Dark/Light Mode

Sosiolog Pahami Perasaan Prabowo

Terima Kekalahan Itu, Pahit Jenderal

Senin, 20 Mei 2019 06:44 WIB
Capres 02 Prabowo Subianto saat mendeklarasikan adanya kecurangan perhitungan suara Pemilu 2019, di Jakarta beberapa hari lalu. (Foto: Dwi Pambudo/Rakyat Merdeka).
Capres 02 Prabowo Subianto saat mendeklarasikan adanya kecurangan perhitungan suara Pemilu 2019, di Jakarta beberapa hari lalu. (Foto: Dwi Pambudo/Rakyat Merdeka).

RM.id  Rakyat Merdeka - “Kalah itu pahit, jenderal,” kalimat itu sepertinya sedang dirasakan Prabowo yang terus ngotot merasa menang, berencana tak akan mengakui hasil resmi KPU, dan tak akan mengajukan gugatan ke MK.

Butuh waktu bagi Prabowo untuk menerima kekalahannya. Kita jangan mengejeknya berlebihan. Jangan pula nyinyirnya kelewatan. Merujuk hasil quick count beberapa lembaga survei dan rekapitulasi KPU yang hampir rampung, Prabowo hampir dipastikan akan kalah. Jokowi yang menang.

Dua hari lagi KPU mengumumkan secara resmi. Ini kekalahan ketiga bagi purnawirawan jenderal bintang tiga itu. Yang pertama, di Pilpres 2009 saat dia mendampingi Megawati. Yang kedua, di Pilpres 2014, saat dia dan Hatta Rajasa bertarung melawan Jokowi-JK.

Baca juga : Jokowi dan Prabowo Berjarak Hampir 16 Juta

Di Pilpres sebelumnya, Prabowo juga melakukan penolakan. Namun, penolakan kali ini menjadi yang lebih keras. Sepekan sebelum pengumuman, Prabowo sudah menegaskan tak akan menerima keputusan KPU.

Dia juga ogah mengajukan gugatan ke MK. Dia dan pendukungnya memilih melakukan aksi besar-besaran pada 22 Mei.

Melihat kenyataan ini, Sosiolog Universitas Indonesia (UI) Tamrin Amal Tomagola mengajak publik memahami perasaan Prabowo. Tak perlu mengolok-olok. Apalagi nyinyir sampai berlebihan.

Baca juga : Prabowo Tipiskan Jarak, Tapi Masih Tertinggal 15,7 Juta

“Bung, untuk mendinginkan suasana, sebaiknya hindari mengolok-olok kubu 02, khususnya Prabowo Subianto. Mereka sedang dalam kesulitan menelan kenyataan pahit yang tak terelakkan. Mereka butuh waktu kesiapan untuk itu sampai dengan 20 Oktober 2019. Stop ridiculouing someone who has been beaten badly so many times,” pesan Tamrin lewat akun twitter-nya, @tamrintomagola.

Cuitan Tamrin ini membalas kicauan pengamat politik LIPI Syamsuddin Haris. Sebelumnya Haris membahas keengganan kubu Prabowo mengajukan gugatan ke MK. Dia yakin, hal itu karena kubu Prabowo tidak punya bukti. Sama seperti Pilpres 2014.

“Ini cerita Pilpres 2014. Timses Prabowo-Hatta berkoar akan bawa 10 truk bukti kecurangan ke sidang MK. Tapi ternyata hanya 20 boks,” kicau di akun @sy_haris. Senada dengan Thamrin, Capres nomor urut 01 Jokowi pun memahami hal serupa. Kata dia, siapa pun yang kalah dalam Pemilu, pasti ngerasa tidak puas.

Baca juga : Inalum Jajaki Peluang Kerja Sama Dengan Industri Logam China

“Kalau tidak puas, yang namanya kalah ya pasti tidak puas. Enggak ada yang kalah itu puas, enggak ada,” ujar Jokowi usai menghadiri acara buka puasa bersama Partai Golkar, di Jakarta, Minggu (19/5).
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.