Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Turun Rp 11.000, Harga Emas Dibanderol Rp 1.343.000 Per Gram
- Akhir Pekan, Rupiah Melemah Ke Rp 15.985 Per Dolar AS
- Indra Karya Jempolin Manfaat Bendungan Multifungsi Ameroro Di Sulteng
- Pertamina EP Pertahankan Kinerja Positif Keuangan Tahun Buku 2023
- PGN Saka Kantongi Perpanjangan Kontrak WK Ketapang Bersama Petronas
Plus Minus Dampak Kenaikan BI Rate
Industri Masih Pede Kredit Tetap Tumbuh
Selasa, 25 Oktober 2022 07:30 WIB
Sebelumnya
Selain itu, lanjut Bhima, harus diakui pula bahwa tren kenaikan suku bunga acuan seiring dengan pemulihan ekonomi, akan memberikan risiko lain terhadap industri jasa keuangan. Mulai dari pertumbuhan kredit terbatas, hingga kenaikan tingkat kredit macet.
Pada akhirnya akan mengganggu konsumsi masyarakat. Sehingga pengusaha mungkin akan sedikit mengerem pembiayaan.
“Meski ada pertumbuhan, sektor usaha dan perbankan tetap harus waspada. Kita berharap, pertumbuhan kredit masih bisa di kisaran 10 persen ke atas,” ungkap Bhima.
Baca juga : Antrean Panjang Dan Saldo Kartu Terpotong Dua Kali
Terpisah, Co-Founder & Dewan Pakar Institute of Social, Economic and Digital (ISED) Ryan Kiryanto berpendapat, kenaikan repo rate sudah tepat, taktis dan timely. Keputusan tersebut menyiratkan langkah BI yang front loaded, pre-emptive dan forward looking.
Terutama, untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini terlalu tinggi (overshooting), berkisar 6 sampai 7 persen pasca kenaikan harga BBM.
Sekaligus memastikan inflasi inti ke depan kembali ke dalam sasaran 3 persen plus minus 1 persen (dengan jangkar 3 persen) lebih awal dari perkiraan semula. “Yaitu menjadi ke paruh atau semester pertama tahun 2023,” ujar Ryan kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Baca juga : Panglima Mandau Dayak Yakin Kehadiran IKN Nusantara Tetap Jaga Kearifan Lokal
Tak kalah pentingnya, sambung Ryan, keputusan BI tersebut juga untuk menjaga dan memperkuat upaya menstabilkan pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS agar sesuai dengan nilai fundamentalnya.
Terutama akibat semakin menguatnya mata uang dolar AS terhadap mata uang di seluruh dunia. Ditambah lagi, tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.
Tetap Optimistis
Baca juga : Pemulihan Dampak Peristiwa Kanjuruhan Harus Menyeluruh
Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo meyakini, kenaikan bunga acuan tetap memberikan ruang bagi pertumbuhan kredit.
Ini terbukti pada September 2022, pertumbuhan kredit masih 11 persen secara tahunan. Begitu juga untuk pertumbuhan pembiayaan oleh perbankan syariah 19,0 persen. Dan kredit UMKM (Usaha Mikro, Kecil, Menengah) 17,13 persen.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya