Dark/Light Mode

Waspada Serangan Siber Hingga Pencurian Data Jadi Ancaman Transformasi Keuangan Digital

Senin, 29 November 2021 18:10 WIB
Seminar Nasional yang diselenggarakan The Finance di Jakarta, Senin (29/11). (Foto: Istimewa)
Seminar Nasional yang diselenggarakan The Finance di Jakarta, Senin (29/11). (Foto: Istimewa)

 Sebelumnya 
Menurut data Kementerian Perdagangan, ekonomi digital Indonesia diperkirakan akan tumbuh hingga delapan kali lipat di 2030. Saat ini nilai pasar ekonomi digital nasional Rp 632 triliun dan diprediksi akan menjadi Rp 4.531 triliun dalam delapan tahun ke depan.

Perdagangan online atau e-commerce disebut memainkan perankan yang sangat besar, yakni 34 persen atau setara Rp 1.900 triliun.

 "Untuk menopang pertumbuhan ekonomi digital, faktor-faktor lainnya juga perlu diperkuat, seperti jaringan atau infrastruktur digital, literasi masyarakat, dan sumber daya manusia (SDM)," ujar Sandi.

Baca juga : Airlangga Pastikan Pemerintah Terus Jalankan Agenda Reformasi Struktural

Sementara untuk menghindari serangan siber, perlu ada kolaborasi bersama antara pemerintah, pelaku usaha dan masyarakat.

Hal ini dikarenakan tanggung jawab keamanan siber bukan ada pada pemerintah atau pelaku usaha saja melainkan semua pihak.

Di kesempatan yang sama, Direktur Keamanan Siber dan Sandi Keuangan, Perdagangan, dan Pariwisata Deputi IV, Badan Siber & Sandi Negara (BSSN) Edit Prima mengatakan, serangan siber yang saat ini menjadi tren di sektor keuangan, antara lain adalah pencurian data nasabah atau pengguna, pencurian saldo atau uang dari nasabah, serta penyebaran malware.

Baca juga : Komisi IV Nanya Penerimaan Negara Dari Sektor Kehutanan

Pencurian data atau data bridge adalah pelepasan data sensitif, rahasia, atau data yang terproteksi. Selain karena pandemi, Indonesia juga semakin diuji dengan banyaknya kasus kebocoran data dan melibatkan ratusan data pengguna digital seperti ecommerce, fintech, asuransi juga bank yang dijual di forum dark web secara bebas.

"Berbagai kasus kebocoran data yang terjadi dalam satu tahun terakhir menunjukkan bahwa pencurian data telah menjadi tren. Hal ini perlu menjadi perhatian dan fokus bersama," terangnya.

Hal tersebut menunjukkan, bahwa pengamanan data masih lemah yang bisa diakibatkan oleh kurangnya security awareness, kelemahan sistem, kelemahan prosedur atau ketidak taatan dalam menjalankan prosedur pengamanan data.

Baca juga : Menkominfo: Presidensi G20 Perkuat Agenda Transformasi Digital

“Ke depan perlu upaya lebih serius dalam mengamankan data dari upaya pencurian oleh penjahat siber,” tambahnya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.