylene blends. Journal of Applied Polymer Science, pp. 3656-3664.

[5]  Balouiri, M., Moulay, S. & Saad, K. I., 2016. Methods for in vitro evaluating antimicrobial activity. Journal of Pharmaceutical Analysis, pp. 71-79.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.