Dark/Light Mode

Kredit Macet Turun

Top, Kenaikan Laba BTN Tembus Rp 2,37 T

Selasa, 8 Februari 2022 13:04 WIB
Direktur Utama BTN Haru Koesmahargyo . (Foto: Dok. BTN)
Direktur Utama BTN Haru Koesmahargyo . (Foto: Dok. BTN)

 Sebelumnya 
"Kami optimistis, pada saat ekonomi semakin pulih, dan pandemi berlalu sepenuhnya, permintaan KPR  dapat meningkat lebih tinggi lagi,” ujarnya.

Lebih lanjut Haru mengatakan, pada periode 2019-2020, saat perekonomian nasional terhimpit krisis dan penyaluran kredit industri perbankan mengalami kontraksi 2,5 persen, BTN merupakan satu dari sedikit bank yang berhasil membukukan pertumbuhan kredit.

Kini, ketika ekonomi berangsur pulih, dan sektor properti menjadi lokomotif pertumbuhan, BTN bisa berperan lebih besar lagi. 

Ia mengungkapkan, Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Subsidi masih menjadi penopang utama pertumbuhan kredit BTN. Di manaa KPR naik sebesar 8,25 persen yoy menjadi Rp 130,68 triliun dibandingkan pada 2020 sebesar Rp 120,72 triliun.

Baca juga : Kinerja 2021 Moncer, BRI Kantongi Laba Rp 32 Triliun

Adapun KPR Non-Subsidi, menurutnya juga turut menunjukkan kenaikan di level 4,14 persen menjadi Rp 83,25 triliun dibandingkan 2020 sebesar Rp79,93 triliun.

Menurut Haru, kenaikan penyaluran KPR Subsidi tersebut membuat BTN masih mendominasi pangsa KPR Subsidi sekitar 90 persen.

Sementara KPR secara nasional BTN menguasai pangsa pasar sekitar 40 persen. Pertumbuhan penyaluran kredit, lanjut Haru, juga berdampak pada pendapatan bunga (Net Interest Income/NII) yang tumbuh sebesar 44,7 persen dari Rp 9,10 triliun pada 2020 menjadi Rp 13,20 triliun di tahun 2021.

"Kenaikan NII ini menghasilkan Net Interest Margin (NIM) ke level 3,99 persen pada 2021 dibandingkan 2020 yang baru sekitar 3,06 persen," rinci Haru.

Baca juga : Kinerja Moncer, Laba BSI Naik 38,42 Persen Tembus Rp 3,03 T

Sementara dari total dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun Bank BTN sepanjang 2021 mencapai Rp 295,98 triliun naik 6,03persen. Dari jumlah DPK tersebut komposisi dana murah mengalami kenaikan 319 bps dari 41,11 persen menjadi 44,3 persen.

“Hal ini menunjukkan keberhasilan BTN dalam meningkatkan porsi dana murah,” tegas Haru.

Dari sisi kecukupan likuiditas, Menurut Haru, BTN dalam posisi yang sangat sehat. Rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) berada pada level 92,86 persen. Angka ini lebih baik dari LDR perseroan tahun 2018 dan 2019 yang masing-masing sebesar 103,49 persen dan 113,5 persen.

“LDR tahun 2021 ini merupakan LDR terendah sepanjang lima tahun terakhir,” ujarnya.

Baca juga : Jokowi Pede, Ekspor Besi Baja Tahun Ini Tembus Rp 434,17 Triliun

Haru menegaskan, likuiditas BTN yang sangat kuat juga dapat dilihat dari Loan Coverage Ratio (LCR) berada di angka 283,16 persen terus meningkat dari periode tahun sebelumnya yakni 256,32 persen (2020), 136,31 persen (2019) dan 108,99 persen (2018).

“Peningkatan LCR menunjukkan semakin baiknya kondisi ketahanan likuiditas BTN dan jauh berada di atas ketentuan regulator yang sebesar 100 persen,” kata Haru. 

Sementara itu, meski NPL mengalami penurunan, BTN tetap menyiapkan pencadangan dana yang lebih besar. Hal ini terbukti dari Coverage Ratio pada 2021 yang  mencapai 141,82 persen jauh lebih tinggi dibandingkan 2020 yang sebesar 115,02 persen.

Dengan kenaikan kredit dan DPK yang cukup signifikan tersebut mendongkrak aset BTN tumbuh sebesar 2,95 persen dari Rp 361,20 triliun pada tahun 2020 menjadi Rp 371,86 triliun di tahun 2021. [DWI]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.