Dark/Light Mode

Lahan Pertanian Berkurang, Produksi Kedelai Lokal Makin Merosot

Jumat, 9 September 2022 19:32 WIB
Ilustrasi petani kedelai. (Net)
Ilustrasi petani kedelai. (Net)

RM.id  Rakyat Merdeka - Berkurangnya lahan pertanian dan minimnya modernisasi pertanian menjadi persoalan serius yang kerap dihadapi petani dalam pengelolaan kedelai di Tanah Air. Imbasnya, produksi kedelai domestik kian merosot tiap tahunnya.

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Azizah Fauzi membeberkan, berdasarkan data USDA, Indonesia menghasilkan 580.000 ton kedelai di tahun 2015 dan merosot 18 persen menjadi hanya 475.000 ton pada tahun 2020.

Berdasarkan data yang dihimpun CIPS melalui Food Monitor, penurunan ini berbanding terbalik dengan jumlah total konsumsi nasional pada 2020 yang meningkat sebesar 15 persen mencapai 3.283.000 juta ton dari total konsumsi 2015 yang berjumlah 2.854.000 juta ton.

Baca juga : IUGIA Gandeng Brand Lokal Desain Koper Khusus

Azizah mengatakan, beberapa pemicu utama kemerosotan produksi adalah penurunan luas lahan pertanian kedelai, hingga masih digunakannya cara konvensional dalam penanaman dan pembudidayaan yang menyebabkan mandeknya peningkatan kuantitas produksi.

"Luas panen kedelai dari tahun 2015 – 2021 juga menurun sebesar 20,45 persen, dari 440.000 hektar menjadi 350.000 hektare," katanya.

Selain itu kata dia, adalah minimnya modernisasi pertanian kedelai yang menyebabkan rendahnya produktivitas. Azizah mengakui, meningkatkan produktivitas kedelai di Indonesia bukanlah hal yang mudah.

Baca juga : Masalah Kesehatan Mental Usia Produktif Semakin Meningkat

Selain penurunan luas lahan panen kedelai, rendahnya minat petani untuk menanam kedelai juga menjadi kendala. Kedelai hingga saat ini masih dianggap sebagai tanaman penyeling karena dianggap kurang menguntungkan dibandingkan dengan tanaman pangan lain, seperti jagung dan padi.

"Kedelai domestik masih menjadi tanaman selingan yang kurang menjadi pilihan petani sehingga produksinya rendah," katanya.

Petani kedelai di Indonesia dihadapkan pada kenyataan bahwa ongkos produksi tidak sebanding dengan harga jualnya.

Baca juga : Rawan Penyimpangan, Subsidi BBM Dinilai Lebih Tepat Untuk Bansos

“Inkonsistensi ini menyebabkan input pertanian yang digunakan belum tentu bekerja dengan maksimal sehingga kedelai yang ditanam tidak menghasilkan panen sebagaimana yang diharapkan,” tambah Azizah.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.