Dark/Light Mode

Diungkap AP II

Ini 5 Tantangan Sektor Penerbangan Nasional Di Masa Mendatang

Minggu, 25 Juni 2023 14:03 WIB
Seminar Nasional Sustainable Smart Transportation Menuju Indonesia Emas 2045, di Universitas Negeri Surabaya, Sabtu (25/6). (Foto: Istimewa)
Seminar Nasional Sustainable Smart Transportation Menuju Indonesia Emas 2045, di Universitas Negeri Surabaya, Sabtu (25/6). (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi (FSTPT) menggelar Seminar Nasional Sustainable Smart Transportation Menuju Indonesia Emas 2045, di Universitas Negeri Surabaya, Sabtu (25/6). Seminar menghadirkan delapan narasumber yang merupakan stakeholder di bidang transportasi.

Narasumber yang hadir tersebut adalah Staf Khusus Menteri Perhubungan Abdulhamid Dipopramono, Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Mohamad Rizal Wasal, President Director PT Angkasa Pura II (AP II) Muhammad Awaluddin, Direktur Utama DAMRI Setia N Milatia Moemin, Ketua Badan Kejuruan Sipil Persatuan Insinyur Indonesia Sutopo Kristanto, Direktur Operasional Jasa Raharja Dewi Aryani Suzana, dan Direktur Human Capital PT Hutama Karya Muhammad Fauzan.

Di dalam seminar nasional tersebut, AP II selaku pengelola 20 bandara, termasuk yang terbesar dan tersibuk di Indonesia yakni Bandara Soekarno-Hatta, mengungkapkan pelaku industri penerbangan global merumuskan adanya lima tantangan yang dihadapi sektor penerbangan dunia termasuk di Indonesia pada masa mendatang.

President Director AP II Muhammad Awaluddin menuturkan, tantangan pertama adalah pertumbuhan jumlah penumpang pesawat. Di Indonesia, jumlah penumpang pesawat diyakini terus tumbuh.

Baca juga : Hadapi Sejumlah Tantangan, Keberadaan BPR Masih Jadi Andalan UMKM Tanah Air

"Data IATA (International Air Transport Association) menyebutkan, pada 2018 Indonesia merupakan pasar penerbangan terbesar ke-10 di dunia. Lalu, pada 2028 naik menjadi terbesar ke-5 di dunia. Pada 2038 kembali naik menjadi terbesar ke-4 di dunia dengan jumlah penumpang pesawat mencapai 451 juta penumpang,” paparnya, seperti keterangan yang diterima RM.id, Minggu (25/6).

Karena itu, lanjutnya, ekosistem sektor transportasi udara harus benar-benar siap dalam menghadapi pola distribusi, suplai, angkutan kargo, hingga pariwisata.

Tantangan kedua adalah pengembangan teknologi untuk digunakan baik di bandara maupun di pesawat.

“Pengembangan bandara dengan konsep smart airport tentunya tidak bisa dihindari, dan ini sudah dilakukan AP II sejak 2016. Pengembangan teknologi yang diharapkan ke depannya juga terkait operasional pesawat, yakni penggunaan pesawat listrik dan hybrid,” jelas Muhammad Awaluddin.

Baca juga : Perbanyak Kawasan Industri Daerah Dong

Tantangan ketiga terkait dengan peningkatan aspek operasional dan infratruktur guna berdampak pada peningkatan kapasitas bandara dan load factor di setiap penerbangan. Termasuk juga peningkatan pelayanan dan operasional.

Tantangan keempat dan kelima terkait dengan lingkungan, yakni penggunaan Sustainable Aviation Fuel (SAF) sebagai bahan bakar ramah lingkungan dan terkait dengan emisi karbon.

“Sektor penerbangan nasional harus memperhatikan keberlanjutan. Bandara AP II sudah mulai menggunakan energi baru terbarukan (EBT) di sejumlah bandara. Pada 2021-2028, di 20 bandara AP II akan dioperasikan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) berkapasitas total 26 megawatt peak (MWp),” terang Muhammad Awaluddin.

Dia optimistis, sektor penerbangan nasional mampu menghadapi tantangan-tantangan tersebut.

Baca juga : PKS Siap Pertahankan Depok

“Tantangan yang ada dapat kita hadapi dengan pengembangan ekosistem penerbangan yang terdiri Air Transport, Travel dan Tourism. Pengembangan ekosistem penerbangan ini dapat dilakukan dengan konsep Indonesia Aviaconomics,” ujarnya.

Di dalam konsep Indonesia Aviaconomics, lanjutnya, suatu bandara memiliki ekosistem yang memberikan dampak ekonomi secara luas dengan membuka ribuan bahkan puluhan ribu lapangan pekerjaan, serta memiliki aktivitas ekonomi yang tinggi.

Muhammad Awaluddin berharap, pembahasan yang dilakukan para pelaku stakeholder transportasi di seminar nasional ini dapat ditindaklanjuti dengan karya-karya akademisi.

Di tempat yang sama, Ketua Dewan Pembina FSTPT yang juga Guru Besar Transportasi Universitas Gadjah Mada Prof Agus Taufik Mulyono, sebagai moderator seminar nasional tersebut, menyampaikan hasil diskusi para stakeholder transportasi nasional tersebut akan membuka wawasan untuk pengembangan riset transportasi yang aplikatif dan dapat dimanfaatkan.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.