Dark/Light Mode

Tak Sengaja Manfaatkan Buah Pisang Sisa Katering

Pisang Goreng Madu By Ibu Nanik Jadi Saingan Usaha Sang Kaesang

Minggu, 23 Juni 2019 11:33 WIB
Para pekerja Pisang Goreng Madu milik Bu Nanik sibuk menggoreng pisang di tokonya kawasan Tanjung Duren, Jakarta Barat. (Foto: Istimewa).
Para pekerja Pisang Goreng Madu milik Bu Nanik sibuk menggoreng pisang di tokonya kawasan Tanjung Duren, Jakarta Barat. (Foto: Istimewa).

RM.id  Rakyat Merdeka - Pelaku usaha sangat membutuhkan dukungan berbagai pihak, termasuk dari pemerintah daerah (Pemda). Peran Pemda sangat penting terkait pemasaran dan pembinaan.

Kisah Nanik Soelistiawati (50), pemilik Pisang Goreng Madu by Ibu Nanik ini mungkin bisa contoh pelaku UMKM, yang maju di bawah binaan Walikota Jakarta Barat. Saat ditemui Rakyat Merdeka, Nanik terlihat segar dan lincah meski usianya sudah setengah abad. Dia antusias menceritakan bagaimana usahanya bisa maju hingga seperti sekarang.

Awal mula karyawannya hanya sembilan orang, kini memiliki 90 karyawan di outlet pusatnya di kawasan Tanjung Duren, Jakarta Barat. Nanik memulai usaha pertamanya dengan membuka layanan katering bagi ribuan karyawan hotel tahun 1994. Kala itu sejumlah hotel ternama menjadi kliennya. Sebut saja Hotel Dharmawangsa, Harris, Parklane, Ciputra, Alila dan Ibis.

Baca juga : Perbaikan Outlook Jadi Bukti Suksesnya Kebijakan BI, Pemerintah, dan Pemangku Kebijakan

Dia menyiapkan makan siang untuk 1.200-2.000 orang tiap harinya. Di 2007, dia bergabung dengan UMKM binaan Walikota Jakbar. Di masa itulah dia memulai usaha pisang goreng madu. Berkat perkenalannya dengan pegawai Dinas UMKM Jakarta Barat, dia mendapat bantuan promosi secara nasional. Bahkan pernah diundang staf kepresidenan sebanyak tiga kali, sebagai pembicara UMKM yang sukses.

“Pertama diundang ke Bandung, lalu Sidoarjo dan terakhir ke Istana Negara. Saya kebetulan UMKM di bawah naungan Walikota Jakarta Barat dan menjadi produk unggulan Jakbar. Presiden Jokowi saat di Bandung bilang, Ibu nanti saingan dengan anak saya yang jualan pisang nugget Sang Kaesang ya, hahaha,” candanya sambil menirukan gaya bicara Jokowi.

Menurut Nanik, ketika UMKM baru merintis usaha, perlu waktu, tenaga dan kerja keras agar usahanya bisa dikenal orang. Salah satu caranya, harus tergabung di komunitas atau ikut dalam berbagai pelatihan dan pembinaan dinas terkait. Yang lebih penting lagi, Pemda diharapkan mampu melihat potensi usaha kecil yang dinilai berpeluang tumbuh dan berkembang.

Baca juga : Bos Nasdem Pompa Semangat Kader & Caleg

“Pendekatan ke UMKM oleh lembaga atau dinas juga penting. Usahanya aktif, Pemdanya juga harus aktif, jadi klop saling ketemu. ­Karena jika UMKM suatu daerah sukses, kan mendorong ekonomi daerah itu juga untuk maju,” ucapnya. Nanik lalu berkisah perjuangannya saat merintis bisnis pisang goreng madu.

Kala itu dia masih usaha katering, di mana menu buah pisangnya selalu bersisa. Dia memutar otak bagaimana pisang yang tersisa bisa dimanfaatkan. Akhirnya dia coba membuat pisang goreng dan pisang sale. Kebetulan ibunya penderita diabetes, yang memaksa Nanik mengolah pisang tanpa gula. “Karena kebiasaan saya tiap pagi minum lemon dan madu, maka adonan tepung terigu pun saya pakaikan madu sebagai pengganti gula.

Jadilah pisang goreng madu. Dan ibu saya bisa makan. Tetap ada manisnya tapi tanpa gula,” tuturnya. Pisang olahannya itu pun diberikannya ke karyawan hotel. Di tiap Jumat, dia punya menu spesial, yaitu nasi beserta lauk pauk, sementara buahnya dia ganti snack. Dari situ dia coba hidangkan pisang goreng kepada karyawan hotel.

Baca juga : Darmin: Jangan Teriak Mau Menang-menangan

“Mereka sempat protes, pisang gosong kok dijual dan minta untuk tidak dihidangkan lagi. Pisangnya gosong mungkin karena efek madu, sehingga cepat gosong jika digoreng,” tuturnya. Tiap pagi Nanik dan karyawannya mengevaluasi hasil masakan. Akhirnya diputuskan tidak lagi memberikan pisang goreng madu ke karyawan hotel. “Anehnya, setelah tampilan pisangnya diubah jadi lebih bagus dan tidak gosong,mereka pada suka. 

Karena sebelumnya mereka cuma lihat penampilannya, tapi pas dicoba enak. Eh mereka minta lagi, mau pisang gosong yang itu lagi setiap Jumat. Akhirnya dua minggu sekali ada pisang madu,” ceritanya. Sekarang usaha kateringnya itu tidak dia teruskan. Nanik fokus membesarkan usaha pisang goreng madunya. Di tokonya, tiap Senin-Jumat ada sekitar 1.200 antrean customer, Sabtu-Minggu 1.500-1.600 pesanan. 

Jika dulu hanya butuh bahan baku pisang 5-6 peti, sekarang bisa menghabiskan 2-3 truk pick-up. Dia menjual pisang gorengnya seharga Rp 5 hingga 7 ribu per potong. Dia mengambil pisang dari suplier di Bogor, Lampung, Sukabumi dan Semarang. Hanya jenis tertentu yang bisa diolah menjadi pisang goreng madu, seperti pisang uli dan pisang kepok. “Kalau omzet, cukuplah, nggak etis bilang berapanya. Yang pasti bersyukur untuk produksi ribuan kilogram pisang dan bisa bayar operasional outlet,” katanya malu-malu. [DWI]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.