Dark/Light Mode

Kisruh Pasca Perang Baratayudo

Senin, 20 Mei 2019 11:17 WIB
DR Ki Rohmad Hadiwijoyo
DR Ki Rohmad Hadiwijoyo
Dalang Wayang Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Suasana kebatinan dalam menyambut Lebaran tahun ini berbeda dari biasanya. Pasca-pemilu serentak masih menyisakan duka atas tercabiknya persatuan antar anak bangsa. Masyarakat masih susah untuk disatukan kembali karena dampak terbelahnya pilihan politik. 

Diperlukan kearifan dan kedewasaan untuk memahami cobaan demokrasi. Ritual demokrasi lima tahunan yang seharusnya untuk mengantarkan rakyat dalam berbangsa dan bernegara, terjebak kompetisi tidak cerdas yakni hanya sebatas mencari menang kalah. Seruan berbagai pihak untuk bersatu kembali bakalan susah terwujud. Karena para pihak masih beranggapan bahwa beda pilihan adalah lawan yang harus disingkirkan. 

“Mereka belum bisa membedakan antara kebahagiaan sejati dan sukacita ndalam memaknai euforia kemenangan, Mo,” celetuk Petruk. Romo Semar hanya mesem mendengar komentar anaknya, Petruk. Semar prihatin dengan komentar para elite yang waton suloyo. Alih-alih mencari solusi untuk menenangkan mereka yang belum move on, para elite justru mengumbar pernyataan yang kurang cerdas. 

Baca juga : Pilihan Makar dan Makarti Rajamala

Semar flash back bagaimana Prabu Kresna menenangkan para Pandawa pasca perang Baratayuda. Kocap kacarito. Secara lahiriah Pandawa memenangkan perang Baratayuda. Tetapi kalau dilihat secara kebatinan, keduanya Pandawa dan Kurawa sama-sama kalah. 

Trah keturunan Barata berperang hanya untuk berebut tahta Hastina. Perang saudara bukan saja meninggalkan derita bagi rakyat Hastina dan Amarta, akan tetapi membinasakan garis keturunan mereka sendiri. Pergolakan terjadi justru pascaperang Baratayuda. Keturunan Kurawa yang belum bisa menerima kekalahan lari ke tengah hutan. Mereka balas dendam dan merencanakan kudeta menjelang pelantikan Parikesit sebagai pemimpin baru di Hastina.

Kartamarma dan Aswatama adalah dua tokoh elite Kurawa yang berhasil lolos dari perang Baratayuda. Keduanya lari untuk menghindari kejaran pasukan Pandawa. Dari tengah hutan mereka mengatur setrategi untuk membuat perhitungan kepada anak turunan Pandawa. 

Baca juga : People Power Di Kurusetra

Hastina boleh jatuh ke tangan Parikesit, tetapi anak cucu Pandawa harus dibinasakan dari muka bumi. Aswatama menggunakan strategi ngesong landak yaitu menggali terowongan untuk bisa masuk ke dalam istana Hastina. 

Aswatama dan Kartamarma berhasil masuk ke istana melalui terowongan yang dibuat secara sembunyi-sembunyi. Setelah berhasil masuk istana dan melumpuhkan penjagaan yang begitu ketat, beberapa elite keturunan Pandawa dibunuh. Salah satunya Pancala anak Puntodewa menjadi korban kekejaman Aswatama. 

Srikandi istri Harjuno yang sedang tidur pun tidak luput dari murkanya Aswatama. Drestajumpena yang dulu membunuh Pandito Durno tidak luput oleh dendam kesumat Aswatama. Dalam keadaan genting dan kacau, Kresna mengambil alih kendali pengamanan Hastina. Harjuna diminta berjaga didalam istana untuk melindungi cucunya Parikesit. Sedangkan Bima menghadang musuh-musuh Pandawa di perbatasan . 

Baca juga : Redupnya Pamor Harjuna Sasrabahu

Strategi Kresna berhasil meringkus pasukan yang dipimpin oleh Kartamarma dan Aswatama. Kartamarma ditangkap saat mau membunuh Parikesit. Sedangkan Aswatama mati di tangan Bima saat mau melarikan diri. Walaupun kedua otak makar berhasil ditangkap, ancaman sekutu Kurawa terhadap keturunan Pandawa masih akan terus berlangsung sampai menjelang pelantikan pemimpin baru Hastina. 

“Pandawa merasakan kebahagian dapat memenangkan perang Baratayuda. Tapi sebetulnya tidak merasakan euforia sukacita dari kemenangan tersebut,” celetuk Petruk membuyarkan lamunan Romo Semar. “Betul, Tole. Itulah bedanya bahagia dan sukacita. Bahagia hanya bisa dinikmati oleh perorangan atas capaian yang diraih. Sedangkan sukacita selain dinikmati dirinya sendiri juga membawa kebahagian bersama masyarakat luas,” papar Semar. 

Yang menang bahagia dan yang kalah pun ikut suka cita. Sehingga pihak lawan pun bisa legowo untuk menerima kekalahan. Pihak lawan bisa legowo menerima kekalahan karena ada transparansi aturan main. Transparansi merupakan energi untuk menjaga komunikasi antara pemenang dan yang kalah. Kesedihan akibat kalah dalam berkompetisi ibarat vitamin untuk menjaga tali silaturahmi menuju kebahagian dan sukacita. Oye ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.