Dark/Light Mode

Musim Kemarau, Waspadai Kenaikan Harga Pangan

Selasa, 3 September 2019 09:42 WIB
Masyarakat ramai membeli kebutuhan pangan di pasar.
Masyarakat ramai membeli kebutuhan pangan di pasar.

RM.id  Rakyat Merdeka - Badan Pusat Statistik (BPS) terus mewaspadai adanya kenaikan harga pangan akibat musim kemarau panjang yang terjadi hingga Oktober mendatang. 

Kepala BPS Suhariyanto menga takan, penurunan pasokan cabe merah karena kemarau panjang menyebabkan kenaikan harga di 62 kota Indeks Harga Konsumen (IHK). Hal ini harus menjadi perhatian pemerintah untuk diwaspadai. 

“Karena musim kemarau yang diprediksi sampai Oktober dan berpengaruh kepada produksi tanaman panen,” katanya dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, kemarin.

Baca juga : Imbas Kecelakaan Maut di KM 91, Jasa Marga Berlakukan Contraflow

 Secara rinci, terjadi kenaikan harga cabe merah hingga 55 persen terjadi di Mamuju. Harga komoditas yang sama juga naik 14 persen di Kupang. Selain itu, andil inflasi lainnya yang cukup tinggi disumbang cabe rawit dengan andil 0,07 persen. 

“Pada komoditas cabe rawit kenaikan harga ini lebih tinggi di 73 kota misalnya Makassar dan Pare-Pare,” jelasnya.

 Sementara, komoditas bawang merah mengalami penurunan harga dan memberi andil deflasi 0,08 persen di 79 kota IHK. Selain itu, andil deflasi juga disumbang oleh penurunan harga tomat sayur sebesar 0,06 persen, bawang putih yakni 0,02 persen, serta daging ayam ras dan komoditas sayuran dan buah masing-masing 0,01 persen. 

Baca juga : Lomba Dayung Warnai Gerakan Ayo Olahraga di Pidie

Secara keseluruhan, dari 82 kota IHK tercatat 44 kota menga lami inflasi dan 38 kota deflasi. Adapun inflasi tertinggi terjadi di Kota Kudus sebesar 0,82 persen. Sementara inflasi terendah terjadi di Tasikmalaya, Madiun dan Pare-Pare sebesar 0,04 persen Sedangkan angka deflasi tertingggi terjadi di Bau-Bau sebesar 2,1 persen. 

Kota Tegal dan Palopo merupakan wilayah dengan deflasi terendah yakni 0,02 persen. Selain karena kemarau, kata Suhariyanto, penyebab inflasi tertinggi yaitu pendidikan. 

Adapun kenaikan Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) sekolah mulai dari Sekolah Dasar (SD) hingga perguruan tinggi memiliki andil terbesar pada inflasi kelompok ini. 

Baca juga : Tanam Ubi Jalar di Lahan Tidur Bisa Perkuat Produk Pangan

SPP SD tercatat naik 0,05 persen, SPP Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) naik 0,02 persen, serta SPP perguruan tinggi naik 0,01 persen. Ekonom Core Indonesia Yusuf Rendy melihat dampak kemarau sangat besar menyumbang inflasi. [KPJ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.