Dark/Light Mode

Ini Upaya Transformasi LPS Hadapi Tantangan Global

Kamis, 6 Oktober 2022 19:39 WIB
Foto: Istimewa
Foto: Istimewa

 Sebelumnya 
Sekitar 7 dari 10 masyarakat Indonesia telah memiliki akses kepada produk dan jasa keuangan namun hanya 4 dari 10 orang yang memahami apa itu produk dan jasa keuangan. Artinya terdapat gap yang signifikan antara inklusi dengan literasi keuangan nasional.

“Pemahaman masyarakat yang terbatas atas produk keuangan menyebabkan timbulnya berbagai risiko seperti penipuan yang berdampak buruk kepada masyarakat,” ungkapnya.

Selanjutnya tantangan ketiga yaitu digitalisasi. Diakui Purbaya, perkembangan digital meningkat begitu pesat sehingga memunculkan segmen-segmen di dalam ekonomi dan keuangan, dan dapat menimbulkan berbagai kejahatan siber bila literasi keuangan digital tidak dioptimalkan.

Sementara sektor perbankan juga diminta untuk terus memperkuat sistem informasi, agar infrastruktur perbankan mumpuni untuk mencegah terjadinya kejahatan siber.

Baca juga : Dubes Uni Eropa Bersihkan Pantai Dan Jalanan

Terutama kasus-kasus digital seperti scamming, phising, ransomware dan kejahatan-kejahatan keuangan lain melalui cyber. Tantangan keempat atau terakhir rinci Purbaya, pendalaman pasar keuangan di Indonesia yang masih rendah dibandingkan dengan dengan negara-negara tetangga.

Di tahun 2020, kapitalisasi pasar modal Indonesia di angka 46,9 persen terhadap PDB. Sementara, Thailand di level 108,7 persen dan Malaysia 129,5 persen.

Kemudian, rasio finansial sistem deposit Indonesia per 2021 masih rendah dalam level 41,2 persen pada PDB (Produk Domestik Bruto), sementara itu yang lebih tinggi Filipina sebesar 77,7 persen, Malaysia 122,6 persen dan Thailand 135,6 persen.

“Pendalaman pasar keuangan ini perlu terus ditingkatkan supaya peran pasar keuangan sebagai sumber pembiayaan pembangunan semakin tinggi, dan tidak tergantung terhadap dana asing dalam pembangunan nasional,” imbaunya.

Baca juga : Pakar: Merger Salah Satu Pilihan Perusahaan Farmasi Hadapi Tantangan Kesehatan

Di kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Segara Research Institute Piter Abdullah mengatakan, keberadaan LPS memberikan keyakinan dan kepercayaan masyarakat kepada bank dan sektor keuangan.

“Kemampuan bank untuk mampu bertahan di tengah gelombang krisis, termasuk krisis pandemi ini, ditunjukan dengan indikator kinerja bank umum konvensional yang meningkat per Juni 2022,” ungkapnya.

Yakni meliputi rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) di level 24,72 persen, Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) di level 78,46 persen, Loan to Deposit Ratio (LDR) 81,63 persen, Net Interest Margin (NIM) 4,78 persen, Return of Asset (ROA) 2,38 persen, Non Performing Loan (NPL) 2,86 persen.

Termasuk capaian empat bank terbesar Indonesia pada semester I tahun 2022 mencatatkan laba bersih luar biasa. Bahkan di tengah krisis. Di antaranya BRI mencapai Rp 24,79 triliun, Mandiri Rp 20,21 triliun, BCA Rp 18,05 triliun, dan BNI Rp 8,8 triliun.

Baca juga : Pancasila Tahan Banting Hadapi Dinamika Politik Global

“Sekali lagi saya ingin menegaskan hal ini tidak lepas dari kiprah LPS, peran besar LPS menjaga keyakinan masyarakat terhadap sektor keuangan kita,” pungkasnya. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.