Dark/Light Mode

Pengakuan Bos Inpex Pasca Kesepakatan Proyek Masela

Iklim Investasi Di Bawah Jokowi Jauh Lebih Baik

Sabtu, 22 Juni 2019 17:22 WIB
Presiden Jokowi genjot iklim investasi.
Presiden Jokowi genjot iklim investasi.

RM.id  Rakyat Merdeka - Bagi Jepang, Blok Masela sebagai tambang gas alam sangatlah seksi. Tambang gas alam yang termasuk dalam kategori terbesar di dunia ini, memberikan hasil gas dengan kualitas bagus. 

“Dipercaya untuk ikut membangun dan mengembangkan Blok Masela, adalah hal yang sangat luar biasa. Ikut dalam proyek ini, tidak hanya memberi kesempatan bagi kami mengembangkan blok dan menambah jumlah produksi. Lebih dari itu, pengembangan Blok Masela juga memberi dampak positif bagi ekonomi Indonesia, serta mengembangkan komunitas warga lokal di sekitar dengan adanya lapangan pekerjaan baru terkait blok Masela,” jelas President & CEO Inpex Corporation Takayuki Ueda kepada wartawan Rakyat Merdeka Kartika Sari, Bisnis Indonesia dan Metro TV di sela-sela Konferensi G20 di Kairuzawa, Jepang, Minggu (16/6). 

Indonesia dan Jepang akhirnya resmi menandatangani Kesepakatan Awal atau Head of Agreement (HoA) pengembangan lapangan hulu minyak dan gas Lapangan Abadi di Blok Masela, di Kepulauan Tanimbar, Maluku. 

Kesepakatan yang diteken Kepala Satuan Kerja Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto, President & CEO Inpex Corporation Takayuki Euda dan Presiden Direktur Inpex Corporation Indonesia Shunichiro Sugaya di selasela Konferensi G20 di Kairuzawa, Jepang, Minggu (16/6) itu, disaksikan langsung Menteri ¬Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan dan Menteri Ekonomi, Perdagangan dan Industri (METI) Jepang Hiroshige Seko. 

Baca juga : Blok Masela Pintu Masuk Investasi Di Dalam Negeri

Tentang penandatanganan kesepakatan yang tertunda selama 20 tahun, Ueda mengaku, kena dampak negatif. Namun, lanjutnya, selalu ada berkah di balik setiap peristiwa. Ada banyak hal positif yang terjadi selama masa penundaan itu. Salah satunya, ¬Inpex memiliki proyek LNG Ichthys di Australia, yang dapat menjadi modal penting bagi Jepang dalam mengelola Blok Masela. 

“Ada banyak hal positif yang terjadi. Salah satunya, kami sudah memperkenalkan proyek LNG Ichthys di Australia. Ini adalah proyek yang cukup besar di Australia. Kami belajar banyak dari proyek Ichthys. Kami sudah memulai tahapan produksi dan mendapat banyak masukan mengenai teknik dan manajemen produksi di wilayah yang memiliki sumber gas alam dalam jumlah besar. Jadi, kami bisa membawa informasi, tenaga ahli dan teknologi yang kami dapat dari proyek Ichthys ke proyek Masela. Dengan begitu, proyek Masela bisa jauh lebih efisien,” terang Ueda. 

“Selain itu, selama penundaan, Inpex sudah melakukan eksplorasi di sekitar Masela dan menemukan bahwa kapasitas proyek ini ternyata mencapai 9,5 juta ton LNG per tahun. Padahal, awalnya hanya diprediksi sekitar 2,5 juta ton LNG per tahun,” imbuhnya. 

Tahapan Panjang Setelah penandatanganan HoA ini, Inpex masih akan menjalani tahapan panjang sebelum menggarap proyek Masela. Langkah pertama adalah menyerahkan Plan of Development (PoD), untuk mendapat persetujuan dari pemerintahan Indonesia. Setelah itu, Inpex mendesain detil proyek, serta rincian dana dan pendanaannya. 

Baca juga : Perda Larangan Kantong Plastik Ganggu Iklim Investasi

“Tentu kami akan melakukan feasibility study (studi kelayakan). Setelah semuanya selesai, kami juga harus mencari pembeli produk gas kami sebelum beroperasi secara maksimal. Tanpa pembeli, produksi akan sia-sia,” jelasnya. 

Jika semua berjalan lancar, dan Masela dianggap feasible secara ekonomi, Inpex akan membuat Final Investment Decision (FID) yang dilanjutkan dengan Engineering, Procurement and Construction (EPC). Setelah lengkap semuanya, barulah proses produksi bisa dimulai.“Jika semua berjalan lancar, produksi bisa dimulai akhir 2020,” kata Ueda. 

Dengan asumsi ini, Ueda memperkirakan, proyek Masela baru akan beroperasi normal sekitar 7-8 tahun lagi.“Kesepakatan kami di proyek Masela ini sampai 2045. Jadi, kami akan beroperasi dan mengurusi proyek ini dari 2027 atau 2028, hingga 2045,” tutur Ueda. 

Dia juga berpendapat, iklim investasi di Indonesia jauh lebih baik selama pemerintahan Jokowi.“Ya, saya pikir demikian. Selama pemerintahan beliau ada perbaikan yang sangat signifikan. Jauh lebih baik. Kami harap, iklim bisnis di Indonesia terus membaik dan makin menarik bagi investor asing,” harapnya. 

Baca juga : Wapres Minta Sistem Transportasi Di Jabodetabek Terintegrasi

Transparansi, fleksibel dan kepastian atmosfer bisnis, kata Ueda, adalah kata kunci yang dicari investor di sebuah negara. [TIK]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.