Dark/Light Mode

Harga Garam Anjlok

Menteri Susi Marah-marah Salahkan Banyaknya Impor

Jumat, 5 Juli 2019 10:42 WIB
Petambak garam keluhkan harga turun.
Petambak garam keluhkan harga turun.

RM.id  Rakyat Merdeka - Usai pertenak ayam, kini petani garam menjerit. Harga garam anjlok. Disinyalir adanya kelebihan stok garam, baik dari sisa impor garam tahun lalu, maupun pro duksi dalam negeri. Apalagi, dalam waktu dekat para petani tengah memasuki masa panen hingga November mendatang. 

Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Susi Pudjiastuti geram. Dia menuding harga garam di tingkat petambak anjlok akibat impor yang dilakukan secara berlebihan sehingga bocor ke masyarakat. “Persoalan harga jatuh itu adalah impor terlalu banyak dan bocor. Titik. Itu persoalannya,” tegasnya di Jakarta kemarin. 

Pemilik maskapai Susi Air ini menilai, seandainya saja besaran garam impor dipatok di bawah 3 juta ton, maka harga garam di tingkat petambak tidak akan anjlok seperti saat ini. 

Baca juga : Harga Garam Petani Anjlok, Penetapan HET Mendesak

“Kalau impor diatur di bawah 3 juta ton kayak tempo hari harga di petani Rp 1.500 sampai Rp 2.000 per kg. Masalahnya, impornya banyak dan bocor,” ujarnya. 

Seperti diketahui, sejak tahun lalu, pemerintah sepakat untuk mengalihkan kewenangan pemberian rekomendasi impor garam industri kepada Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dari yang sebelumnya dipegang oleh Menteri Susi. Artinya, sejak tahun lalu rekomendasi impor garam industri dikeluarkan oleh Kementerian Perindustrian, bukan KKP. 

Hal ini menyebabkan perbedaan perhitungan soal kebutuhan garam impor. Ketua Asosiasi Petani Garam Indonesia (APGRI) Jakfar Sodikin mengungkapkan, harga garam produksi rakyat kualitas unggul (KW I) saat ini ada di level Rp 600 per kilogram (kg). Sementara, untuk garam jenis KW II ada di level Rp 500 per kg dan KW III sebesar Rp 400 per kg. 

Baca juga : Harga Tiket Pesawat Mahal, Pengusaha Salahkan Pajak Avtur

“Ini harganya jatuh sekali. Di tahun lalu, itu garam KW I di banderol Rp 1.500, KW II sebesar Rp 1.300, sekarang ka rena over stok harganya jadi murah. Serapan juga rendah, nggak laku,” katanya. 

Banyaknya stok yang masih tersedia dan minimnya serapan, kata Jakfar, terjadi karena akumulasi impor yang tinggi dari tahun 2018. Berdasarkan data KKP, stok garam rakyat produksi 2018 yang belum terserap sebanyak 237.068,86 ton. 

Selain itu, juga ada stok garam produksi PT Garam sebanyak 198.000 ton. Hingga saat ini, KKP juga mencatat produksi garam oleh petambak dan PT Garam sudah mencapai 13.664,21 ton. Dengan rincian, sebanyak 3.164,21 ton garam rakyat dan 10.500 ton garam produksi PT Garam. 

Baca juga : Terima Gratifikasi Makanan? Salurkan Saja ke Panti Jompo/Asuhan

“Kami meminta agar pemerintah mengatur data kebutuhan pasti dari industri, khususnya untuk industri aneka pangan. Supaya impor jangan berlebihan yang menyebabkan over stok seperti ini,” tegasnya. 

Petani garam asal Cirebon Yani meminta agar ada standarisasi harga garam. Karena, harga Rp1.000 per kg sesuai dengan minimal biaya yang dikeluarkan petani.”Standarnya memang Rp.1000, biar petani tidak rugi,” ujarnya. [KPJ]
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.