Dark/Light Mode

Petani Kulonprogo Bisa Tanam Cabe di Lahan Pasir Laut

Jumat, 9 Agustus 2019 20:40 WIB
NYIRAM: Dirjen Hortikultura, Anton Prihasto, saat mengunjungi perkebunan cabe di lahan berpasir di sepanjang Pantai Parang Trisik, Kulonprogo, Jumat (9/8). (Foto: Humas Kementan)
NYIRAM: Dirjen Hortikultura, Anton Prihasto, saat mengunjungi perkebunan cabe di lahan berpasir di sepanjang Pantai Parang Trisik, Kulonprogo, Jumat (9/8). (Foto: Humas Kementan)

RM.id  Rakyat Merdeka - Penanaman cabe di lahan bertanah adalah hal biasa. Sedangkan menanam cabe di lahan berpasir laut merupakan sesuatu yang istimewa. Namun itu tidak mustahil. Para petani di Pantai Parang Trisik, Kulonprogo, DI Yogyakarta, bisa melakukannya. 

Saat berkunjung ke lokasi, Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan), Prihasto Setyanto, disuguhi berbidang aneka cabe rawit varietas hilux tumbuh subur. Hal yang menggembirakan adalah kendati tumbuh di lahan berpasir, 1 pohon bisa menghasilkan 2 kilogram cabe. 

“Ini sudah 12 kali panen, Pak. Hasilnya bagus dan ukuran buahnya besar-besar. Tiap harinya kami bisa kirim hingga ke lima titik di Jakarta. Pokoknya hasilnya berlimpah,” ujar Ketua Kelompok Tani Sidodadi, Ngatimin.

Baca juga : Hadiri Kongres V Di Bali, Antasari: Siapa Capres Banteng Pasca Jokowi ?

Penuh antusias, Dirjen yang akrab dipanggil Anton ini melihat satu per satu tanaman. Seakan tidak percaya, di bawah sinar matahari pekat dan lahan berpasir, komoditas pedas ini mampu mewarnai lahan yang hampir disebut sulit ditanami tersebut. 

“Ini luar biasa ya, dengan bermodalkan pupuk kandang kotoran ayam dan air, cabe bisa tumbuh subur di sini. Bahkan bisa mengisi pasar Jakarta,” ujar Anton semangat. 

Ngatimin juga bercerita bahwa umur tanaman cabenya dalam 75 hari sudah dapat dipanen. Petani sekitar juga disiplin untuk mengganti komoditas tanamannya apabila sudah 12 sampai 15 kali panen. Mereka menjaga betul komitmen ini sebagai upaya memutus siklus hama. 

Baca juga : Asosiasi Petani: Kinerja Mentan Atasi Cabe Sangat Dirasakan

Tidak hanya sekedar bertanam, Ngatimin bersama petani lain juga mengembangkan benih lokal. Upaya ini dilakukan agar petani mandiri dan tidak ketergantungan produksi benih yang dijual di pasaran. 

Tak berlokasi jauh dari areal Ngatimin, Anton kembali menyambangi petani yang tengah menyirami tanamannya. Secara spontan dirinya mencicipi air yang digunakan untuk menyiram sebidang lahan. Ajaibnya, air tersebut tidak asin.

“Kembali kita harus bersyukur. Di lahan yang 10 tahun lalu terbengkalai, tumbuh subur cabe. Mulai dari cabe rawit hingga cabe keriting. Airnya pun berlimpah dan meski dekat bibir pantai, ini air tawar,” ujarnya senang. 

Baca juga : Pagi Ini, 29 Lampu Merah di DKI Masih Mati

Sebagai bahan informasi, pengelolaan lahan berpasir untuk tanam cabe tidaklah sulit. Pasir cukup diberi pupuk kandang sebagai unsur hara dan memperhatikan jadwal penyiraman. Untuk tanaman cabe rawit, penyiraman dilakukan tiap tiga hari sekali. Sementara untuk cabe keriting atau cabe besar, penyiraman dilakukan setiap hari.

"Saya terharu, anugerah Allah ternyata luar biasa, lahan berpasir yang sangat miskin unsur hara ternyata bisa bermanfaat buat masyarakat disekitar sini, dengan semangat masyarakatnya yang luar biasa didukung oleh sumber air tanah yang melimpah dan dangkal di lahan pasir laut ini bisa memberi kesejahteraan buat masyarakatnya, betul kata pepatah if there is a will, there is a way" pungkasnya. [KAL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.