Dark/Light Mode

Inaplas Dukung Luhut Stop Ekspor Gas, Ini Alasannya

Jumat, 21 Juli 2023 17:25 WIB
Ketua Umum Inaplas Suhat Miyarso. (Foto: Ist)
Ketua Umum Inaplas Suhat Miyarso. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Asosiasi Industri Olefin Aromatik Plastik Indonesia (Inaplas) mendukung rencana Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan menghentikan ekspor gas dan memperkuat hilirisasi produk petrokimia.

Ketua Umum Inaplas, Suhat Miyarso mengatakan, sejak diterapkannya harga gas 6 dolar AS/mmbtu, industri Petrokimia Nasional mampu bertahan menghadapai pandemi Covid-19. Bahkan bisa tumbuh dan ada beberapa penambahan pembangungan fasilitas produksi baru guna mencukupi kebutuhan produk petrokimia dan turunannya yang 50 persennya masih dipasok oleh produk impor.

Rencana pelarangan ekspor dan peninjauaan kembali harga gas turun menjadi 5 dolar AS/mmbtu akan mempercepat komitmen investor baru untuk merealisasikan projek projek baru pembangunan pabrik Petrokimia dan turunannya.

Baca juga : Data Dukcapil Diduga Bocor Di Breachforums, Ini Hasil Temuan Sementara

“Rencana ini sejalan dengan percepatan pengembangan produk produk baru di industri yang sudah jalan,” ujarnya.

Menurut dia, program ini akan meningkatkan nilai tambah dan variasi jenis produk yang beragam mulai dari aplikasi di industri seperti otomotif dan alat transportasi, bahan baku farmasi, biofuel, bahan baku tekstil, industri sepatu/alas kaki, infrastruktur, kemasan makanan minuman, peralatan komunikasi, dan penunjang telekomunikasi.

Menurut Suhat, pengembangan dan pembangunan industri petrokimia dan turunannya akan membuka lapangan kerja baru baik di industri hulu petrokimia maupun industri turunannya. Saat ini, pasca pandemi Covid-19 pola industri sudah berubah dalam hal jenis dan cara pemasarannya sehingga dibutuhkan inovasi dan variasi produk/mesin/distribusi/model pembayaran.

Baca juga : Anggaran Kesehatan Kini Berbasis Kinerja, Ini Alasannya...

“Salah satu yang paling signifikan berubah adalah kemasan produk dari kemasan primer (langsung kontak dengan makanan), kemasan sekunder (kemasan produk) dan kemasan tersier (kemasan untuk keperluan distribusi), sehingga memberikan peluang tumbuhnya industri kemasan dari plastik yang mengakibatkan naikknya kebutuhan bahan baku plastik,” katanya.

Menurut dia, kepedulian akan keberlangsungan dan keseimbangan kebutuhan produk dan kelestarian alam juga semakin meningkat di kalangan konsumen. Hal ini memberikan tantangan bagi industri untuk terus meningkatkan efisiensi penggunaan energi, alternatif bahan baku dan bahan tambahan yang ramah lingkungan, serta menghasilkan produk yang berorientasi ke konsep circular ekonomi yang berwawasan lingkungan.

Semua hal tersebut di atas harus didukung oleh biaya produksi yang lebih murah dan lebih ramah lingkungan dan salah satunya adalah penggunaan gas baik untuk keperluan bahan baku maupun sebagai utilitas penunjang industri. “Dengan harga gas yang terjangkau dan volume yang cukup maka Industri Nasional akan mampu bersaing dan tumbuh menghadapi kompetisi dengan produk-produk impor sehingga akan banyak memberikan manfaaat bagi penerimaan negara lewat nilai tambah dari industri yang terintegrasi,” katanya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.