Dark/Light Mode

Di Era Digital

Data Jadi Komoditas Berharga Ketimbang Minyak & Tambang

Rabu, 11 September 2019 10:30 WIB
Pakar keamanan siber dari Communication Information Sistem Security Research Center (CISSReC), Pratama Persadha. (Foto : Dok Pribadi)
Pakar keamanan siber dari Communication Information Sistem Security Research Center (CISSReC), Pratama Persadha. (Foto : Dok Pribadi)

RM.id  Rakyat Merdeka - Seabad yang lalu, minyak menjadi komoditas yang paling berharga di dunia. Namun di era digital seperti sekarang ini, data menjadi komoditas paling dicari dan dinilai paling berharga.

Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah dan kecepatan produksi data telah meningkat drastis di banyak industri. Para praktisi pun menganggap data sebagai ‘bahan bakar’ baru dalam menentukan keputusan bisnis. Tak pelak lagi, data menjadi salah satu strategi perusahaan.

“Pada negara-negara maju, tingkat kebutuhan terhadap data melebihi kebutuhan minyak. Sebuah negara atau perusahaan dapat menguasai ekonomi dan mendapatkan keuntungan yang besar dari negara lainnya dengan menggunakan data,” tutur pakar keamanan siber dari Communication Information Sistem Security Research Center (CISSReC) Rama Pratama dalam rilis kepada Rakyat Merdeka di Jakarta, kemarin.

Rama mengingatkan begitu pentingnya peran data saat ini. Hal ini bisa dilihat dari para investor yang tidak sungkan memberikan kucuran dana besar kepada starup-startup di dunia yang mampu menawarkan data kepada mereka.

Dia mencontohkan, bagaimana startup-startup dalam negeri dengan status unicorn atau decacorn mendapatkan guyuran dana besar dari berbagai perusahaan-perusahaan asing sebagai bagian dari investasi.

Para investor tersebut kata dia, memberikan dana besar karena melihat startup memiliki data dalam jumlah besar.

Baca juga : Era Digital 4.0, Petani Butuh Sentuhan Milenial 

“Agar data ekonomi digital Indonesia tidak lepas atau dimanfaatkan pihak asing, maka pemerintah perlu serius mewujudkan payung hukum atau kebijakan untuk melindungi data tersebut. Seperti mewujudkan Undang-undang Perlindungan Data Pribadi dan Undang-undang Keamanan Siber,” tandas Pratama.

Dia mengakui, memang saat ini Indonesia sudah memiliki aturan soal perlindungan data pribadi untuk sistem transaksi elektronik. Namun hanya sebatas Peraturan Menteri (Permen) No 20 Tahun 2016 tentang Perlindungan Data Pribadi.

Sementara, Undang-undang Perlindungan Data Pribadi hanya melindungi beberapa data KTP saja. Bukan perilaku pelanggan yang direkam oleh startup.

“Undang-undangnya pun masih draft, belum ditandatangani,” katanya.

Selain itu, pemerintah juga perlu memiliki pusat inkubasi data tersendiri yang bisa diakses untuk mengatur bagian krusial dari data ekonomi digital. Sebagai contoh adalah India dengan sistem identitas digital mereka bernama, Aadhaar.

“Proteksi terhadap data-data rakyat Indonesia mendesak untuk dilakukan. Karena, disadari atau tidak, selain sebagai bagian dari bisnis, penguasaan data juga menjadi bagian dari perang asimetris,” pungkas Pratama.

Baca juga : Mario, Si Bocah Bengal Pulang Kampung

Menurunya, dunia saat ini telah memasuki era baru, dimana dunia industri dan bisnis menggunakan peran kecerdasan buatan atau artificial intelegencial (AI). Kemampuan AI digunakan untuk mengolah data sehingga menjadi sesuatu yang berharga. Lebih berharga dari minyak atau barang tambang lainnya.

“Dalam era ini mulai dari profil seseorang, aktivitas, kebiasaan, lokasi, kesukaan dan lain sebagainya dapat dengan mudah dikumpulkan. Data yang telah terkumpul tersebut kemudian diolah melalui kemampuan AI sehingga menjadi informasi berharga,” kata Pratama.

Lebih lanjut Pratama menjelaskan, secara virtual semua aktivitas keseharian yang dilakukan oleh setiap orang adalah ‘tambang’ data digital. Data tersebut kemudian ditambang menggunakan internet atau smartphone yang digunakan sehari-hari.

“Contoh sederhananya adalah pergerakan masyarakat Jakarta yang terekam melalui global positioning system (GPS). Dari rekaman tersebut dapat diketahui lokasi-lokasi dengan kerumunan atau kepadatan yang tinggi, kemudian dapat diketahui waktu atau jam puncaknya, dan seterusnya. Sehingga dari data tersebut dapat ditentukan prospek bisnis yang sesuai,” kata Pratama.

Director of Customers and Analytics Olx Indonesia Kamalesh Bathala menilai, bagi Olx, data menjadi napas bagi pengembangan bisnis. Untuk membalngun produk yang user-centric, pengambilan, pengolahan, serta analisis data menjadi sangat penting.

Menurutnya, satu kesalahan fatal yang terjadi pada proses tersebut, akan membuat performa produk menjadi kurang baik.

Baca juga : Ketua KPK Ngaku Banyak Salahnya

“Sebuah produk yang baik dibangun melalui analisis data yang tepat, di Olx data diolah dan digunakan dengan sangat serius. Semua keputusan bisnis yang dilakukan berbasis data, misalnya pengembangan user experience atau keputusan strategi harga,” ujar Kamalesh.

Kamalesh menuturkan, dengan mengetahui kebiasaan pengguna, Olx dapat mengetahui kebutuhan mereka saat ini, serta memprediksi kebutuhan mereka yang akan datang.

Dengan demikian, keputusan yang diambil akan tepat sasaran, contohnya pengembangan product feature yang relevan bagi para pengguna.

“Data menjadi refleksi dari behavior pengguna sebuah platform, bagaimana mereka memanfaatkan platform dalam proses jual-beli. Mengolah dan membaca data dengan jeli dapat membantu Olx mengetahui kebiasaan pengguna dalam memanfaatkan dalam kegiatan jual-beli,” katanya.

Menurut Pratama, sebagian besar dari 10 perusahaan teratas di Tahun 2019 adalah perusahaan yang menjadikan data sebagai fokus utama. Sebut saja Amazon yang menduduki peringkat teratas dengan valuasi sekitar Rp 4.480,1 triliun.

Disusul Apple dengan valuasi 4.395 triliun, Google (Rp 4.387 triliun), Microsoft (Rp 3.567 triliun), Visa (Rp 2.526 triliun) dan Facebook (Rp 2.257 triliun). Sementara Gojek perusahaan penyandang status decacorn pertama Indonesia memiliki valuasi 10 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 142 triliun. [JAR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.