Dark/Light Mode

Ketimbang Sibuk Larang Penumpang Foto Di Pesawat

Garuda Sebaiknya Fokus Urus Pelayanan Yang Makin Memble

Selasa, 16 Juli 2019 16:42 WIB
Layanan kelas bisnis Garuda Indonesia (Foto: Istimewa)
Layanan kelas bisnis Garuda Indonesia (Foto: Istimewa)

 Sebelumnya 
"Harusnya (pemotretan di dalam kabin pesawat, red) malah bisa dipakai sebagai promosi dan instrospeksi kalau ada kekurangan pelayanan. Semacam kritik yang membangun," kata Gatot saat dihubungi RMco.id, Selasa (16/7).

"Garuda itu kan pramugarinya termasuk yang terbaik di dunia versi Skytrax. Pernah beberapa kali jadi nomor satu. Harusnya, biar saja pelayanan mereka diketahui publik. Sebagai maskapai full service, Garuda harusnya mengedepankan layanan setelah keselamatan dan keamanan penerbangan. Jadi, kalau ada yang kritik, ya tinggal diperbaiki saja. Toh setiap hari mereka juga harus melayani penumpang. Dengan adanya perbaikan itu, penumpang malah bisa jadi tertarik dan percaya terhadap kualitas layanan Garuda," imbuhnya.

Kritikan serupa juga dilontarkan Anggota Komisi VI DPR dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Nasim Khan. Nasim yang membidangi Komisi Perdagangan, Perindustrian, Investasi, Koperasi, UKM & BUMN, Standarisasi Nasional ini menilai, Garuda tak perlu repot-repot menerbitkan surat larangan ataupun imbauan terkait dokumentasi di dalam pesawat. 

Nasim menegaskan, perhatian Garuda mestinya lebih terfokus pada berbagai upaya yang dapat meningkatkan pelayanan konsumen. "Menurut saya, awak kabin cukup mengingatkan penumpang bila terjadi hal seperti itu. Nggak perlu sampai ditindak macam-macam. Sebaiknya, maksimalkan perhatian pada upaya-upaya peningkatan kualitas layanan, untuk merangsang minat publik menggunakan maskapai Garuda. Bukan malah melakukan sesuatu yang berlebihan, tapi kurang bermanfaat," tutur Nasim kepada RMco.id di Jakarta, Selasa (16/7). 

Baca juga : Bandara Internasional Kertajati Sudah Siap Layani Penumpang Pesawat, Maskapai dan Kargo

Bicara soal layanan, belakangan ini kualitas layanan Garuda dikeluhkan oleh banyak kalangan. Salah satunya, Kartika, yang berprofesi sebagai karyawan swasta. Kartika yang tercatat sebagai member frequent flyer alias tercatat sebagai pelanggan yang kerap terbang bersama Garuda, mengeluhkan layanan Garuda saat plesiran ke Bali, awal Juli ini. 

Kartika mengaku tak habis pikir, bagaimana bisa maskapai sekelas Garuda hanya menyediakan orange juice saat ia terbang dari Bali ke Jakarta naik kelas Bisnis pada tanggal 5 Juli lalu. 

"Minuman untuk kelas bisnis maupun Ekonomi sama: teh, kopi, air putih, susu dan juice. Yang aneh dan nggak biasa, cuma ada orange juice. Padahal biasanya, untuk kelas ekonomi saja, ada tiga pilihan juice:  orange, guava dan apple. Itu pengalaman saya waktu traveling ke Bali dari Jakarta tanggal 2-5 Juli lalu. Kok bisa sih Garuda kasih pelayanan seperti itu?” katanya heran. 

“Padahal, Bali kan tujuan wisata kelas dunia. Waktu saya tanya pramugarinya, kok minumannya cuma orange juice. Biasanya, kan ada pilihan. Sambil tertunduk malu, pramugarinya hanya menjawab, maaf ini sudah standar kami bu," keluh Kartika.  

Baca juga : Jelang Lebaran, Penumpang di Bandara Sultan Hasanuddin Malah Turun

Sebagai pelanggan setia Garuda, Kartika bisa merasakan kualitas pelayanan dan makanan/minuman Garuda yang makin memble dan menurun belakangan ini.

Saat RMco.id mengkonfirmasi soal menurunnya kualitas makanan/minuman tersebut, Ikhsan hanya menjawab simpel,"Siap, nanti akan kami benahi". 

Semoga saja, Garuda benar-benar memenuhi janjinya untuk memperbaiki kualitas, dan terus fokus pada upaya-upaya peningkatan keselamatan, keamanan, dan kenyamanan penerbangan. Jangan sampai, BUMN penerbangan yang kini dipiloti oleh Ari Askhara sebagai Direktur Utama, terjungkal karena masyarakat tak lagi memiliki kepercayaan penuh. Apalagi, belum lama ini, Garuda juga mendapat sorotan setelah merilis laporan keuangan tahun 2018. 

Kementerian Keuangan, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Bursa Efek Indonesia (BEI) yang memeriksa dan mengevaluasi laporan keuangan tersebut, menemukan adanya kejanggalan. Sehingga, mereka menjatuhkan sanksi pada Kantor Akuntan Publik  (KAP) Kasner Sirumapea dan KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan sebagai auditornya. 

Baca juga : Kado Lebaran, Harga Rumah Di Papua Naik Paling Tinggi

Sanksi yang dijatuhkan oleh Menteri Keuangan di antaranya pembekuan izin selama 12 bulan (KMK No.312/KM.1/2019 tanggal 27 Juni 2019) terhadap KAP Kasner Sirumapea, karena melakukan pelanggaran berat yang berpotensi berpengaruh signifikan terhadap opini Laporan Auditor Independen (LAI). Sedangkan sanksi untuk KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan adalah peringatan tertulis disertai kewajiban untuk melakukan perbaikan terhadap Sistem Pengendalian Mutu KAP, dan dilakukan review oleh BDO International Limited (Surat No.S-210/MK.1PPPK/2019 tanggal 26 Juni 2019).

“BPK menemukan sejumlah masalah terhadap laporan keuangan Garuda. Permasalahan itu menjadi salah satu bentuk pidana,” kata Anggota III BPK Achsanul Qosasi, seperti dikutip Katadata.co.id, Kamis (4/7).

So, nggak ada tawar-menawar lagi, Garuda harus terbang cepat meningkatkan kualitasnya dalam segala hal. Jangan berfokus pada hal-hal receh, yang sama sekali tak mengarah pada perbaikan apa pun. Apalagi, jika menyangkut layanan konsumen. Sebab, biar bagaimanapun, konsumen adalah raja. [KPJ/QAR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.