Dark/Light Mode

Neraca Dagang Kiamat, Betul...?

Minggu, 16 Juni 2019 07:39 WIB
Bhima Yudhistira Adhinegara
Bhima Yudhistira Adhinegara

RM.id  Rakyat Merdeka - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengingatkan perang dagang AS-China yang dihadapi Indonesia dan dunia global dapat berimbas pada ekspor bahan baku. 

Bahkan, lanjut Bhima, perang dagang bisa berimbas pada pendapatan masyarakat menurun sehingga mengganggu konsumsi rumah tangga. Lalu kinerja ekspor bisa menurun seiring jatuhnya harga komoditas. 

Selain itu, kata Bhima, defisit neraca pembayaran atau Current Account Deficit (CAD) turut melebar dan pertumbuhan ekonomi bisa stagnan di angka 5 persen atau di bawah asumsi makro 5,3 persen. 

Baca juga : Peringkat Daya Saing Indonesia Meroket

“Jelas masalah besar karena perang dagang menurunkan permintaan ekspor bahan baku Indonesia ke AS dan China. Bisa ciptakan kiamat bagi neraca dagang kita. Sampai bulan April 2019, total ekspor migas dan non-migas sudah turun 9,39 persen dibanding periode yang sama tahun lalu,” katanya, kemarin. 

Di sisi lain, kata Bhima, perang dagang bisa berdampak positif. Banyak peluang yang dapat diraih dari perang dagang ini, seperti perpindahan pabrik Harley Davidson ke Thailand dan pabrik garmen ke Bangladesh-Vietnam. 

Namun, Indonesia masih jauh dari siap karena masih harus banyak berbenah. Salah satunya, insentif fiskal yang masih cenderung digeneralisir seperti paket kebijakan ekonomi ke-16. 

Baca juga : Kisruh Pasca Perang Baratayudo

Padahal, insentif yang dibutuhkan bermacam-macam seperti pajak PPh badan, sewa lahan murah hingga akses bahan baku. Selain itu, kata Bhima, koordinasi pusat ke daerah juga masih bermasalah. Apa yang ditawarkan pemerintah pusat kerap tidak terimplementasi dengan baik di daerah. 

“Apa Indonesia dilirik kayak Vietnam bisa tarik investasi dengan tawaran menarik? Di Indonesia presiden bicara apa, pemda ogah-ogahan,” jelasnya. 

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal menilai, Singapura yang ekonominya sangat bergantung pada faktor eksternal, ketimbang domestik pantas waswas. Kata Faisal, tingkat partisipasi perdagangan global ke Indonesia masih lebih kecil dibanding Malaysia, Thailand, Singapura hingga Vietnam. Sehingga dampaknya ke Indonesia memang lebih kecil dari negara-negara ASEAN lainnya.[KPJ]
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.