Dark/Light Mode

Optimistis G20 Bawa Berkah

Airlangga: Indonesia Bisa Jadi The Bright Spot In The Dark

Senin, 7 November 2022 20:33 WIB
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (Foto: Humas Ekon)
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (Foto: Humas Ekon)

 Sebelumnya 
Melansir data per Agustus 2022, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) juga meningkat menjadi 68,63 persen. Sementara Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), menurun menjadi 5,86 persen. Lebih baik dibandingkan tahun 2021.

Sektor Pertanian menjadi sektor usaha yang mengalami peningkatan penyerapan tenaga kerja paling besar.

Selain itu, keyakinan dunia usaha untuk mulai merekrut pegawai, juga tercermin dari peningkatan persentase komposisi penduduk bekerja di kegiatan formal sebesar 0,14 persen (dibandingkan Agustus 2020).

Secara umum, aktivitas ekonomi yang terus pulih, telah berhasil menurunkan jumlah penduduk usia kerja, yang terdampak Covid-19 menjadi sebesar 4,15 juta orang di Agustus 2022. Lebih baik dibanding tahun lalu, dengan penurunan sebesar 17,17 persen (yoy).

Secara spasial, seluruh daerah di Indonesia juga melanjutkan pertumbuhan positif pada Triwulan III-2022.

Meski masih didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa, yang memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar 56,30 persen. 

Baca juga : 50 Anggota MDRT Indonesia Bagikan Kisah Sukses Jadi Agen Asuransi Jiwa Berstandar Internasional

Kelompok provinsi di Pulau Sulawesi, mencatatkan pertumbuhan ekonomi tertinggi mencapai 8,24 persen secara (yoy).  Industri pengolahan dan pertambangan dan penggalian menjadi sumber pertumbuhan utama.

Prospek ekonomi Indonesia diperkirakan semakin cerah. Ini tercermin dari berbagai leading indicators, seperti indeks keyakinan konsumen (IKK) yang terus berada di level optimis.

Sejalan dengan itu, aktivitas dunia usaha juga semakin bergeliat. Ini tergambar dari level Purchasing Managers’ Index (PMI) Indonesia pada September 2022, yang kembali melanjutkan level ekspansif selama 14 bulan beruntun, dengan berada di tingkat 51,8.

Nilai PMI Indonesia juga tercatat lebih tinggi dibanding negara-negara di ASEAN lainnya. Seperti Thailand (51,6), Vietnam (50,6), Malaysia (48,7), dan Myanmar (45,7).

Kebijakan dan strategi pemerintah akan diarahkan untuk menjaga keseimbangan, antara mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi, dan tetap menjaga inflasi di level yang stabil.

Kebijakan fiskal masih menjadi instrumen utama sebagai shock absorber. Sementara stabilitas harga akan dijaga melalui Program kebijakan 4K yaitu Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi Efektif.

Baca juga : SR12, Skincare Herbal Siap Go Internasional

"Untuk jangka menengah panjang, pemerintah akan terus memperkuat fundamental ekonomi bangsa melalui peningkatan kualitas SDM, dan melanjutkan reformasi struktural,” tutur Airlangga, saat menjelaskan strategi pemerintah ke depan, dalam menghadapi tantangan ekonomi global.

Dengan resiliensi perekonomian domestik yang masih tetap terjaga hingga Triwulan III-2022, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan tetap berada di atas level 5 persen pada Triwulan ke-IV tahun 2022. Serta mencapai target pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Pada sesi tanya jawab dengan awak media, Airlangga menyampaikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Triwulan III-2022 ini dapat menjadi bekal yang cukup kuat, untuk menghadapi potensi resesi global di 2023.

Di sisi lain, Indonesia juga mengalami deflasi di bulan terakhir. Sehingga, pertumbuhan ekonomi menjadi berkualitas. Reformasi struktural yang dilakukan melalui implementasi Undang-Undang Cipta Kerja, juga terus dilanjutkan.

Berbagai upaya ini diharapkan bisa menjadi langkah kita untuk menghindari resesi global di tahun 2023. OECD, IMF, EDB, dan World Bank memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di 4,8-5,1 persen.

"Artinya, beberapa lembaga juga sepakat dengan Indonesia bahwa Indonesia bisa menjadi the bright spot in the dark. Jadi, masih bisa keluar dari resesi di tahun depan,” tutur Airlangga optimis.

Baca juga : Lawan Swedia, Ini Pebulutangkis Indonesia Yang Jadi Andalan

Terkait dengan penyelenggaraan KTT G20, Menko Airlangga meyakini, event tersebut akan membuat perekonomian Indonesia secara nasional baik.

"Dari segi recognition, Indonesia akan menjadi perhatian dunia. Ini membawa dampak positif ke depan. Apalagi, pada saat G20 ini, ekonomi Indonesia tumbuh baik di 5,72 persen. Inflasi juga kita bisa tekan, turun di 5,7 persen," papar Airlangga.

"Jadi, kita dalam performance baik memimpin G20. Apalagi, kita juga akan memegang keketuaan ASEAN. Ini tentu akan membuat Indonesia semakin diperhitungkan," tegasnya. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.