Dark/Light Mode

Tampilan E-Commerce Makin Seger

Masyarakat Jadi Getol Belanja Online Ketimbang Berinvestasi

Rabu, 3 Juli 2019 18:00 WIB
Tampilan E-Commerce Makin Seger. Ilustrasi/Ist
Tampilan E-Commerce Makin Seger. Ilustrasi/Ist

RM.id  Rakyat Merdeka - Tampilan e-commerce yang makin nyaman, menurut riset dari Liftoff mendorong masyarakat untuk gemar berbelanja online ketimbang berinvestasi.

BARU-BARU ini, platform pemasaran dan penargetan ulang aplikasi seluler, Liftoff telah merilis laporan tahunan yang memaparkan analisis mendalam tentang perilaku berbelanja orang Indonesia melalui aplikasi seluler.

Dalam laporan berjudul Aplikasi Belanja Seluler 2019 tersebut menunjukkan semakin meningkatnya kenyamanan dalam berbelanja, dapat membantu mendorong pengguna untuk berbelanja melalui aplikasi.

Para pengguna aplikasi belanja online didominasi oleh generasi kelahiran 1980an atau masuk generasi milenial. Nyamannya tampilan e-commerce selain untuk berbelanja, sebetulnya bisa menjadi pendukung atau sarana berinvestasi. Pastikan pelajari dulu hingga detail sebelum memulai investasi.

Generasi Sandwich

Baca juga : Turis dan Masyarakat China Senangi Buah Indonesia

Perencana keuangan Prita Hapsari Ghozie menyarankan, ketimbang belanja online untuk membeli barang yang tidak begitu dibutuhkan, lebih baik uang diarahkan untuk berinvestasi. “Kenapa disini saya katakan penting untuk berinvestasi karena kita penting banget untuk memutuskan rantai sandwich generation,” ujarnya saat ditemui Rakyat Merdeka di kawasan Kuningan, Jakarta.

Untuk diketahui, generasi sand wich adalah istilah bagi orang-orang yang terhimpit se cara finansial karena tak bisa mengelola keuangan, sehingga kerepotan untuk mencukupi kebutuhan dirinya dan orang sekitarnya.

Adapun generasi sandwich adalah mereka yang tidak memperhitungkan kebutuhan primer dengan baik, bahkan mendahulukan keinginan-keinginan yang bersifat tersier. Kecanduan belanja bisa memicu terbentuknya generasi sandwich.

Untuk itu, masyarakat mesti berhati-hati dalam mengelola keuangan, terlebih ujian untuk berbelanja makin berat. “Tuntutan gaya hidup juga semakin tinggi,” jelasnya. Meskipun saat ini sudah banyak milenial yang melek investasi, tidak dipungkiri banyak milenial yang konsumtif.

Prita memberi tips agar lebih efektif, investasi harus dilakukan di awal gajian. “Dari awal kita bisa tentukan porsi misalnya Rp 100 ribu per bulan. Bisa juga kita pakai persentase dari pendapatan bulanan, misal 10 persen dari gaji,” saran Prita.

Baca juga : Rommy Pastikan Menteri Lukman Terlibat Jual Beli Jabatan di Kementerian Agama

Selain buat belanja di e-commerce, sebetulnya terdapat fitur debit otomatis bagi penggunanya. Lebih lanjut, dalam laporan dari Liftoff juga menunjukkan, Indonesia merupakan sebuah pasar yang sangat menarik dalam hal akuisisi, dan perilaku pengguna terhadap aplikasi belanja seluler. Hal ini dikarenakan tingginya ekspansi penggunaan internet serta pertumbuhan perdagangan daring (online commerce).

Riset Liftoff juga menganalisa lebih dari 90,9 miliar tayangan iklan, 13,6 juta instalasi, serta 3,9 juta pendaftaran dan pembelian pada April 2018 hingga April 2019. Dengan cakupan riset yang men jangkau empat kawasan (Asia-Pasifik; Amerika Utara; Amerika Latin; serta Eropa, Timur Tengah, dan Afrika), lapo ran dari Liftoff menunjukkan bahwa pengguna aplikasi belanja semakin menyukai aktivitas berbelanja pada tahun ini, yang dianggap sebagai tahun kejayaan perdagangan via seluler (mobile commerce) sejauh ini. Apalagi berbagai situs atau aplikasi menyediakan berbagai tawaran diskon yang besar.

Kendati penawarannya sangat beragam dan menggiurkan, masyarakat tetap diharapkan bisa mempergunakan uangnya untuk belanja secara bijak. Menurut Perencana Keuangan dari Finansia Consulting Eko Endarto, perlu adanya kesadaran dalam berbelanja barang-barang yang memang dibutuhkan. Bagi mereka yang terbiasa belanja online akan cepat terpengaruh secara psikologis saat melihat diskon. Terlebih diskon dibatasi waktu tertentu.

“Padahal harga murah itu bisa saja terulang kembali di waktu berikutnya bahkan bisa lebih murah. Pastikan membeli yang memang dibutuhkan dulu,” ucap Eko.

Sangat bahaya jika sudah kecanduan maka akan membeli bukan yang dibutuhkan tapi sekedar diinginkan. Untuk melampiaskan hasrat berbelanja tak jarang pengguna aplikasi sampai mengeluarkan uang yang sebetulnya bisa dialihkan untuk kebutuhan masa depan.

Baca juga : Semoga Damai Idul Fitri Berlanjut ke Sidang Sengketa Pemilu di MK

Untuk menentukan barangbarang yang memang dibutuhkan, konsumen pun perlu membiasakan membuat daftar belanja terlebih dahulu. Adanya daftar belanjaan tersebut, maka masyarakat bisa lebih terkontrol dalam menentukan barang apa yang hendak dibeli. Lebih lanjut, Eko menyebutkan pentingnya melakukan survei harga terhadap barang yang dikehendaki.

Sementara itu, Vice President Marketing Liftoff Dennis Mink mengungkap juga bahwa pasar aplikasi belanja di Asia tumbuh secara dinamis dan sedang berada dalam posisi tertinggi. Namun demikian pembelian masih tidak terlalu tinggi dibandingkan penetrasi pertumbuhan aplikasi.

“Berdasarkan temuan kami, jumlah pembelian yang dilakukan melalui aplikasi-aplikasi tersebut tidak setinggi yang seharusnya, terlepas dari tren umum yang menyebutkan bahwa konsumen sekarang cenderung bergeser dari aktivitas belanja melalui layar komputer ke layar ponsel,” ungkap Mark. [JAR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.